Share

Home Stories

Stories 28 Oktober 2022

Asal Muasal Ramalan Zodiak, Ada yang Tahu?

Ramalan rasi bintang tidak terlepas dari kebiasaan unik dan ilmu pengetahuan masyarakat pada ribuan tahun yang lalu.

Ramalan rasi bintang tidak terlepas dari kebiasaan unik dan ilmu pengetahuan masyarakat pada ribuan tahun yang lalu. - ESA/Hubble & NASA, E. Noyola -

Context.id, JAKARTA - Apakah kamu pernah membaca ramalan rasi bintang dan merasa bahwa ramalan tersebut benar? Atau kamu pernah menebak karakter seseorang hanya dengan zodiaknya saja?

Namun, tahukah kamu bahwa ramalan-ramalan ini tidak terlepas dari kebiasaan unik dan ilmu pengetahuan masyarakat pada ribuan tahun yang lalu. 

Dikutip dari Times, pada zaman Mesir kuno, para petani sudah menggunakan langit sebagai kalender mereka. Jadi ketika muncul rasi bintang Sirius, bintang Anjing pada sekitar pertengahan bulan Juli, hal itu akan dipandang sebagai penanda banjir tahunan Sungai Nil akan terjadi. Selain itu, masyarakat China kuno memandang gerhana atau bintik matahari sebagai pertanda baik atau buruknya kaisar mereka. 

Namun karena itu pula, hingga saat ini masih belum jelas pada zaman apa, pengetahuan dan kebiasaan untuk melihat bintang mulai diterapkan. “Kami tidak tahu siapa yang pertama kali menemukan ide untuk melihat hal-hal di alam dan pengaruh ramalan pada manusia,” ujar Direktur Citizen Science di NASA, astronom Sten Odenwald.

Akan tetapi, untuk 12 rasi bintang yang kita kenali sekarang itu sudah diketahui bahwa ia berasal dari sekitar tahun 330 SM di Babilonia, saat Alexander Agung berhasil menaklukan Mesir. Hal inipun menjawab bagaimana rasi bintang ini sangat berkaitan dengan dewa-dewa dari Yunani. Bahkan diketahui bahwa kata zodiak sendiri berasal dari kata Yunani yang berartikan lingkaran hewan.

Saat itu, orang Babilonia membagi zodiak menjadi 12 tanda, setiap 30 derajat perputaran bumi, yakni Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo, Virgo, Libra, Scorpio, Sagittarius, Capricorn, Aquarius, dan Pisces.

Oleh karena itu, akibat perputaran Bumi ke matahari, setiap bulannya masyarakat pasti melihat tanda yang berbeda dan akan melihat tanda yang sama lagi pada tahun depannya. Contohnya, masyarakat Yunani akan mencari rasi bintang Aries sebagai penanda bahwa hari pertama musim semi sudah tiba.

Namun, seiring berkembangnya zaman, zodiak inipun bukan hanya mengenai keakuratan perubahan iklim dan dampaknya terhadap aktivitas pertanian. Akan tetapi juga kepada hal-hal yang bermanfaat pada publik. Mulai dari nasihat pada raja dan bangsawan, pertimbangan dalam pengambilan keputusan, hingga yang saat ini banyak dibicarakan perihal sifat dan jodoh. 

Namun kembali lagi, untuk astrologi dan segala ramalannya itu masih menjadi pro-kontra tersendiri. Menurut Sten Odenwald, astrologi berasal dari fenomena psikologis yang disebut sebagai kecenderungan manusia untuk memilih sendiri serta validasi agar hal yang diinginkan menjadi kenyataan.

“Orang membesar-besarkan hal-hal positif, dan mereka melupakan hal-hal negatif,” ujar Odenwald.

Pasalnya, dikutip dari Outlook India, astrologi seakan memberikan fakta dari sesuatu yang sebenarnya tidak jelas, sehingga menjadi jelas dan bisa dimengerti oleh logika.

Lebih lanjut, sampai saat ini banyak orang telah berusaha untuk menilai keakuratan astrologi. Namun, belum ada bukti ilmiah ataupun statistik yang dapat membenarkan hal ini.

Akan tetapi, astrologi tetap populer di kalangan masyarakat umum. Bahkan jumlah orang yang mengakses internet untuk memberitahukan masyarakat tentang astrologi juga semakin meningkat. 



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi

Home Stories

Stories 28 Oktober 2022

Asal Muasal Ramalan Zodiak, Ada yang Tahu?

Ramalan rasi bintang tidak terlepas dari kebiasaan unik dan ilmu pengetahuan masyarakat pada ribuan tahun yang lalu.

Ramalan rasi bintang tidak terlepas dari kebiasaan unik dan ilmu pengetahuan masyarakat pada ribuan tahun yang lalu. - ESA/Hubble & NASA, E. Noyola -

Context.id, JAKARTA - Apakah kamu pernah membaca ramalan rasi bintang dan merasa bahwa ramalan tersebut benar? Atau kamu pernah menebak karakter seseorang hanya dengan zodiaknya saja?

