Share

Home Stories

Stories 06 September 2022

Tiga Lumba-lumba yang Dikurung, Akhirnya Bebas

Tiga lumba-lumba berhidung botol dilepaskan ke laut lepas, setelah bertahun-tahun dikurung, Bali, Senin (5/8/2022).

Tiga lumba-lumba berhidung botol dilepaskan ke laut lepas, setelah bertahun-tahun “dikurung”, Bali, Senin (5/8/2022). - Puspa Larasati -

Context.id, JAKARTA - Tiga lumba-lumba berhidung botol dilepaskan ke laut lepas, setelah bertahun-tahun “dikurung” dalam kolam renang di resort hotel, Bali, Senin (5/8/2022).

Sebelumnya, ketiga lumba-lumba yang bernama Johnny, Rocky, dan Rambo sudah bertahun-tahun menjadi atraksi dan hiburan bagi para turis untuk berenang bersama mereka. 

Oleh karena itu, para lumba-lumba sudah berkali-kali diangkut dari kota ke kota, disimpan dalam air yang mengandung klorin, ditahan dalam isolasi, ataupun dipaksa berinteraksi dengan turis, yang membuat mereka mengalami cedera.

Namun, tiga tahun yang lalu, ketiganya diselamatkan dari tempat tersebut oleh organisasi besutan Kementerian Kehutanan Indonesia, Umah Lumba Rehabilitation. Ketika diselamatkan, bahkan salah satu lumba-lumba ada yang giginya berlubang dan harus dipasangi dengan mahkota gigi. 

Setelah para lumba-lumba tersebut kembali dipulihkan kesehatan dan kekuatannya di pusat suaka tersebut, mereka akhirnya diperbolehkan untuk berenang di laut lepas dan dibebaskan.

Menurut seorang petugas di Umah Lumba Rehabilitation, Lincoln O’Barry, juga menyatakan lumba-lumba merupakan hewan liar yang seharusnya hidup bebas. “Itu adalah pengalaman yang sangat emosional melihat mereka pergi,” ujar O’Barry dilansir dari SCMP

Diketahui, pada momen pelepasan ketiga lumba-lumba tersebut semua pekerja bertepuk tangan bahagia. “Saya senang mereka bebas dan bisa kembali ke keluarga mereka,” ujar seorang koordinator suaka, Wahyu Lestari. “Mereka sudah seharusnya ada di alam bebas, karena mereka lahir di sana,” ujarnya lagi.

 

Hewan Untuk Atraksi Lebih Cepat Mati

Dilansir dari Change for Animals, sebesar apapun akuarium tempat hewan-hewan ini hidup akan tetap sangat jauh dari lingkungan alami mereka. Alhasil, dampaknya pada kondisi mental dan fisik para hewan-hewan laut ini sangat besar.

Misalnya, mamalia laut selain lumba-lumba, yakni orca. Binatang melahirkan yang satu ini dapat melakukan perjalanan lebih dari 9.400 km dalam 42 hari dan mencapai kecepatan sekitar 30 mil per jam. Namun, akuarium terbesar di dunia hanyalah 70 meter. 

Lalu, penyelaman terdalam untuk orca adalah lebih dari 400 meter, sedangkan akuarium terdalam di dunia hanyalah 12 meter. Hal ini juga diperparah dengan kondisi akuarium yang tentunya jauh lebih berisik dibandingkan lautan. Mulai dari suara secara alami dari paus dan lumba-lumba, suara pompa air, hingga suara pendingin yang berlangsung 24 jam sehari. 

Maka dari itu, penangkaran paus dan lumba-lumba dapat membuat perilaku abnormal, cedera, penyakit, kematian dini, hingga penyakit mental.



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi

Stories 06 September 2022

Tiga Lumba-lumba yang Dikurung, Akhirnya Bebas

Tiga lumba-lumba berhidung botol dilepaskan ke laut lepas, setelah bertahun-tahun dikurung, Bali, Senin (5/8/2022).

