Share

Home Stories

Stories 11 Oktober 2022

Hanya Menari Bisa Nyalain Lampu Satu Ruangan, Masa Sih?

Energi gerak yang dihasilkan selagi masyarakat menonton musik live, clubbing, atau berjalan, dapat dikonversi menjadi energi listrik yang dibutuhkan.

Energi gerak yang dihasilkan selagi masyarakat menonton musik live atau berjalan, dapat dikonversi menjadi energi listrik yang dibutuhkan. -Istimewa-

Context.id, JAKARTA - Selama ini kalau mendengar sumber energi listrik terbarukan, apa yang terbayang? Energi surya, air, angin, atau geothermal?

Menariknya, di sejumlah negara sudah ada suatu energi listrik terbarukan yang dihasilkan oleh energi manusia. Jadi energi gerak yang dihasilkan selagi masyarakat menonton musik live, clubbing, atau berjalan, dapat dikonversi menjadi energi listrik yang dibutuhkan. 

Dalam salah satu klub dansa di Belanda, terdapat lantai energi berukuran 75x75x20 cm yang dapat menghasilkan energi sebesar 35 watt yang kemudian bisa dimanfaatkan untuk mengoperasikan hal-hal yang membutuhkan listrik di sana.

“Kami mulai dengan berpikir, “bagaimana Anda bisa membuat klub malam lebih berkelanjutan?” tanya CEO perusahaan tersebut, Michel Smit. “(Mengapa) tidak ada 1.000 orang gila yang melompat, berlari, menari, menjadi gila di malam hari. Mengapa kita tidak menggunakan energi itu untuk membuat dampak positif?” tanyanya lagi. 

Hal itupun kemudian diadopsi oleh sejumlah perusahaan di negara-negara lain. Di Inggris, perusahaan Pavegen telah menerapkan teknologi sumber energi kinetik ini ke fasilitas publik seperti trotoar, pusat transportasi, gerai ritel, hingga lembaga pendidikan. 

Lebih lanjut, pesta dansa di Glasgow, Jerman bahkan melakukan tindakan yang lebih jauh. Panitia acara tersebut memasang sistem bodyheat yang dapat berfungsi untuk menangkap panas dari tubuh dari penari untuk dapat memanaskan atau mendinginkan lokasi tersebut. Menariknya, tindakan ini akan mengurangi sekitar 70 ton karbon dioksida per tahunnya.

Lalu, grup band internasional Coldplay juga menyatakan bahwa pihaknya baru akan melakukan tur jika konser yang diadakan dengan cara yang lebih berkelanjutan. Mereka bahkan mengusulkan agar energi listrik di tempat acara akan berasal dari lantai kinetik dan sepeda.

“Anda tahu ketika sang vokalis berkata, kami membutuhkan Anda untuk melompat-lompat? Ketika saya mengatakan itu, saya benar-benar membutuhkan Anda untuk melompat-lompat. Karena kalau tidak, maka lampu akan padam,” ujar vokalis Coldplay Chris Martin.

 

Bagaimana cara kerjanya?

Pembangkit energi ini menggunakan metode yang didasarkan konsep Piezoelektrik. Adapun konsep ini adalah jenis energi listrik yang dihasilkan dari tekanan mekanis, seperti berjalan, berlari, atau menari. 

Jadi jika ada orang yang menari di lantai yang dilengkapi dengan teknologi piezoelektrik, setelah kaki menyentuh lantai, sejumah tekanan akan ditangkap oleh sensor dan kemudian diubah menjadi muatan listrik.

Namun, konsep ini hanya dapat dilakukan jika ada sejumlah besar orang yang bergerak dengan saat yang sama. Jadi, sistem ini hanya dapat diterapkan di keramaian, karena satu langkah kaki saja tidak cukup untuk memberikan tekanan.



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi

Stories 11 Oktober 2022

Hanya Menari Bisa Nyalain Lampu Satu Ruangan, Masa Sih?

Energi gerak yang dihasilkan selagi masyarakat menonton musik live, clubbing, atau berjalan, dapat dikonversi menjadi energi listrik yang dibutuhkan.

