Stories - 25 October 2022

Korea Utara-Selatan Memanas, Bagaimana Sejarahnya?

Gerbang perbatasan Korea Utara dan Selatan semakin memanas. Pasalnya, kapal dagang Korea Utara kembali melanggar garis batas perairan.


Presiden Korea Utara, Kim Jong Un sedang melambai ke arah pasukannya. - Istimewa -

Context.id, JAKARTA - Gerbang perbatasan Korea Utara dan Selatan semakin memanas. Pada Senin (24/10/2022), kapal dagang Korea Utara diketahui melanggar garis batas perairan utara (NLL) di Laut Kuning. 

Oleh sebab itu, kapal militer Korea Selatan pun melepas 20 tembakan peringatan ke kapal Korea Utara. Alhasil kapal dagang itupun mundur dan militer Korea Utara juga menanggapi dengan satu tembakan balasan. 

Namun tak lama setelahnya, militer Korea Utara mengklaim bahwa ada sebuah kapal perang Korea Selatan yang melanggar batas laut barat dan menembakkan 10 peluru artileri ke laut bagian barat. Akan tetapi, kabar tersebut ditampik oleh pihak militer Korea Selatan.

Dikutip dari Bisnis, kapal Korea Utara memang sering menerobos melewati NLL. Pasalnya, mereka menutut agar jalur itu dipindahkan agar lebih ke selatan. 

Dilansir dari World KBS Korea, sebenarnya ini semua bermula pada 15 Agustus 1945, di mana semenanjung Korea akhirnya terbebas dari Jepang yang sudah 35 tahun menjajahnya. 

Namun, saat itu pula terjadi perang dingin antara Amerika dengan Uni Soviet (sekarang Rusia), yang membuat Korea kembali diambil alih oleh kedua negara adidaya tersebut.

Korea pun terbagi oleh garis batas 38 derajat, dengan Korea bagian utara dikuasai Uni Soviet dan Korea bagian selatan dikuasai Amerika. Dengan demikian, bentrokan antara dua wilayah ini pun tidak terelakan dan terjadilah Perang Korea. 

Setelah perang berlangsung selama tiga tahun, pada 27 Juli 1953, Dewan Keamanan PBB membuat perundingan antara kedua belah negara. 

Perundingan tersebut berisi penetapan garis demarkasi militer, penentuan tawanan perang, dan kesepakatan gencatan senjata. 

Dengan demikian, setelah perundingan tersebut, berakhirlah perang saudara Korea. 

Namun sayangnya, hingga saat ini masih ada anggota Korea Utara yang tidak mengakui hasil perundingan PBB pada 1953, terutama garis demarkasi militer.

Pasalnya, garis perbatasan tersebut dinilai kurang Selatan dan perjanjian tersebut dikepalai oleh PBB yang mana saat itu dipimpin oleh Amerika. 

Hal tersebut pun menjadi alasan bagi banyaknya kapal dari Korea Utara yang melewati perbatasan.

Oleh karena itu pula, sebenarnya baku tembak antara Korea Utara dan Selatan sudah sering terjadi. Apalagi saat ini sedang meningkat ketegangan di semenanjung Korea akibat provokasi Korea Utara.


 

Padahal Sempat “Berdamai”

Diketahui, sebenarnya kedua Korea ini sempat “berdamai” pada 2018, dimana kedua negara membuat kesepakatan yang luar biasa, dengan masuk bersama saat parade atlet Olimpiade PyeongChang 2018.

Keduanya juga membuat tim hoki es wanita gabungan. 


Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi

MORE  STORIES

Kronologi Harvey Moeis Jadi Tersangka Kasus Korupsi PT Timah

Kejaksaan Agung (Kejagung) menetapkan Harvey Moeis sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi tata niaga komoditas timah di wilayah Izin Usaha P ...

Context.id | 28-03-2024

Satelit Starlink Elon Musk Ikut Kawal Mudik Lebaran 2024 di Indonesia

Satelit luar angkasa penyedia jaringan internet milik Elon Musk, Starlink akan ikut hadir dan mengambil peran dalam masa mudik lebaran 2024 di Ind ...

Context.id | 28-03-2024

Rusia Tuding Barat dan Ukraina Dukung Serangan Teroris di Moskow

Tudingan itu dibantah Ukraina dan Prancis

Context.id | 27-03-2024

Ahli HAM PBB Serukan Sanksi dan Embargo Senjata Israel

lebih dari 30.000 orang Palestina terbunuh atas tindakan Israel dalam operasi militernya di Gaza

Context.id | 27-03-2024