Stories - 11 October 2022

Mengulik Misteri Kematian Raja Mesir Tutankhamun

Penemuan makam Raja Tutankhamun mengubah sejarah Mesir yang sudah dipahami dan meninggalkan sejumlah misteri baru.


Penemuan makam Raja Tutankhamun merubah sejarah Mesir yang sudah dipahami dan meninggalkan sejumlah misteri baru.

Context.id, JAKARTA - Kalau membicarakan raja Mesir kuno, rasanya tidak dapat terlepas dengan bahasan mengenai makam dan kematian dari Raja Tutankhamun (Raja Tut).

Jauh sebelum penemuan makam sang penguasa Mesir pada abad ke-14 ditemukan, para arkeolog menganggap ruang pemakaman Mesir terakhir di Lembah Para Raja Mesir telah lebih dulu ditemukan. 

Alhasil, penemuan makam utuh dari sang penguasa Mesir yang baru ditemukan pada 1922 ini mengubah sejarah dan meninggalkan misteri baru. 


 

Raja Tut Dibunuh?

Dikutip dari Scientific American, Raja Tutankhamun merupakan raja Mesir yang memerintah hanya satu dekade, yakni dari 1332 hingga 1322 SM dan meninggal dunia di usia 19 tahun. Namun, hingga saat ini penyebab kematiannya masih belum diketahui.

Pada mumi yang ditemukan, ada sejumlah kejanggalan. Menurut analisis DNA yang dilakukan peneliti asal Universitas Zurich, Frank Ruhli, raja muda itu menderita malaria dan CT scan menunjukkan bahwa ia mungkin memiliki kelainan tulang langka yang disebut sebagai penyakit Kohler.

Hal itupun mengakibatkan kaki kirinya mengalami kecacatan dan sulit untuk berjalan dengan normal. Hal tersebut juga didukung dengan 130 tongkat yang juga berada di makamnya, yang mana beberapa di antaranya sempat digunakan oleh Raja Tut semasa hidupnya. Namun menurut para peneliti, hal tersebut tidak memiliki efek yang terlalu fatal hingga menyebabkan kematian seorang raja. 

Diketahui, pada mumi tersebut ditemukan patah kaki yang sangat parah. Jadi, lututnya patah hingga menembus kulit dan menyebabkan pendarahan hebat. Namun permasalahannya, patah lutut itu tidak bisa dipastikan terjadi semasa hidup Raja Tut.

Hal itu pun menimbulkan sejumlah pertanyaan bagi para peneliti. Apakah Raja Tut merupakan seorang firaun yang kuat dan dapat memimpin pasukan ke pertempuran? Atau bahkan ia hanyalah sebuah boneka dari para petinggi kerajaan, mengingat kematiannya yang diperkirakan sangat mendadak.

Adapun asumsi ini disebutkan karena makamnya yang kecil dan terkesan dipaksakan. Oleh karena itu, beberapa peneliti sempat berasumsi bahwa makam itu sebenarnya sudah dibangun untuk orang lain, tapi digunakan kembali oleh Tutankhamun yang tiba-tiba meninggal. 


 

Sejarah Hidup Raja Tut Seakan Terhapus

Dilansir dari History, bukan hanya kematiannya yang menjadi misteri, tetapi juga kisah hidupnya. Diketahui, Raja Tut adalah putra seorang raja Mesir yang kontroversial, Akhenaten. 

Pasalnya, pada saat itu masyarakat Mesir diminta untuk hanya menyembah satu dewa. Padahal, seperti yang kita ketahui bahwa Mesir memiliki banyak dewa yang cukup terkenal yakni Dewa Matahari (Ra), Dewa Keadilan (Osiris), Dewa Langit (Horus), dan Dewa Kematian (Anubis). 

Selain itu, ibukota pemerintahan Mesir juga berpindah pada zaman tersebut, dari Thebes jke Amarna. Maka dari itu, pada masa pemerintahan Raja Tut, semua kebijakan ayahnya dipulihkan seperti semula dan mengembalikan ketentraman kerajaan.

Namun anehnya, catatan hidup Raja Tut tidak ada. “Mereka secara khusus mencoba untuk mengambil ingatan seluruh keluarga dengan tidak memasukkan mereka ke dalam daftar raja selanjutnya. Seolah-olah orang ini tidak ada,” ujar professor Egyptology dari Universitas Pennsylvania, David P. Silverman, dikutip dari History.


 

Kutukan Makam Raja Tut

Mengenai makam Raja Tut, akhir-akhir ini terdapat spekulasi mengenai kutukannya. 

Pada awal 1923, pada setahun setelah penemuan makam sang firaun, arkeolog Inggris Howard Carter dan investornya George Herbert, Lord Carnarvon secara seremonial membuka ruangan pemakaman Raja Tut. 

Namun, selang dua bulan setelahnya, Carnarvon meninggal akibat keracunan darah dari gigitan nyamuk di pipinya. Masyarakat pun berspekulasi bahwa hal itu adalah akibat kutukan mumi karena mengganggu raja dan ratu lainnya yang terkubur di lembah. 

Akan tetapi British Medical Journal menyatakan hal yang sebaliknya. Berdasarkan penelitian pada 2002 tentang kelangsungan hidup 44 orang yang berada di lokasi yang sama dengan Carnarvon, tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara potensi paparan kutukan mumi dengan kelangsungan hidup.

Beberapa teori menjelaskan bahwa kematian Carnarvon mungkin terkait dengan racun di dalam makam Tut. Lebih lanjut, beberapa mumi kuno juga terbukti memiliki spesies jamur yang berpotensi berbahaya dan dinding makam yang mungkin tertutup bakteri karena sudah tertimbun berabad-abad. 


Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi

MORE  STORIES

Jam Kerja Rendah Tapi Produktivitas Tinggi, Berkaca dari Jerman

Data OECD menunjukkan bmeskipun orang Jerman hanya bekerja rata-rata 1.340 jam per tahun, partisipasi perempuan yang tinggi dan regulasi bagus mem ...

Context.id | 29-10-2024

Konsep Adrenal Fatigue Hanyalah Mitos dan Bukan Diagnosis yang Sahih

Konsep adrenal fatigue adalah mitos tanpa dasar ilmiah dan bukan diagnosis medis sah yang hanyalah trik marketing dari pendengung

Context.id | 29-10-2024

Dari Pengusaha Menjadi Sosok Dermawan; Tren Filantropis Pendiri Big Tech

Banyak yang meragukan mengapa para taipan Big Tech menjadi filantropi, salah satunya tudingan menghindari pajak

Context.id | 28-10-2024

Dari Barak ke Ruang Rapat: Sepak Terjang Lulusan Akmil dan Akpol

Para perwira lulusan Akmil dan Akpol memiliki keterampilan kepemimpinan yang berharga untuk dunia bisnis dan pemerintahan.

Context.id | 28-10-2024