Share

Home Stories

Stories 14 September 2022

Rasuna Said, Pahlawan yang Berjuang dengan Tulisan

Selama hidupnya, Rasuna Said adalah tokoh wanita yang telah berjuang melawan penjajah, salah satu perjuangannya ia lakukan melalui tulisan.

Ilustrasi Rasuna Said dalam Google Doodle.

Context, JAKARTA - Pada hari ini (14/9/2022), Google Doodle menyajikan gambar dari salah satu pahlawan wanita yang dimiliki Indonesia, yaitu Rasuna Said. Selama hidupnya, Rasuna Said adalah tokoh wanita yang telah berjuang melawan penjajah, salah satu perjuangannya ia lakukan melalui tulisan.

Dalam Google Doodle tersebut, Rasuna Said digambarkan sedang berbicara atau berpidato lengkap dengan mikrofon di depannya. Kemudian di belakangnya, digambarkan banyak sosok perempuan sedang berkumpul untuk mendengarkan Rasuna Said.

Memang, apa saja perjuangan dari Rasuna Said?


Perjuangan Rasuna Said

Perjuangan Rasuna Said melawan Belanda dimulai dari bidang politik, yaitu dengan mulai aktif di Sarekat Rakyat (SR) sebagai Sekretaris Cabang Maninjau pada 1926. Dilansir sebuah Jurnal yang diterbitkan oleh Universitas Negeri Yogyakarta, peran sekretaris di organisasi SR tersebut juga termasuk sebagai penulis. Dari sini lah, awal mula perjuangannya diutarakan dalam tulisan-tulisannya. 

Setelah itu, perjuangan melalui politiknya berlanjut saat ia bergabung ke organisasi Persatuan Muslimin Indonesia (PMI atau Permi) pada 1930. Di Permi, karena kemahirannya dalam menulis pidato dan juga membacakannya, Rasuna Said mulai aktif untuk memberikan kursus berpidato dan latihan-latihan debat. Atas keberaniannya dan jasanya ini, ia pun dijuluki sebagai “Singa Betina”.

Pada 19 November 1932, Rasuna Said sempat berpidato di depan rapat umum Permi yang diselenggarakan di Payakumbuh. Dalam pidatonya, secara lantang ia membacakan tulisannya mengenai penjajah yang telah memperbodoh, memiskinkan, dan menanamkan jiwa perbudakan kepada bangsa Indonesia.

Akibat keberaniannya tersebut, Rasuna Said pun dipenjara satu tahun dua bulan di penjara Bulu, Semarang, Jawa Tengah oleh pemerintah Kolonial Hindia Belanda karena dituduh telah melakukan penghasutan dan mengintimidasi rakyat untuk melakukan pemberontakan. Kemudian setelah keluar dari penjara, Rasuna Said pun melanjutkan pendidikannya di Islamic College pimpinan Dr Kusuma Atmaja dan KH Mochtar Jahja.

Pada Tahun 1935 saat masih menempuh pendidikan di Islamic College, Rasuna Said bergabung dengan kegiatan penulisan. Kemudian, ia pun terpilih menjadi pemimpin redaksi sebuah majalah bernama Raya. Dilansir Bisnis, Raya adalah majalah yang dikenal radikal, dan tulisan-tulisannya menjadi tonggak perjuangan di Sumatra Barat.

Karena dianggap radikal, polisi rahasia Belanda (PID) pun mempersempit perjuangan yang dilakukan Rasuna dalam majalah Raya. Pada masa ini, Rasuna berharap ada tindakan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh PERMI. Namun, ternyata mereka tidak melakukan apa-apa. 

Kekecewaan seorang Rasuna Said tersebut membuatnya pindah ke Kota Medan, Sumatra Utara. Di sana, ia melanjutkan perjuangannya dengan mendirikan perguruan Putri dan membuat majalah yang dinamakan Menara Poetri pada 1937. Sesuai dengan nama dan kepercayaan yang dianut oleh Rasuna, tulisan di dalamnya kebanyakan bertemakan perempuan dan Islam.

Pada akhirnya, perjuangan yang ia lakukan melalui tulisan tersebut juga telah memberikan andil besar terhadap kemerdekaan Indonesia pada 1945. Akibat jasanya, Rasuna Said pun dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 1974.



Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Putri Dewi

Home Stories

Stories 14 September 2022

Rasuna Said, Pahlawan yang Berjuang dengan Tulisan

Selama hidupnya, Rasuna Said adalah tokoh wanita yang telah berjuang melawan penjajah, salah satu perjuangannya ia lakukan melalui tulisan.

Ilustrasi Rasuna Said dalam Google Doodle.