Tiga lumba-lumba berhidung botol dilepaskan ke laut lepas, setelah bertahun-tahun “dikurung”, Bali, Senin (5/8/2022). - Puspa Larasati -

Context.id, JAKARTA - Tiga lumba-lumba berhidung botol dilepaskan ke laut lepas, setelah bertahun-tahun “dikurung” dalam kolam renang di resort hotel, Bali, Senin (5/8/2022).

Sebelumnya, ketiga lumba-lumba yang bernama Johnny, Rocky, dan Rambo sudah bertahun-tahun menjadi atraksi dan hiburan bagi para turis untuk berenang bersama mereka. 

Oleh karena itu, para lumba-lumba sudah berkali-kali diangkut dari kota ke kota, disimpan dalam air yang mengandung klorin, ditahan dalam isolasi, ataupun dipaksa berinteraksi dengan turis, yang membuat mereka mengalami cedera.

Namun, tiga tahun yang lalu, ketiganya diselamatkan dari tempat tersebut oleh organisasi besutan Kementerian Kehutanan Indonesia, Umah Lumba Rehabilitation. Ketika diselamatkan, bahkan salah satu lumba-lumba ada yang giginya berlubang dan harus dipasangi dengan mahkota gigi. 

Setelah para lumba-lumba tersebut kembali dipulihkan kesehatan dan kekuatannya di pusat suaka tersebut, mereka akhirnya diperbolehkan untuk berenang di laut lepas dan dibebaskan.

Menurut seorang petugas di Umah Lumba Rehabilitation, Lincoln O’Barry, juga menyatakan lumba-lumba merupakan hewan liar yang seharusnya hidup bebas. “Itu adalah pengalaman yang sangat emosional melihat mereka pergi,” ujar O’Barry dilansir dari SCMP

Diketahui, pada momen pelepasan ketiga lumba-lumba tersebut semua pekerja bertepuk tangan bahagia. “Saya senang mereka bebas dan bisa kembali ke keluarga mereka,” ujar seorang koordinator suaka, Wahyu Lestari. “Mereka sudah seharusnya ada di alam bebas, karena mereka lahir di sana,” ujarnya lagi.

 

Hewan Untuk Atraksi Lebih Cepat Mati

Dilansir dari Change for Animals, sebesar apapun akuarium tempat hewan-hewan ini hidup akan tetap sangat jauh dari lingkungan alami mereka. Alhasil, dampaknya pada kondisi mental dan fisik para hewan-hewan laut ini sangat besar.

Misalnya, mamalia laut selain lumba-lumba, yakni orca. Binatang melahirkan yang satu ini dapat melakukan perjalanan lebih dari 9.400 km dalam 42 hari dan mencapai kecepatan sekitar 30 mil per jam. Namun, akuarium terbesar di dunia hanyalah 70 meter. 

Lalu, penyelaman terdalam untuk orca adalah lebih dari 400 meter, sedangkan akuarium terdalam di dunia hanyalah 12 meter. Hal ini juga diperparah dengan kondisi akuarium yang tentunya jauh lebih berisik dibandingkan lautan. Mulai dari suara secara alami dari paus dan lumba-lumba, suara pompa air, hingga suara pendingin yang berlangsung 24 jam sehari. 

Maka dari itu, penangkaran paus dan lumba-lumba dapat membuat perilaku abnormal, cedera, penyakit, kematian dini, hingga penyakit mental.



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi


RELATED ARTICLES

Hitungan Prabowo Soal Uang Kasus CPO Rp13,2 Triliun, Bisa Buat Apa Saja?

Presiden Prabowo Subianto melakukan perhitungan terkait uang kasus korupsi CPO Rp13,2 triliun yang ia sebut bisa digunakan untuk membangun desa ne ...

Renita Sukma . 20 October 2025

Polemik IKN Sebagai Ibu Kota Politik, Ini Kata Kemendagri dan Pengamat

Terminologi ibu kota politik yang melekat kepada IKN dianggap rancu karena bertentangan dengan UU IKN. r n r n

Renita Sukma . 18 October 2025

Dilema Kebijakan Rokok: Penerimaan Negara Vs Kesehatan Indonesia

Menkeu Purbaya ingin menggairahkan kembali industri rokok dengan mengerem cukai, sementara menteri sebelumnya Sri Mulyani gencar menaikkan cukai d ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 15 October 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 13 October 2025