Share

Home Stories

Stories 09 Desember 2022

Apa yang Terjadi Jika Harga Minyak Turun?

Turunnya harga minyak akan mempengaruhi beragam aktivitas ekonomi di dunia, ini ulasannya!

Ilustrasi kalang minyak . - Bloomberg -

Context.id, JAKARTA - Masih ingat betapa hebohnya masyarakat ketika harga BBM di Indonesia mengalami kenaikan? Yup, hal itu dikarenakan harga BBM ini memang sangat berdampak pada kegiatan ekonomi, investasi, hingga daya beli masyarakat yang otomatis akan melemah.

Namun, apa jadinya jika hal itu dibalik? Layaknya keadaan pasar energi global saat ini, di mana harga minyak sedang mengalami penurunan?

Dikutip dari Trading Economics, harga minyak dunia (crude oil) pernah mencapai angka tertingginya pada tahun ini yakni US$119,97 atau Rp1,8 juta per barel pada (8/4/2022). Namun, berdasarkan data terbaru pada (6/12/2022), harga minyak crude oil hanya US$76,706 atau Rp1,1 juta per barel atau mengalami penurunan hingga 36,1 persen. 

Sementara untuk minyak mentah versi Brent mencapai angka tertingginya di hari yang sama dengan harga US$123,58 atau Rp1,9 juta per barel dan saat ini hanya sebesar US$83,484 atau Rp1,3 juta per barel.

Dilansir dari Forbes, terdapat banyak faktor yang menyebabkan turunnya harga minyak dunia. Pertama, kinerja dolar yang semakin menguat. Pasalnya, mengutip dari New York Times, mayoritas minyak diperdagangkan dalam dolar, sehingga bahan bakar menjadi lebih mahal bagi negara-negara yang tidak menggunakan dolar Amerika sebagai mata uang resmi. 

Selain itu, hal ini juga dikarenakan tingkat inflasi yang melonjak, serta penurunan permintaan minyak karena kekhawatiran akan penurunan ekonomi global.

Lebih lanjut, adapula pembatasan akibat Covid di China, padahal negara tirai bambu itu adalah konsumen energi terbesar di dunia serta dampak invasi Rusia ke Ukraina, yang menyebabkan harga energi meroket dan adanya kekhawatiran pada resesi. 


 

Apa Dampaknya Jika Harga Minyak Menurun?

Melansir dari World Economic Forum, turunnya harga minyak akan mempengaruhi beragam aktivitas ekonomi di dunia. 

Diketahui, harga minyak yang lebih rendah akan menyebabkan penurunan biaya produksi, menekan harga barang, dan tentunya akan mengurangi inflasi. Hal ini pun akan memiliki efek domino ke sektor perekonomian lainnya, seperti investasi, penurunan tagihan energi, peningkatan daya beli masyarakat, hingga menghasilkan pertumbuhan ekonomi global. Singkat kata, penurunan harga minyak dapat menjadi salah satu sentimen positif di tengah isu resesi global saat ini.

Namun ibarat dua sisi mata koin, dampak positif ini hanya dapat dirasakan oleh para negara pengimpor minyak dunia dan tidak bagi para pengekspor. 

Pasalnya, perubahan harga minyak dapat membuat meningkatnya ketidakpastian ekonomi di negara produsen minyak. Soalnya, hal ini dapat mengurangi investasi dan banyak perusahaan yang terpaksa mengurangi belanja modal. Alhasil, kegiatan ekonomi di negara pengekspor minyak akan tersendat dan pertumbuhan ekonomi juga akan sukar terjadi.



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Context.id

Stories 09 Desember 2022

Apa yang Terjadi Jika Harga Minyak Turun?

Turunnya harga minyak akan mempengaruhi beragam aktivitas ekonomi di dunia, ini ulasannya!

Ilustrasi kalang minyak . - Bloomberg -

Context.id, JAKARTA - Masih ingat betapa hebohnya masyarakat ketika harga BBM di Indonesia mengalami kenaikan? Yup, hal itu dikarenakan harga BBM ini memang sangat berdampak pada kegiatan ekonomi, investasi, hingga daya beli masyarakat yang otomatis akan melemah.

