Stories - 29 December 2022

Biang Kerok Cuaca Ekstrem Akhir Tahun di Indonesia

Pada penghujung tahun 2022, sejumlah wilayah di Indonesia merasakan cuaca yang cukup ekstrem. Apa penyebabnya?


Cuaca mendung di langit Jakarta. -Bisnis-

Context, JAKARTA - Pada penghujung tahun 2022, sejumlah wilayah di Indonesia merasakan cuaca yang cukup ekstrem. Dampaknya, muncul berbagai bencana hidrometeorologi seperti banjir, genangan, hingga tanah longsor.

Menurut laporan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), cuaca ekstrem tersebut akan terjadi hingga 30 Desember 2022. Kemudian berdasarkan prakiraan Impact-Based Forecast (IBF), beberapa daerah telah ditetapkan berstatus Siaga.

Beberapa daerah yang dimaksud adalah sebagian Provinsi Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

BMKG menyatakan bahwa cuaca eksrem ini diakibatkan oleh aktifnya beberapa fenomena dinamika atmosfer di sekeliling wilayah Indonesia. Hal tersebut mengakibatkan adanya peningkatan curah hujan di berbagai wilayah di Indonesia. 

Salah satu fenomena yang dimaksud adalah meningkatnya aktivitas Monsun Asia yang mengakibatkan adanya peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia bagian barat, selatan, dan tengah.

Kemudian, ada juga fenomena Cold Surge, yaitu aliran udara dingin dari Asia daratan yang memasuki wilayah Indonesia. Arus alirannya yang melintasi ekuator tersebut juga mengakibatkan adanya peningkatan awan hujan di Indonesia barat dan tengah.

Selain itu, cuaca ekstrem di Indonesia ini juga disebabkan oleh adanya indikasi pembentukan pusat tekanan rendah di sekitar Australia. Hal tersebut telah menyebabkan adanya peningkatan pembentukan awan konvektif yang cukup masif. 

Awan konvektif tersebut adalah penyebab munculnya hujan dengan intensitas tinggi, peningkatan tinggi gelombang di perairan, dan peningkatan kecepatan angin.

Tidak hanya itu saja, BMKG juga menyatakan bahwa saat ini sedang terjadi fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) bersamaan dengan fenomena gelombang Kelvin dan Rossby Ekuatorial. Dua fenomena ini berdampak pada peningkatan curah hujan di Indonesia bagian tengah dan timur.

Sejalan dengan BMKG, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga mengatakan bahwa terjadinya cuaca ekstrem di Indonesia disebabkan oleh adanya fenomena dinamika atmosfer. Menurut Peneliti Ahli Madya BRIN Didi Satiadi, letak Indonesia yang berada di benua maritim membuatnya menjadi lokasi di mana berbagai gelombang atmosfer saling berinteraksi.

“Indonesia berada di benua maritim, ini merupakan wilayah dengan energi yang relatif tinggi di mana sinar matahari tegak lurus ke wilayah ekuator sehingga wilayah kita menjadi pusat konveksi pertumbuhan awan dan memproduksi banyak sekali hujan,” ujar Didi, dikutip dari Antara.

Selain fenomena dinamika atmosfer, Didi juga menambahkan bahwa cuaca ekstrem yang terjadi akhir-akhir ini disebabkan oleh adanya pemanasan global, sebagai akibat dari pembakaran fosil berlebih. 

Perubahan iklim itu pada dasarnya meningkatkan siklus hidrologi. Karena lebih cepat artinya lebih besar penguapan, lebih intens, lebih deras hujannya, lebih basah, sekaligus lebih kering,” tambahnya.

Didi kemudian juga menyarankan agar masyarakat Indonesia memperbanyak penanaman pohon dan mengurangi penggunaan energi fosil. Hal ini bertujuan untuk mengatasi cuaca ekstrem di Indonesia.


Dampak Cuaca Ekstrem

BMKG mengatakan bahwa adanya cuaca ekstrem ini akan berdampak pada sejumlah bencana hidrometeorologi. Volume air yang meningkat sangat pesat akan berpotensi menimbulkan ancaman banjir dan banjir bandang.

Selain itu, curah hujan yang meningkat juga akan berakibat pada terjadinya bencana longsor, guguran bebatuan, dan erosi tanah. Hal ini biasanya terjadi di daerah yang berada di lereng gunung, mau pun dataran tinggi lainnya.


Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Context.id

MORE  STORIES

Perebutan Likuiditas di Indonesia, Apa Itu?

Likuditas adalah kemampuan entitas dalam memenuhi kewajiban finansialnya yang akan jatuh tempo

Noviarizal Fernandez | 26-07-2024

Suku Inuit di Alaska, Tetap Sehat Walau Tak Makan Sayur

Suku Inuit tetap sehat karena memakan banyak organ daging mentah yang mempunyai kandungan vitamin C, nutrisi, dan lemak jenuh tinggi

Context.id | 26-07-2024

Dampingi Korban Kekerasan Seksual Malah Terjerat UU ITE

Penyidik dianggap tidak memperhatikan dan berupaya mencari fakta-fakta yang akurat berkaitan dengan kasus kekerasan seksual

Noviarizal Fernandez | 26-07-2024

Ini Aturan Penggunaan Bahan Pengawet Makanan

Pengawet makanan dari bahan kimia boleh digunakan dengan batas kadar yang sudah ditentukan BPOM

Noviarizal Fernandez | 25-07-2024