Share

Stories 12 Desember 2022

Mengapa Alat Deteksi Kebohongan Bisa Tidak Akurat?

Lie detector sudah digunakan dalam interogasi dan investigasi polisi sejak 1924.

Ilustrasi Kuat Maaruf yang mendapatkan hasil bohong dalam tes lie detector. - Istimewa -

Context.id, JAKARTA - Seseorang dapat berbohong berulang kali dalam sehari. Penelitian bahkan menunjukkan bahwa seorang keturunan Amerika rata-rata berbohong empat kali dalam sehari. 

Oleh karena itu, diciptakanlah alat untuk mendeteksi kebohongan (lie detector) atau yang juga dikenal sebagai poligraf. Pasalnya, dalam beberapa bidang pekerjaan terutama yang berhubungan dengan hukum, memerlukan pernyataan yang jujur. 

Tak heran jika alat ini sebenarnya sudah digunakan dalam interogasi dan investigasi polisi sejak 1924. Selain itu, jika seseorang melamar untuk pekerjaan tertentu, mereka juga harus menjalani tes poligraf. 

Diketahui, orang yang melakukan kebohongan akan cenderung cemas dan gugup. Hal inilah yang kemudian dapat ditangkap oleh poligraf dengan pengetesan detak jantung, tekanan darah, laju pernapasan, dan tingkat keringat. Namun, kadangkala poligraf juga merekam gerakan lengan dan kaki. 

Jadi untuk pengetesannya, sebuah tabung pneumograf akan diikatkan di sekitar dada orang yang sedang dites kebohongannya dan sebuah manset tekanan darah juga akan diikatkan ke lengan. Kemudian, pena akan merekam impuls yang ada di tubuh pada sebuah kertas.

Adapun pada awal tes, pewawancara biasanya akan mengajukan tiga atau empat pertanyaan yang biasa ataupun normal untuk menetapkan seperti apa detak jantung, tekanan darah, laju pernafasan, serta tingkat keringat orang yang diwawancara pada saat rileks. Lalu, setelah itu, baru ditanyakan pertanyaan yang benar-benar harus dijawab dengan jawaban jujur. 

Ketika pertanyaan tersebut diajukan, pemeriksa poligraf dapat melihat grafik dan dapat melihat manakala tanda-tanda vital berubah secara signifikan pada salah satu pertanyaan.

Jika detak jantung lebih cepat, tekanan darah lebih tinggi, dan adanya peningkatan produksi keringat, hal tersebut menunjukan bahwa orang tersebut sedang berbohong.

 

 

Poligraf Punya Kelemahan

Ketika menggunakan poligraf, memang pemeriksa dapat mendeteksi kebohongan dengan akurasi yang tinggi. Dikutip dari Lie Detector UK, keakuratan dari hasil tes poligraf dapat mencapai 95-98 persen. 

Namun, perlu diketahui bahwa intepretasi pemeriksa masih bersifat subjektif, karena penentuan orang tersebut berbohong atau tidak hanya sesuai dengan analisa perorarangan dan tidak ada patokan batas seseorang berbohong atau tidak. Pasalnya, cepat lambatnya pegerakan organ vital masing-masing orang berbeda.

Dengan demikian, hasil tes poligraf tidak benar 100 persen dan masih dapat direkayasa. 

Lalu, laju pernapasan, tekanan darah, keringat, dan detak jantung yang meningkat dapat diakibatkan oleh kegugupan. Oleh karena itu, sebenarnya hasil poligraf seringpula ditolak sebagai bukti di pengadilan. 

Lebih lanjut, sebenarnya tidak normalnya gerakan organ vital manusia dapat diakibatkan oleh penyakit, alkohol, serta penggunaan obat-obatan. Oleh karena itu, sekalipun sudah memiliki acuan pergerakan organ vital pada awal tes, pergerakan tersebut masih dapat berubah sewaktu-waktu akibat hal-hal tersebut. 



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Context.id

Stories 12 Desember 2022

Mengapa Alat Deteksi Kebohongan Bisa Tidak Akurat?

Lie detector sudah digunakan dalam interogasi dan investigasi polisi sejak 1924.

Ilustrasi Kuat Maaruf yang mendapatkan hasil bohong dalam tes lie detector. - Istimewa -

Context.id, JAKARTA - Seseorang dapat berbohong berulang kali dalam sehari. Penelitian bahkan menunjukkan bahwa seorang keturunan Amerika rata-rata berbohong empat kali dalam sehari. 