Context, JAKARTA - Pada hari ini (14/9/2022), Google Doodle menyajikan gambar dari salah satu pahlawan wanita yang dimiliki Indonesia, yaitu Rasuna Said. Selama hidupnya, Rasuna Said adalah tokoh wanita yang telah berjuang melawan penjajah, salah satu perjuangannya ia lakukan melalui tulisan.

Dalam Google Doodle tersebut, Rasuna Said digambarkan sedang berbicara atau berpidato lengkap dengan mikrofon di depannya. Kemudian di belakangnya, digambarkan banyak sosok perempuan sedang berkumpul untuk mendengarkan Rasuna Said.

Memang, apa saja perjuangan dari Rasuna Said?


Perjuangan Rasuna Said

Perjuangan Rasuna Said melawan Belanda dimulai dari bidang politik, yaitu dengan mulai aktif di Sarekat Rakyat (SR) sebagai Sekretaris Cabang Maninjau pada 1926. Dilansir sebuah Jurnal yang diterbitkan oleh Universitas Negeri Yogyakarta, peran sekretaris di organisasi SR tersebut juga termasuk sebagai penulis. Dari sini lah, awal mula perjuangannya diutarakan dalam tulisan-tulisannya. 

Setelah itu, perjuangan melalui politiknya berlanjut saat ia bergabung ke organisasi Persatuan Muslimin Indonesia (PMI atau Permi) pada 1930. Di Permi, karena kemahirannya dalam menulis pidato dan juga membacakannya, Rasuna Said mulai aktif untuk memberikan kursus berpidato dan latihan-latihan debat. Atas keberaniannya dan jasanya ini, ia pun dijuluki sebagai “Singa Betina”.

Pada 19 November 1932, Rasuna Said sempat berpidato di depan rapat umum Permi yang diselenggarakan di Payakumbuh. Dalam pidatonya, secara lantang ia membacakan tulisannya mengenai penjajah yang telah memperbodoh, memiskinkan, dan menanamkan jiwa perbudakan kepada bangsa Indonesia.

Akibat keberaniannya tersebut, Rasuna Said pun dipenjara satu tahun dua bulan di penjara Bulu, Semarang, Jawa Tengah oleh pemerintah Kolonial Hindia Belanda karena dituduh telah melakukan penghasutan dan mengintimidasi rakyat untuk melakukan pemberontakan. Kemudian setelah keluar dari penjara, Rasuna Said pun melanjutkan pendidikannya di Islamic College pimpinan Dr Kusuma Atmaja dan KH Mochtar Jahja.

Pada Tahun 1935 saat masih menempuh pendidikan di Islamic College, Rasuna Said bergabung dengan kegiatan penulisan. Kemudian, ia pun terpilih menjadi pemimpin redaksi sebuah majalah bernama Raya. Dilansir Bisnis, Raya adalah majalah yang dikenal radikal, dan tulisan-tulisannya menjadi tonggak perjuangan di Sumatra Barat.

Karena dianggap radikal, polisi rahasia Belanda (PID) pun mempersempit perjuangan yang dilakukan Rasuna dalam majalah Raya. Pada masa ini, Rasuna berharap ada tindakan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh PERMI. Namun, ternyata mereka tidak melakukan apa-apa. 

Kekecewaan seorang Rasuna Said tersebut membuatnya pindah ke Kota Medan, Sumatra Utara. Di sana, ia melanjutkan perjuangannya dengan mendirikan perguruan Putri dan membuat majalah yang dinamakan Menara Poetri pada 1937. Sesuai dengan nama dan kepercayaan yang dianut oleh Rasuna, tulisan di dalamnya kebanyakan bertemakan perempuan dan Islam.

Pada akhirnya, perjuangan yang ia lakukan melalui tulisan tersebut juga telah memberikan andil besar terhadap kemerdekaan Indonesia pada 1945. Akibat jasanya, Rasuna Said pun dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 1974.



Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Putri Dewi


RELATED ARTICLES

Bagaimana Efek Tarif Trump ke Pekerja Muda?

Tarif resiprokal atau tarif Trump tidak hanya berdampak pada pengusaha, namun juga pekerja muda. Seperti apa?

Renita Sukma . 16 April 2025

Trump Mau AI Ditenagai Batu Bara Indah dan Bersih, Apa Bisa?

Di mata Trump dan Amerika, batu bara adalah energi bersih yang ramah lingkungan

Noviarizal Fernandez . 15 April 2025

Google Gemini Kini Bisa Ubah Dokumen Jadi Podcast

Gemini bakal membacakan isi artikel atau laporan kamu, lengkap dengan intonasi ala penyiar podcast

Noviarizal Fernandez . 14 April 2025

Kejuaraan Tinju Kadet dan Remaja Bakal Digelar di Jakarta

Olahraga tinju dinilai mampu menyalurkan energi remaja sekaligus menangkal aksi tawuran.

Noviarizal Fernandez . 09 April 2025