Share

Stories 30 Agustus 2022

Dugong Punah di China Gara-Gara Pencemaran Air

Dugong, mamalia laut yang menjadi inspirasi munculnya legenda putri duyung ini baru saja dinyatakan punah di perairan China.

Ilustrasi kepunahan dugong -Puspa Larasati-

Context, JAKARTA - Dugong, mamalia laut yang menjadi inspirasi munculnya legenda putri duyung ini baru saja dinyatakan punah di perairan China. Polusi air diperkirakan menjadi penyebab utama menghilangnya dugong dari lepas pantai China.

Selama berabad-abad lamanya, dugong menjadikan lepas pantai China sebagai salah satu habitatnya. Namun, penelitian terakhir menyebutkan bahwa populasi dugong di perairan China terus berkurang setiap tahunnya sejak pertengahan 1970-an. Hingga akhirnya pada tahun ini, dugong di perairan China dinyatakan punah secara fungsional.

Kepunahan fungsional artinya adalah meskipun masih ada beberapa dugong di perairan China, namun jumlahnya terlalu sedikit. Jumlah yang terlalu sedikit tersebut membuat kemungkinan dugong bertahan di perairan China sangat lah kecil. Pasalnya, meskipun umur dugong bisa mencapai 70 tahun, tapi perkembangbiakannya termasuk lambat. 

Sejak umur 6 tahun, dugong betina sudah bisa mengandung anak dugong. Namun, betina dugong tidak bisa setiap tahun bereproduksi, hewan ini hanya bisa menghasilkan satu anak setiap 2,5 hingga 7 tahun. Masa kehamilannya juga lama, yaitu sekitar 13 hingga 14 bulan. Dengan begitu, hewan ini memiliki tingkat kelahiran yang sangat rendah.

Selain itu, dugong juga bisa dibilang termasuk hewan yang moody-an. Jika belum makan, mereka tidak tertarik untuk berkembang biak. Karena itu, berkurangnya lamun (sejenis rumput laut) di dasar laut diperkirakan menjadi salah satu alasan berkurangnya populasi dugong.

Kemudian pada sebuah penelitian yang melibatkan 788 nelayan pada 2019, menyimpulkan bahwa populasi dugong memang sudah sangat mengkhawatirkan. Dari ratusan nelayan yang telah menangkap ikan selama rata-rata 25 tahun, hanya tiga nelayan saja yang sempat melihat dugong dalam lima tahun terakhir. 

Dua dari tiga nelayan tersebut mengaku melihat dugong di daerah yang jauh dari habitat biasanya. Sehingga, para peneliti menyimpulkan bahwa dua dugong yang dilihat tersebut sebenarnya adalah dugong yang berhabitat di perairan Filipina, bukan China. Artinya, hanya satu dari 788 nelayan yang melihat dugong di perairan China dalam lima tahun terakhir.


Pencemaran Air Jadi Penyebab Dugong Punah

Maraknya penangkapan ikan dan semakin banyaknya aktivitas kapal di lautan berkontribusi pada berkurangnya populasi dugong secara masif. Tetapi dua hal tersebut bukan lah penyebab utama, pencemaran air lah yang menjadi penyebab utamanya.

Dugong yang juga merupakan herbivora ini sangat bergantung kepada lamun yang tumbuh di dasar laut. Tapi, aktivitas manusia di lepas pantai telah menyebabkan air laut tercemar, sehingga lamun yang menjadi makanan dugong pun berkurang jumlahnya. 

Sebagai tumbuhan laut, lamun sangat lah rentan terhadap sebuah proses yang disebut eutrofikasi, yaitu sebuah proses di mana ganggang terbentuk karena adanya peningkatan nutrisi di dalam air yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Dalam konteks ini, aktivitas yang dimaksud adalah pencemaran air laut, seperti akibat dari limbah industri atau limbah kapal. 

Dilansir dari The Guardian, Peneliti dari ZSL’s Institute of Zoology Prof Samuel Turvey menyebutkan bahwa terbentuknya ganggang di perairan tersebut telah membuat lautan menjadi lebih keruh, sehingga cahaya matahari tidak bisa menembus lebih dalam. Karena hal ini, lamun yang hidup di dasar laut pun tidak bisa berfotosintesis dengan baik. Pasalnya, tumbuhan ini tidak mendapatkan sinar matahari yang cukup.

Di China sendiri, upaya untuk melakukan restorasi dan pemulihan habitat laut sebenarnya sudah dilakukan. Bahkan, hal ini menjadi program konservasi yang diprioritaskan oleh China. Tetapi, proses untuk merestorasi habitat lamun ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Karena itu, mungkin langkah ini sudah terlambat bagi populasi dugong yang berhabitat di perairan China.


Dugong di Luar China

Biasanya, dugong akan berhabitat di perairan pantai yang hangat. Wilayahnya membentang dari lepas pantai Samudra Pasifik barat hingga pantai timur Afrika, tepatnya sepanjang garis pantai sekitar 140.000 kilometer (km).