Namun, tahukah kamu bahwa ramalan-ramalan ini tidak terlepas dari kebiasaan unik dan ilmu pengetahuan masyarakat pada ribuan tahun yang lalu. 

Dikutip dari Times, pada zaman Mesir kuno, para petani sudah menggunakan langit sebagai kalender mereka. Jadi ketika muncul rasi bintang Sirius, bintang Anjing pada sekitar pertengahan bulan Juli, hal itu akan dipandang sebagai penanda banjir tahunan Sungai Nil akan terjadi. Selain itu, masyarakat China kuno memandang gerhana atau bintik matahari sebagai pertanda baik atau buruknya kaisar mereka. 

Namun karena itu pula, hingga saat ini masih belum jelas pada zaman apa, pengetahuan dan kebiasaan untuk melihat bintang mulai diterapkan. “Kami tidak tahu siapa yang pertama kali menemukan ide untuk melihat hal-hal di alam dan pengaruh ramalan pada manusia,” ujar Direktur Citizen Science di NASA, astronom Sten Odenwald.

Akan tetapi, untuk 12 rasi bintang yang kita kenali sekarang itu sudah diketahui bahwa ia berasal dari sekitar tahun 330 SM di Babilonia, saat Alexander Agung berhasil menaklukan Mesir. Hal inipun menjawab bagaimana rasi bintang ini sangat berkaitan dengan dewa-dewa dari Yunani. Bahkan diketahui bahwa kata zodiak sendiri berasal dari kata Yunani yang berartikan lingkaran hewan.

Saat itu, orang Babilonia membagi zodiak menjadi 12 tanda, setiap 30 derajat perputaran bumi, yakni Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo, Virgo, Libra, Scorpio, Sagittarius, Capricorn, Aquarius, dan Pisces.

Oleh karena itu, akibat perputaran Bumi ke matahari, setiap bulannya masyarakat pasti melihat tanda yang berbeda dan akan melihat tanda yang sama lagi pada tahun depannya. Contohnya, masyarakat Yunani akan mencari rasi bintang Aries sebagai penanda bahwa hari pertama musim semi sudah tiba.

Namun, seiring berkembangnya zaman, zodiak inipun bukan hanya mengenai keakuratan perubahan iklim dan dampaknya terhadap aktivitas pertanian. Akan tetapi juga kepada hal-hal yang bermanfaat pada publik. Mulai dari nasihat pada raja dan bangsawan, pertimbangan dalam pengambilan keputusan, hingga yang saat ini banyak dibicarakan perihal sifat dan jodoh. 

Namun kembali lagi, untuk astrologi dan segala ramalannya itu masih menjadi pro-kontra tersendiri. Menurut Sten Odenwald, astrologi berasal dari fenomena psikologis yang disebut sebagai kecenderungan manusia untuk memilih sendiri serta validasi agar hal yang diinginkan menjadi kenyataan.

“Orang membesar-besarkan hal-hal positif, dan mereka melupakan hal-hal negatif,” ujar Odenwald.

Pasalnya, dikutip dari Outlook India, astrologi seakan memberikan fakta dari sesuatu yang sebenarnya tidak jelas, sehingga menjadi jelas dan bisa dimengerti oleh logika.

Lebih lanjut, sampai saat ini banyak orang telah berusaha untuk menilai keakuratan astrologi. Namun, belum ada bukti ilmiah ataupun statistik yang dapat membenarkan hal ini.

Akan tetapi, astrologi tetap populer di kalangan masyarakat umum. Bahkan jumlah orang yang mengakses internet untuk memberitahukan masyarakat tentang astrologi juga semakin meningkat. 



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi


RELATED ARTICLES

Hoodie Ikonik Mark Zuckerberg Dilelang, Ada Catatan Era Awal Facebook

Sebuah hoodie klasik milik Mark Zuckerberg dari era awal Facebook kini dilelang

Context.id . 05 February 2025

Teknologi AI China Tetap Maju Meski Ada Embargo Cip AS

Perusahaan teknologi China terus mengembangkan AI generatif yang canggih bahkan bisa mengalahkan AS meskipun mendapat embargo cip untuk semikonduktor

Context.id . 03 February 2025

Rumah Sakit Swasta Terbaik di Asia 2025: Panduan untuk Perawatan Kesehatan

Biaya murah tapi menggunakan teknologi mutakhir membuat rumah sakit di Asia jadi pilihan untuk pasien global berobat

Context.id . 03 February 2025

Elon Musk Kehilangan Rp178 Triliun di Awal 2025, Apa Penyebabnya?

Penurunan kekayaan Musk karena turunnya harga saham Tesla yang menjadi sumber utama pendapatannya

Context.id . 03 February 2025