Stories - 29 August 2022

Under the Volcano, Teater Minim Dialog yang Penuh Makna

Tepat pada peringatan 139 tahun letusan gunung api di Pulau Krakatau, diadakanlah pertujukan teater berkelas internasional, Under the Volcano.


Pada peringatan 139 tahun letusan gunung api di Pulau Krakatau, diadakan pertujukan teater, Under the Volcano, pada Sabtu (27/8/2022). - Dok. UTV.

Context.id, JAKARTA - “Mangkir malam bertambah deras, air datang terlalu desar, mana yang kuat tahan berempas, mana yang buruk hilanglah lalas”. 

- kutipan dari Syair Lampung Karam.

Pada 139 tahun lalu, terjadi bencana alam yang takkan terlupa. Bagaimana gunung api luluh lantahkan seisi kota. Bagaimana gunung api menggelapkan dunia. Serta kisah bagaimana lebih dari 36.417 jiwa di Lampung dan sekitarnya, menjumpai ajalnya.

Pada 26 Agustus 1883, masyarakat Lampung sedang bercengkrama. Sampai tiba-tiba, terdengar suara dentuman yang sangat besar dari gunung api dari sebelah selatan tempat tinggal mereka. 

Mula-mula dentuman berselang 10 menit, lalu 5 menit, kemudian 2 menit, dan lambat laun dentuman bukan lagi sebuah dentuman. Suaranya makin cepat dan sambung-menyambung.

Batu apung, abu mulai berdatangan. Pandangan mulai rabun dan masyarakat pun berusaha sebisa mungkin untuk masuk ke rumah, agar lebih aman. Setidaknya dalam pikiran mereka.

Karena siapa sangka, dalam hitungan detik angin kencang kembali berdatangan, lebih hebat dari sebelumnya. Memporak-porandakan segala yang ada, serta menerbangkan apa saja yang dapat diterbangkan, termasuk para warga. 

Sampai beberapa jam berlalu, beberapa orang akhirnya siuman. Namun, kakinya sudah tidak menginjak tanah. Terseret angin. Mereka tersangkut di genteng rumah.

Belum sepenuhnya sadar, tiba-tiba air menerjang. Rupanya, tsunami datang. Mulut para warga kemasukan air. Mereka kembali tak sadarkan diri. 

Keesokan hari, saat mentari kembali berusaha menerangi bumi, tiba-tiba ada teriakan, “haaa!” dari seorang warga yang selamat.

Bunyinya ratib nyatalah terang, datanglah air serta gelombang, menempuh rumah tunggang-langgang, yang hidup hanya seorang”.

* * *

Tepat pada peringatan 139 tahun letusan gunung api di Pulau Krakatau, Bumi Purnati Indonesia dan Komunitas Seni Hitam Putih Sumatera Barat mengadakan pertunjukan teater berkelas internasional Under the Volcano.

Pementasan yang disutradarai oleh Yusril Katil ini merupakan sebuah pertunjukan teater gerak yang mengangkat situasi saat gunung api tersebut memuntahkan lahar panas, dan membuat suhu dunia turun beberapa derajat.

Secara garis besar, Under the Volcano dibagi menjadi enam bagian dan dilakonkan dengan narasi berbahasa Melayu dan Minangkabau. Kemudian, pertunjukan ini diperkuat dengan elemen silat, tarian, musik, dan efek visual digital. 

Musik dan tarian tersebut didasarkan pada bentuk-bentuk gerakan tradisional Melayu yang digubah untuk mencerminkan berlalunya waktu, berdampingan dengan komposisi musik dan tarian kontemporer.

Sebenarnya, perhelatan berdurasi 80 menit ini terinspirasi dari puisi lama Melayu Syair Lampung Karam karya Mohammad Saleh. Satu-satunya bukti sudut pandang salah satu peristiwa bencana terbesar dalam sejarah, dari masyarakat setempat.

Di mana, Mohammad Saleh menceritakan seberapa hebat letusan gunung api tersebut dan bagaimana masyarakat Lampung dalam menghadapi musibah sebesar itu, masih saling tolong menolong.

Pesan itulah yang kemudian diadaptasi oleh pementasan ini, yakni harus selalu membantu dan bergantung pada orang lain. “Jika hari ini adalah tahun 1833, untuk bertahan hidup dari bencana alam, seseorang harus bergantung pada bantuan orang lain,” dikutip dari rilis pers Under the Volcano.

Selain itu, pementasan ini juga memiliki pesan bagi masyarakat untuk harus selalu waspada terhadap bencana alam karena kontur geografis Indonesia yang dikelilingi gunung berapi.

Pementasan inipun telah diselenggarakan di Ciputra Artpreneur Theater pada 27 Agustus 2022 pukul 16.00 dan 20.00 WIB.


Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi

MORE  STORIES

Lamun dan Rumput Laut Bisa Menangkal Perubahan Iklim

Jumlah karbon biru yaitu karbon yang dapat disimpan oleh ekosistem laut dan pesisir secara alami sebanyak 350.000 ton

Context.id | 25-04-2024

Mengenal Duck Syndrome, Istilah yang Lagi Populer

Sindrom ini menggambarkan seseorang yang mencoba menciptakan ilusi kehidupan yang sempurna, tetapi sebenarnya diliputi kecemasan yang sangat besar

Context.id | 25-04-2024

Fragmen Virus Flu Burung dalam Susu Pasteurisasi, Apakah Berbahaya?

Hasil pengetesan beberapa sampel susu pasteurisasi ditemukan sisa-sisa fragmen virus Flu Burung yang telah menginfeksi sapi perah

Context.id | 25-04-2024

Alasan Masyarakat hingga Pejabat Indonesia Gemar Berobat ke Luar Negeri

Pengobatan ke rumah sakit di luar negeri sejak lama menjadi tren yang berkembang di Indonesia

Context.id | 25-04-2024