Oleh karena itu, diciptakanlah alat untuk mendeteksi kebohongan (lie detector) atau yang juga dikenal sebagai poligraf. Pasalnya, dalam beberapa bidang pekerjaan terutama yang berhubungan dengan hukum, memerlukan pernyataan yang jujur. 

Tak heran jika alat ini sebenarnya sudah digunakan dalam interogasi dan investigasi polisi sejak 1924. Selain itu, jika seseorang melamar untuk pekerjaan tertentu, mereka juga harus menjalani tes poligraf. 

Diketahui, orang yang melakukan kebohongan akan cenderung cemas dan gugup. Hal inilah yang kemudian dapat ditangkap oleh poligraf dengan pengetesan detak jantung, tekanan darah, laju pernapasan, dan tingkat keringat. Namun, kadangkala poligraf juga merekam gerakan lengan dan kaki. 

Jadi untuk pengetesannya, sebuah tabung pneumograf akan diikatkan di sekitar dada orang yang sedang dites kebohongannya dan sebuah manset tekanan darah juga akan diikatkan ke lengan. Kemudian, pena akan merekam impuls yang ada di tubuh pada sebuah kertas.

Adapun pada awal tes, pewawancara biasanya akan mengajukan tiga atau empat pertanyaan yang biasa ataupun normal untuk menetapkan seperti apa detak jantung, tekanan darah, laju pernafasan, serta tingkat keringat orang yang diwawancara pada saat rileks. Lalu, setelah itu, baru ditanyakan pertanyaan yang benar-benar harus dijawab dengan jawaban jujur. 

Ketika pertanyaan tersebut diajukan, pemeriksa poligraf dapat melihat grafik dan dapat melihat manakala tanda-tanda vital berubah secara signifikan pada salah satu pertanyaan.

Jika detak jantung lebih cepat, tekanan darah lebih tinggi, dan adanya peningkatan produksi keringat, hal tersebut menunjukan bahwa orang tersebut sedang berbohong.

 

 

Poligraf Punya Kelemahan

Ketika menggunakan poligraf, memang pemeriksa dapat mendeteksi kebohongan dengan akurasi yang tinggi. Dikutip dari Lie Detector UK, keakuratan dari hasil tes poligraf dapat mencapai 95-98 persen. 

Namun, perlu diketahui bahwa intepretasi pemeriksa masih bersifat subjektif, karena penentuan orang tersebut berbohong atau tidak hanya sesuai dengan analisa perorarangan dan tidak ada patokan batas seseorang berbohong atau tidak. Pasalnya, cepat lambatnya pegerakan organ vital masing-masing orang berbeda.

Dengan demikian, hasil tes poligraf tidak benar 100 persen dan masih dapat direkayasa. 

Lalu, laju pernapasan, tekanan darah, keringat, dan detak jantung yang meningkat dapat diakibatkan oleh kegugupan. Oleh karena itu, sebenarnya hasil poligraf seringpula ditolak sebagai bukti di pengadilan. 

Lebih lanjut, sebenarnya tidak normalnya gerakan organ vital manusia dapat diakibatkan oleh penyakit, alkohol, serta penggunaan obat-obatan. Oleh karena itu, sekalipun sudah memiliki acuan pergerakan organ vital pada awal tes, pergerakan tersebut masih dapat berubah sewaktu-waktu akibat hal-hal tersebut. 



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Context.id


RELATED ARTICLES

Ide Keberagaman dan Kesetaraan yang Mulai Luntur di AS

Perusahaan dan universitas yang selama ini menekankan kebijakan keberagaman, kesetaraan dan inklusi mendapatkan tekanan politik

Context.id . 31 December 2024

Gelar Sarjana Menjamin Bakal Terserap Dunia Kerja?

Seringkali dunia kerja mengutamakan gelar sarjana di atas keterampilan praktis atau pengalaman langsung

Context.id . 31 December 2024

The Wild Robot dan Flow, Film Bertema Lingkungan Tanpa Jargon Krisis Iklim

Sutradara kedua film membahas pendekatan subtil namun berdampak terhadap isu perubahan iklim

Context.id . 30 December 2024

Google Kembali Melacak Sidik Jari Digital Anda, Melanggar Privasi?

Kebijakan baru ini menimbulkan perdebatan sengit mengenai keseimbangan antara perlindungan privasi dan kebutuhan pengiklan

Context.id . 30 December 2024