Namun, apa jadinya jika hal itu dibalik? Layaknya keadaan pasar energi global saat ini, di mana harga minyak sedang mengalami penurunan?

Dikutip dari Trading Economics, harga minyak dunia (crude oil) pernah mencapai angka tertingginya pada tahun ini yakni US$119,97 atau Rp1,8 juta per barel pada (8/4/2022). Namun, berdasarkan data terbaru pada (6/12/2022), harga minyak crude oil hanya US$76,706 atau Rp1,1 juta per barel atau mengalami penurunan hingga 36,1 persen. 

Sementara untuk minyak mentah versi Brent mencapai angka tertingginya di hari yang sama dengan harga US$123,58 atau Rp1,9 juta per barel dan saat ini hanya sebesar US$83,484 atau Rp1,3 juta per barel.

Dilansir dari Forbes, terdapat banyak faktor yang menyebabkan turunnya harga minyak dunia. Pertama, kinerja dolar yang semakin menguat. Pasalnya, mengutip dari New York Times, mayoritas minyak diperdagangkan dalam dolar, sehingga bahan bakar menjadi lebih mahal bagi negara-negara yang tidak menggunakan dolar Amerika sebagai mata uang resmi. 

Selain itu, hal ini juga dikarenakan tingkat inflasi yang melonjak, serta penurunan permintaan minyak karena kekhawatiran akan penurunan ekonomi global.

Lebih lanjut, adapula pembatasan akibat Covid di China, padahal negara tirai bambu itu adalah konsumen energi terbesar di dunia serta dampak invasi Rusia ke Ukraina, yang menyebabkan harga energi meroket dan adanya kekhawatiran pada resesi. 


 

Apa Dampaknya Jika Harga Minyak Menurun?

Melansir dari World Economic Forum, turunnya harga minyak akan mempengaruhi beragam aktivitas ekonomi di dunia. 

Diketahui, harga minyak yang lebih rendah akan menyebabkan penurunan biaya produksi, menekan harga barang, dan tentunya akan mengurangi inflasi. Hal ini pun akan memiliki efek domino ke sektor perekonomian lainnya, seperti investasi, penurunan tagihan energi, peningkatan daya beli masyarakat, hingga menghasilkan pertumbuhan ekonomi global. Singkat kata, penurunan harga minyak dapat menjadi salah satu sentimen positif di tengah isu resesi global saat ini.

Namun ibarat dua sisi mata koin, dampak positif ini hanya dapat dirasakan oleh para negara pengimpor minyak dunia dan tidak bagi para pengekspor. 

Pasalnya, perubahan harga minyak dapat membuat meningkatnya ketidakpastian ekonomi di negara produsen minyak. Soalnya, hal ini dapat mengurangi investasi dan banyak perusahaan yang terpaksa mengurangi belanja modal. Alhasil, kegiatan ekonomi di negara pengekspor minyak akan tersendat dan pertumbuhan ekonomi juga akan sukar terjadi.



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Context.id


RELATED ARTICLES

Hitungan Prabowo Soal Uang Kasus CPO Rp13,2 Triliun, Bisa Buat Apa Saja?

Presiden Prabowo Subianto melakukan perhitungan terkait uang kasus korupsi CPO Rp13,2 triliun yang ia sebut bisa digunakan untuk membangun desa ne ...

Renita Sukma . 20 October 2025

Polemik IKN Sebagai Ibu Kota Politik, Ini Kata Kemendagri dan Pengamat

Terminologi ibu kota politik yang melekat kepada IKN dianggap rancu karena bertentangan dengan UU IKN. r n r n

Renita Sukma . 18 October 2025

Dilema Kebijakan Rokok: Penerimaan Negara Vs Kesehatan Indonesia

Menkeu Purbaya ingin menggairahkan kembali industri rokok dengan mengerem cukai, sementara menteri sebelumnya Sri Mulyani gencar menaikkan cukai d ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 15 October 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 13 October 2025