Share

Stories 14 Oktober 2022

Polemik Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang Terus Molor

Pembangunan Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) seakan tidak kunjung menemukan jalan akhir. Kenapa?

Kereta cepat inspeksi ditarik dengan lokomotif di lokasi proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung di Stasiun Tegalluar, Bandung, (13/10/2022). - Antara -

Context.id, JAKARTA - Pembangunan Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) seakan tidak kunjung menemukan jalan akhir. 

Mulanya, proyek kerjasama bilateral China-Indonesia ini ditargetkan selesai pada 2018 dan dapat beroperasi pada 2019. Namun, target pengoperasian itu diundur menjadi Desember 2022 karena masalah teknis, dan kembali diundur menjadi 2023. 

Adapun molornya proyek ini dikarenakan adanya kendala saat proses pembangunan terowongan (tunnel) 2 dan tunnel 11 akibat kondisi tanah yang sulit untuk dikendalikan. Kemudian, proyek ini kembali dimundurkan karena pembengkakan biaya.

Sekalipun itu sejauh ini, perkembangan proyek kereta api ini sudah mencapai 88,8 persen dengan progres perincian konstruksi mencapai 78,8 persen dan progres investasi mencapai 89,22 persen. “Peluncuran nanti untuk operasional Insyaallah kurang lebih nanti pada Juni 2023,” ujar Presiden Joko Widodo. 

Namun, Kereta Api Indonesia (KAI) melalui PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) terus berupaya agar KCJB dapat dites secara dinamis pada November 2022, bertepatan dengan penyelenggaraan Presidensi G20. 

Lebih lanjut, KCJB ini juga memiliki sejumlah fakta menarik yang telah dirangkum oleh Context.


 

Xi Jinping Akan Mengunjungi KCJB

Presiden China, Xi Jinping berencana untuk datang ke Indonesia untuk meninjau proyek kedua negara ini. Namun, kedatangannya masih dibicarakan dan belum pasti.


 

Akan Terintegrasi dengan Transjakarta dan LRT

Presiden Direktur KCIC, Dwiyana Slamet Riyadi menyatakan bahwa di Stasiun Kereta Cepat yang berada di Halim, telah terdapat stasiun kereta LRT yang sengaja dibangun untuk integrasi.

Lebih lanjut, nantinya Transjakarta juga akan melewati daerah tersebut, agar integrasi antar moda transportasi semakin lancar.
“Hal ini benar-benar kita pikirkan, walaupun dalam jangka pendek belum 100 persen ideal tapi saya yakin walaupun stasiun kereta cepat berada di luar kota, tapi kita akan membuat bagaimana membuat masyarakat itu mudah menggunakannya,” ujar Dwiyana dikutip dari Antara. 


 

KCJB Berkapasitas 601 Tempat Duduk

Satu rangkaian KCJB terdiri atas delapan kereta dengan kapasitas sebanyak 601 pelanggan. Adapun nantinya setiap rangkaian akan memiliki 18 kursi VIP, 28 kursi First Class, dan 555 kursi Second Class. 

Setiap penumpang dari KCJB ini akan dikenakan biaya tiket dengan harga di kisaran Rp250.000 hingga Rp350.000


 

Dianggarkan dari APBN

Awalnya, pembiayaan KCJB adalah 75 persen dari China Development Bank (CDB) dan 25 persen sisanya dibiayai dari ekuitas konsorsium. Namun, seiring pembangunan berlangsung, dana itu ternyata bengkak dari US$513 miliar atau Rp81 triliun menjadi US$7,9 miliar atau sebesar Rp121 triliun.

Untuk menghindari mangkraknya proyek, pemerintah Indonesia melalui APBN lah yang disebut-sebut akan menanggung selisihnya. 

Diketahui, PT KAI pernah menambahkan Penyertaan Modal Negara (PMN) tahun 2022 sebesar Rp4,1 triliun. 



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi

Stories 14 Oktober 2022

Polemik Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang Terus Molor

Pembangunan Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) seakan tidak kunjung menemukan jalan akhir. Kenapa?

Kereta cepat inspeksi ditarik dengan lokomotif di lokasi proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung di Stasiun Tegalluar, Bandung, (13/10/2022). - Antara -

Context.id, JAKARTA - Pembangunan Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) seakan tidak kunjung menemukan jalan akhir. 