Saat ini, populasi dugong bisa ditemukan di perairan 37 negara dan wilayah. Selama ini, populasi dugong di seluruh dunia masih sulit untuk ditentukan. Pasalnya, belum ada penelitian mengenai populasi dugong yang akurat. Namun, melansir dari marinemammalscience.org, populasi dugong di seluruh dunia telah menyusut sekitar 20 persen selama 90 tahun terakhir.

Selain sudah hilang di perairan China (termasuk Hong Kong dan Taiwan), Dugong juga telah dinyatakan hilang sebagian di perairan Kamboja, Jepang, Filipina, dan Vietnam. Melihat penyusutan yang terus terjadi, dugong bisa saja akan hilang di wilayah-wilayah lainnya, hingga akhirnya benar-benar punah suatu saat nanti. 

Populasi dugong terbesar berada di perairan Australia, lebih tepatnya terbentang dari Shark Bay di Australia Barat hingga Moreton Bay di Queensland. Perairan dangkal yang luas, dan sedikitnya populasi manusia di Australia diperkirakan menjadi salah satu penyebab dugong bisa bertahan di sana.

Bahkan saking amannya habitat dugong tersebut, diperkirakan populasinya masih puluhan ribu. Seperti contohnya di Shark Bay saja, populasi dugong diperkirakan ada di atas 10.000. Di teluk Carpentaria, populasinya lebih dari 20.000. Populasi dengan jumlah besar ini menyebar di semua perairan yang mengelilingi Australia.

Melihat dari jumlah populasi dugong yang masih cukup banyak di sekitar Australia, bukan tidak mungkin jika negara sekaligus benua itu menjadi harapan terakhir untuk mempertahankan keberadaan dugong dari kepunahan.



Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Putri Dewi

Stories 30 Agustus 2022

Dugong Punah di China Gara-Gara Pencemaran Air

Dugong, mamalia laut yang menjadi inspirasi munculnya legenda putri duyung ini baru saja dinyatakan punah di perairan China.

Ilustrasi kepunahan dugong -Puspa Larasati-

Context, JAKARTA - Dugong, mamalia laut yang menjadi inspirasi munculnya legenda putri duyung ini baru saja dinyatakan punah di perairan China. Polusi air diperkirakan menjadi penyebab utama menghilangnya dugong dari lepas pantai China.

Selama berabad-abad lamanya, dugong menjadikan lepas pantai China sebagai salah satu habitatnya. Namun, penelitian terakhir menyebutkan bahwa populasi dugong di perairan China terus berkurang setiap tahunnya sejak pertengahan 1970-an. Hingga akhirnya pada tahun ini, dugong di perairan China dinyatakan punah secara fungsional.

Kepunahan fungsional artinya adalah meskipun masih ada beberapa dugong di perairan China, namun jumlahnya terlalu sedikit. Jumlah yang terlalu sedikit tersebut membuat kemungkinan dugong bertahan di perairan China sangat lah kecil. Pasalnya, meskipun umur dugong bisa mencapai 70 tahun, tapi perkembangbiakannya termasuk lambat. 

Sejak umur 6 tahun, dugong betina sudah bisa mengandung anak dugong. Namun, betina dugong tidak bisa setiap tahun bereproduksi, hewan ini hanya bisa menghasilkan satu anak setiap 2,5 hingga 7 tahun. Masa kehamilannya juga lama, yaitu sekitar 13 hingga 14 bulan. Dengan begitu, hewan ini memiliki tingkat kelahiran yang sangat rendah.

Selain itu, dugong juga bisa dibilang termasuk hewan yang moody-an. Jika belum makan, mereka tidak tertarik untuk berkembang biak. Karena itu, berkurangnya lamun (sejenis rumput laut) di dasar laut diperkirakan menjadi salah satu alasan berkurangnya populasi dugong.

Kemudian pada sebuah penelitian yang melibatkan 788 nelayan pada 2019, menyimpulkan bahwa populasi dugong memang sudah sangat mengkhawatirkan. Dari ratusan nelayan yang telah menangkap ikan selama rata-rata 25 tahun, hanya tiga nelayan saja yang sempat melihat dugong dalam lima tahun terakhir. 

Dua dari tiga nelayan tersebut mengaku melihat dugong di daerah yang jauh dari habitat biasanya. Sehingga, para peneliti menyimpulkan bahwa dua dugong yang dilihat tersebut sebenarnya adalah dugong yang berhabitat di perairan Filipina, bukan China. Artinya, hanya satu dari 788 nelayan yang melihat dugong di perairan China dalam lima tahun terakhir.


Pencemaran Air Jadi Penyebab Dugong Punah

Maraknya penangkapan ikan dan semakin banyaknya aktivitas kapal di lautan berkontribusi pada berkurangnya populasi dugong secara masif. Tetapi dua hal tersebut bukan lah penyebab utama, pencemaran air lah yang menjadi penyebab utamanya.

