Resesi di Depan Mata, Separah Apa Dampaknya?
Diperkirakan, seluruh negara akan menghadapi risiko resesi global pada 2023.
Context, JAKARTA - Diperkirakan, seluruh negara akan menghadapi risiko resesi global pada 2023. Penyebab utamanya adalah keadaan geopolitik yang tidak stabil akibat konflik Rusia-Ukraina yang belum berakhir hingga sekarang.
Dilansir Bank Dunia, ketegangan geopolitik tersebut telah menyebabkan terjadinya efek domino di seluruh dunia, salah satunya adalah inflasi yang terjadi di mana-mana.
Hal ini membuat bank sentral di berbagai negara membuat kebijakan untuk menaikkan suku bunga untuk menekan laju inflasi. Bank Dunia memperkirakan bahwa naiknya suku bunga di seluruh dunia dengan ekstrem pada tahun ini secara bersama-sama, akan mengakibatkan terjadinya resesi ekonomi global pada 2023.
Kenyataannya, dilansir bisnis.com, beberapa negara pun dinyatakan telah berada di jurang resesi. Seperti Uni Eropa, Inggris, Korea Selatan, Jepang, Kanada, hingga Australia. Meskipun begitu, mantan Menteri Keuangan Republik Indonesia (RI) Chatib Basri menyatakan bahwa Indonesia tidak akan jatuh ke jurang resesi.
Namun, ia memperkirakan bahwa perekonomian Indonesia akan melambat di 2023. Dari target pemerintah di angka 5,3 persen, kemungkinan hanya tumbuh di angka 5 persen.
Pasalnya, Indonesia sendiri adalah negara yang mengandalkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dari perputaran ekonomi di dalam negeri, seperti konsumsi rumah tangga dan investasi domestik yang tinggi.
Namun, Indonesia juga diperkirakan tetap akan mendapatkan sejumlah dampak resesi. Terutama, terhadap sektor yang bergantung pada komoditas asing. Contohnya seperti sektor logistik, transportasi udara, hingga pariwisata.
Selain itu, kinerja sektor ekspor juga diperkirakan akan terdampak. Pasalnya, menurunnya permintaan global akan produk dalam negeri membuat beberapa harga komoditas ekspor Indonesia menurun.
RELATED ARTICLES
Resesi di Depan Mata, Separah Apa Dampaknya?
Diperkirakan, seluruh negara akan menghadapi risiko resesi global pada 2023.
Context, JAKARTA - Diperkirakan, seluruh negara akan menghadapi risiko resesi global pada 2023. Penyebab utamanya adalah keadaan geopolitik yang tidak stabil akibat konflik Rusia-Ukraina yang belum berakhir hingga sekarang.
Dilansir Bank Dunia, ketegangan geopolitik tersebut telah menyebabkan terjadinya efek domino di seluruh dunia, salah satunya adalah inflasi yang terjadi di mana-mana.
Hal ini membuat bank sentral di berbagai negara membuat kebijakan untuk menaikkan suku bunga untuk menekan laju inflasi. Bank Dunia memperkirakan bahwa naiknya suku bunga di seluruh dunia dengan ekstrem pada tahun ini secara bersama-sama, akan mengakibatkan terjadinya resesi ekonomi global pada 2023.
Kenyataannya, dilansir bisnis.com, beberapa negara pun dinyatakan telah berada di jurang resesi. Seperti Uni Eropa, Inggris, Korea Selatan, Jepang, Kanada, hingga Australia. Meskipun begitu, mantan Menteri Keuangan Republik Indonesia (RI) Chatib Basri menyatakan bahwa Indonesia tidak akan jatuh ke jurang resesi.
Namun, ia memperkirakan bahwa perekonomian Indonesia akan melambat di 2023. Dari target pemerintah di angka 5,3 persen, kemungkinan hanya tumbuh di angka 5 persen.
Pasalnya, Indonesia sendiri adalah negara yang mengandalkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dari perputaran ekonomi di dalam negeri, seperti konsumsi rumah tangga dan investasi domestik yang tinggi.
Namun, Indonesia juga diperkirakan tetap akan mendapatkan sejumlah dampak resesi. Terutama, terhadap sektor yang bergantung pada komoditas asing. Contohnya seperti sektor logistik, transportasi udara, hingga pariwisata.
Selain itu, kinerja sektor ekspor juga diperkirakan akan terdampak. Pasalnya, menurunnya permintaan global akan produk dalam negeri membuat beberapa harga komoditas ekspor Indonesia menurun.
POPULAR
RELATED ARTICLES