Mulanya, proyek kerjasama bilateral China-Indonesia ini ditargetkan selesai pada 2018 dan dapat beroperasi pada 2019. Namun, target pengoperasian itu diundur menjadi Desember 2022 karena masalah teknis, dan kembali diundur menjadi 2023. 

Adapun molornya proyek ini dikarenakan adanya kendala saat proses pembangunan terowongan (tunnel) 2 dan tunnel 11 akibat kondisi tanah yang sulit untuk dikendalikan. Kemudian, proyek ini kembali dimundurkan karena pembengkakan biaya.

Sekalipun itu sejauh ini, perkembangan proyek kereta api ini sudah mencapai 88,8 persen dengan progres perincian konstruksi mencapai 78,8 persen dan progres investasi mencapai 89,22 persen. “Peluncuran nanti untuk operasional Insyaallah kurang lebih nanti pada Juni 2023,” ujar Presiden Joko Widodo. 

Namun, Kereta Api Indonesia (KAI) melalui PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) terus berupaya agar KCJB dapat dites secara dinamis pada November 2022, bertepatan dengan penyelenggaraan Presidensi G20. 

Lebih lanjut, KCJB ini juga memiliki sejumlah fakta menarik yang telah dirangkum oleh Context.


 

Xi Jinping Akan Mengunjungi KCJB

Presiden China, Xi Jinping berencana untuk datang ke Indonesia untuk meninjau proyek kedua negara ini. Namun, kedatangannya masih dibicarakan dan belum pasti.


 

Akan Terintegrasi dengan Transjakarta dan LRT

Presiden Direktur KCIC, Dwiyana Slamet Riyadi menyatakan bahwa di Stasiun Kereta Cepat yang berada di Halim, telah terdapat stasiun kereta LRT yang sengaja dibangun untuk integrasi.

Lebih lanjut, nantinya Transjakarta juga akan melewati daerah tersebut, agar integrasi antar moda transportasi semakin lancar.
“Hal ini benar-benar kita pikirkan, walaupun dalam jangka pendek belum 100 persen ideal tapi saya yakin walaupun stasiun kereta cepat berada di luar kota, tapi kita akan membuat bagaimana membuat masyarakat itu mudah menggunakannya,” ujar Dwiyana dikutip dari Antara. 


 

KCJB Berkapasitas 601 Tempat Duduk

Satu rangkaian KCJB terdiri atas delapan kereta dengan kapasitas sebanyak 601 pelanggan. Adapun nantinya setiap rangkaian akan memiliki 18 kursi VIP, 28 kursi First Class, dan 555 kursi Second Class. 

Setiap penumpang dari KCJB ini akan dikenakan biaya tiket dengan harga di kisaran Rp250.000 hingga Rp350.000


 

Dianggarkan dari APBN

Awalnya, pembiayaan KCJB adalah 75 persen dari China Development Bank (CDB) dan 25 persen sisanya dibiayai dari ekuitas konsorsium. Namun, seiring pembangunan berlangsung, dana itu ternyata bengkak dari US$513 miliar atau Rp81 triliun menjadi US$7,9 miliar atau sebesar Rp121 triliun.

Untuk menghindari mangkraknya proyek, pemerintah Indonesia melalui APBN lah yang disebut-sebut akan menanggung selisihnya. 

Diketahui, PT KAI pernah menambahkan Penyertaan Modal Negara (PMN) tahun 2022 sebesar Rp4,1 triliun. 



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi


RELATED ARTICLES

Airbnb Terkeren di Dunia, Jet Pribadi yang Pernah Dimiliki Pablo Escobar

Pesawat jet pribadi pabrikan Boeing yang pernah dimiliki gembong mafia Pablo Escoba diubah menjadi penginapan mewah

Context.id . 06 January 2025

Populasi Dunia Mencapai 8,09 Miliar pada Tahun Baru 2025

Setelah pertumbuhan 71 juta jiwa pada 2024, penduduk dunia akan mencapai 8,09 miliar pada 2025

Context.id . 03 January 2025

Ide Keberagaman dan Kesetaraan yang Mulai Luntur di AS

Perusahaan dan universitas yang selama ini menekankan kebijakan keberagaman, kesetaraan dan inklusi mendapatkan tekanan politik

Context.id . 31 December 2024

Gelar Sarjana Menjamin Bakal Terserap Dunia Kerja?

Seringkali dunia kerja mengutamakan gelar sarjana di atas keterampilan praktis atau pengalaman langsung

Context.id . 31 December 2024