Energi gerak yang dihasilkan selagi masyarakat menonton musik live atau berjalan, dapat dikonversi menjadi energi listrik yang dibutuhkan. -Istimewa-

Context.id, JAKARTA - Selama ini kalau mendengar sumber energi listrik terbarukan, apa yang terbayang? Energi surya, air, angin, atau geothermal?

Menariknya, di sejumlah negara sudah ada suatu energi listrik terbarukan yang dihasilkan oleh energi manusia. Jadi energi gerak yang dihasilkan selagi masyarakat menonton musik live, clubbing, atau berjalan, dapat dikonversi menjadi energi listrik yang dibutuhkan. 

Dalam salah satu klub dansa di Belanda, terdapat lantai energi berukuran 75x75x20 cm yang dapat menghasilkan energi sebesar 35 watt yang kemudian bisa dimanfaatkan untuk mengoperasikan hal-hal yang membutuhkan listrik di sana.

“Kami mulai dengan berpikir, “bagaimana Anda bisa membuat klub malam lebih berkelanjutan?” tanya CEO perusahaan tersebut, Michel Smit. “(Mengapa) tidak ada 1.000 orang gila yang melompat, berlari, menari, menjadi gila di malam hari. Mengapa kita tidak menggunakan energi itu untuk membuat dampak positif?” tanyanya lagi. 

Hal itupun kemudian diadopsi oleh sejumlah perusahaan di negara-negara lain. Di Inggris, perusahaan Pavegen telah menerapkan teknologi sumber energi kinetik ini ke fasilitas publik seperti trotoar, pusat transportasi, gerai ritel, hingga lembaga pendidikan. 

Lebih lanjut, pesta dansa di Glasgow, Jerman bahkan melakukan tindakan yang lebih jauh. Panitia acara tersebut memasang sistem bodyheat yang dapat berfungsi untuk menangkap panas dari tubuh dari penari untuk dapat memanaskan atau mendinginkan lokasi tersebut. Menariknya, tindakan ini akan mengurangi sekitar 70 ton karbon dioksida per tahunnya.

Lalu, grup band internasional Coldplay juga menyatakan bahwa pihaknya baru akan melakukan tur jika konser yang diadakan dengan cara yang lebih berkelanjutan. Mereka bahkan mengusulkan agar energi listrik di tempat acara akan berasal dari lantai kinetik dan sepeda.

“Anda tahu ketika sang vokalis berkata, kami membutuhkan Anda untuk melompat-lompat? Ketika saya mengatakan itu, saya benar-benar membutuhkan Anda untuk melompat-lompat. Karena kalau tidak, maka lampu akan padam,” ujar vokalis Coldplay Chris Martin.

 

Bagaimana cara kerjanya?

Pembangkit energi ini menggunakan metode yang didasarkan konsep Piezoelektrik. Adapun konsep ini adalah jenis energi listrik yang dihasilkan dari tekanan mekanis, seperti berjalan, berlari, atau menari. 

Jadi jika ada orang yang menari di lantai yang dilengkapi dengan teknologi piezoelektrik, setelah kaki menyentuh lantai, sejumah tekanan akan ditangkap oleh sensor dan kemudian diubah menjadi muatan listrik.

Namun, konsep ini hanya dapat dilakukan jika ada sejumlah besar orang yang bergerak dengan saat yang sama. Jadi, sistem ini hanya dapat diterapkan di keramaian, karena satu langkah kaki saja tidak cukup untuk memberikan tekanan.



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi


RELATED ARTICLES

Hitungan Prabowo Soal Uang Kasus CPO Rp13,2 Triliun, Bisa Buat Apa Saja?

Presiden Prabowo Subianto melakukan perhitungan terkait uang kasus korupsi CPO Rp13,2 triliun yang ia sebut bisa digunakan untuk membangun desa ne ...

Renita Sukma . 20 October 2025

Polemik IKN Sebagai Ibu Kota Politik, Ini Kata Kemendagri dan Pengamat

Terminologi ibu kota politik yang melekat kepada IKN dianggap rancu karena bertentangan dengan UU IKN. r n r n

Renita Sukma . 18 October 2025

Dilema Kebijakan Rokok: Penerimaan Negara Vs Kesehatan Indonesia

Menkeu Purbaya ingin menggairahkan kembali industri rokok dengan mengerem cukai, sementara menteri sebelumnya Sri Mulyani gencar menaikkan cukai d ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 15 October 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 13 October 2025