Stories - 14 December 2022

Mengenal Stiff Person Syndrome yang Dialami Celine Dion

Pelantun lagu My Heart Will Go on, Celine Dion menyatakan bahwa dirinya harus menunda tur-nya setelah didiagnosis stiff-person syndrome.


Celine Dion menyatakan bahwa dirinya harus menunda tur-nya setelah didiagnosis stiff-person syndrome.

Context.id, JAKARTA - Pelantun lagu “My Heart Will Go on”, Celine Dion menyatakan bahwa dirinya harus menunda tur-nya di Eropa setelah ia didiagnosis dengan gangguan neurologis langka, stiff-person syndrome. “Sementara kita masih belajar tentang kondisi langka ini, kita sekarang tahu inilah yang menyebabkan semua kejang yang saya alami,” ujar Celine. 

Penyakit itu membuat ia menjadi  lebih mudah terkena tekanan emosional jika ada rangsangan suara, suhu ekstrem, dan cahaya. Adapun tekanan emosional itu akan membuat ototnya menjadi kaku dan kejang.

Menurut Stiff Person Syndrome Research Foundation, kejang otot yang dialami Celine Dion bisa sangat keras, hingga sendi menjadi terkilir bahkan patah tulang. Lebih lanjut, penyakit ini juga menyebabkan adanya gangguan kecemasan yang cukup parah. Oleh karena itulah, penyakit tersebut sudah mengganggu kemampuan Celine untuk bernyanyi dan berjalan. 

Diketahui, gangguan stiff-person syndrome ini lebih banyak menyerang perempuan daripada laki-laki. Dikutip dari Rare Diseases, sekitar 5.000 orang di AS yang memiliki kelainan penyakit tersebut. 

Melansir dari CBS News, hal ini menyebabkan pengidapnya akan takut untuk meninggalkan rumah, karena suara jalanan seperti klakson dapat dengan mudah memicu kejang dan kakunya otot.

Adapun hal ini disebabkan oleh peningkatan aktivitas otot karena penurunan komponen autoimun dan sering dikaitkan dengan diabetes, serta penyakit autoimun lainnya, seperti tiroiditis (peradangan pada kelenjar tiroid), vitiligo (penyakit yang menyebabkan warna kulit memudar), dan anemia pernisiosa (kondisi kekurangan sel darah merah).

Selain itu, gangguan ini sering disalah artikan sebagai gangguan autoimun lainnya, seperti penyakit Parkinson (penyakit pada sistem syaraf yang mengganggu kemampuan tubuh dalam mengontrol gerakan dan keseimbangan) serta gangguan kecemasan ataupun fobia. 



 

Apakah Dapat Disembuhkan?

Biasanya, perawatan untuk penyakit ini adalah obat dengan kandungan diazepam dengan dosis yang tinggi (valium). Obat ini merupakan obat yang sering digunakan untuk membantu meredakan kecemasan dan membantu orang yang ketergantungan alkohol.  

Selain itu, para penderita juga sering mengonsumsi sejumlah obat antikonvulsan, seperti obat gabapentin dan tiagabine. Namun, diketahui pula bahwa perawatan tersebut dapat memperbaiki gejalanya dan bukan untuk menyembuhkan gangguan. 


Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Context.id

MORE  STORIES

Perebutan Likuiditas di Indonesia, Apa Itu?

Likuditas adalah kemampuan entitas dalam memenuhi kewajiban finansialnya yang akan jatuh tempo

Noviarizal Fernandez | 26-07-2024

Suku Inuit di Alaska, Tetap Sehat Walau Tak Makan Sayur

Suku Inuit tetap sehat karena memakan banyak organ daging mentah yang mempunyai kandungan vitamin C, nutrisi, dan lemak jenuh tinggi

Context.id | 26-07-2024

Dampingi Korban Kekerasan Seksual Malah Terjerat UU ITE

Penyidik dianggap tidak memperhatikan dan berupaya mencari fakta-fakta yang akurat berkaitan dengan kasus kekerasan seksual

Noviarizal Fernandez | 26-07-2024

Ini Aturan Penggunaan Bahan Pengawet Makanan

Pengawet makanan dari bahan kimia boleh digunakan dengan batas kadar yang sudah ditentukan BPOM

Noviarizal Fernandez | 25-07-2024