Dugong yang juga merupakan herbivora ini sangat bergantung kepada lamun yang tumbuh di dasar laut. Tapi, aktivitas manusia di lepas pantai telah menyebabkan air laut tercemar, sehingga lamun yang menjadi makanan dugong pun berkurang jumlahnya. 

Sebagai tumbuhan laut, lamun sangat lah rentan terhadap sebuah proses yang disebut eutrofikasi, yaitu sebuah proses di mana ganggang terbentuk karena adanya peningkatan nutrisi di dalam air yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Dalam konteks ini, aktivitas yang dimaksud adalah pencemaran air laut, seperti akibat dari limbah industri atau limbah kapal. 

Dilansir dari The Guardian, Peneliti dari ZSL’s Institute of Zoology Prof Samuel Turvey menyebutkan bahwa terbentuknya ganggang di perairan tersebut telah membuat lautan menjadi lebih keruh, sehingga cahaya matahari tidak bisa menembus lebih dalam. Karena hal ini, lamun yang hidup di dasar laut pun tidak bisa berfotosintesis dengan baik. Pasalnya, tumbuhan ini tidak mendapatkan sinar matahari yang cukup.

Di China sendiri, upaya untuk melakukan restorasi dan pemulihan habitat laut sebenarnya sudah dilakukan. Bahkan, hal ini menjadi program konservasi yang diprioritaskan oleh China. Tetapi, proses untuk merestorasi habitat lamun ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Karena itu, mungkin langkah ini sudah terlambat bagi populasi dugong yang berhabitat di perairan China.


Dugong di Luar China

Biasanya, dugong akan berhabitat di perairan pantai yang hangat. Wilayahnya membentang dari lepas pantai Samudra Pasifik barat hingga pantai timur Afrika, tepatnya sepanjang garis pantai sekitar 140.000 kilometer (km).

Saat ini, populasi dugong bisa ditemukan di perairan 37 negara dan wilayah. Selama ini, populasi dugong di seluruh dunia masih sulit untuk ditentukan. Pasalnya, belum ada penelitian mengenai populasi dugong yang akurat. Namun, melansir dari marinemammalscience.org, populasi dugong di seluruh dunia telah menyusut sekitar 20 persen selama 90 tahun terakhir.

Selain sudah hilang di perairan China (termasuk Hong Kong dan Taiwan), Dugong juga telah dinyatakan hilang sebagian di perairan Kamboja, Jepang, Filipina, dan Vietnam. Melihat penyusutan yang terus terjadi, dugong bisa saja akan hilang di wilayah-wilayah lainnya, hingga akhirnya benar-benar punah suatu saat nanti. 

Populasi dugong terbesar berada di perairan Australia, lebih tepatnya terbentang dari Shark Bay di Australia Barat hingga Moreton Bay di Queensland. Perairan dangkal yang luas, dan sedikitnya populasi manusia di Australia diperkirakan menjadi salah satu penyebab dugong bisa bertahan di sana.

Bahkan saking amannya habitat dugong tersebut, diperkirakan populasinya masih puluhan ribu. Seperti contohnya di Shark Bay saja, populasi dugong diperkirakan ada di atas 10.000. Di teluk Carpentaria, populasinya lebih dari 20.000. Populasi dengan jumlah besar ini menyebar di semua perairan yang mengelilingi Australia.

Melihat dari jumlah populasi dugong yang masih cukup banyak di sekitar Australia, bukan tidak mungkin jika negara sekaligus benua itu menjadi harapan terakhir untuk mempertahankan keberadaan dugong dari kepunahan.



Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Putri Dewi


RELATED ARTICLES

Apakah Asteroid yang Kaya Logam Mulia Ribuan Triliun Dolar Bisa Ditambang?

Sebuah wahana antariksa sedang dalam perjalanan menuju sebuah asteroid yang mungkin mengandung logam berharga senilai sekitar US 100 ribu kuadrili ...

Context.id . 22 November 2024

Sertifikasi Halal Perkuat Daya Saing Produk Dalam Negeri

Sertifikasi halal menjadi salah satu tameng bagi pengusaha makanan dan minuman dari serbuan produk asing.

Noviarizal Fernandez . 22 November 2024

Paus Fransiskus Bakal Kanonisasi Carlo Acutis, Santo Millenial Pertama

Paus Fransiskus akan mengkanonisasi Carlo Acutis pada 27 April 2025, menjadikannya santo millenial pertama dan simbol kesatuan iman dengan dunia d ...

Context.id . 22 November 2024

Benar-benar Komedi, Pisang Dilakban Bisa Dilelang hingga Rp98,8 Miliar

Karya seni konseptual pisang karya Maurizio Cattelan, \"Comedian,\" saat dilelang di rumah lelang Sotheby’s jatuh ke tangan seorang pengusaha kr ...

Context.id . 22 November 2024