Stories - 25 August 2022

Pemanasan Global Justru Bikin Panen Gandum Melimpah

Pemanasan global justru meningkatkan 1,7 persen hasil panen gandum.


Ilustrasi pemanasan global membuat panen gandum melimpah. - Puspa Larasati -

Context.id, JAKARTA - Akhir-akhir ini sering terdengar bahwa perubahan iklim membuat angka panen hasil pertanian menurun. Apalagi diperparah dengan konflik Rusia-Ukraina, yang membuat isu krisis pangan dan ketakutan kelaparan global semakin ramai diperbincangkan.

Namun, ternyata hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Pasalnya, penelitian yang diterbitkan dalam jurnal One Earth menyatakan bahwa pemanasan global justru meningkatkan hasil panen gandum. Diketahui, sejauh ini panen gandum global mengalami peningkatan 1,7 persen.

Menurut penelitian tersebut, hasil panen gandum cenderung meningkat di lintang yang lebih tinggi (sekitar daerah kutub) dan hasil panen gandum cenderung lebih rendah di lintang yang lebih rendah (sekitar daerah khatulistiwa).

Hal ini cukup masuk akal karena daerah sekitar khatulistiwa seperti Asia Selatan dan Afrika Utara cenderung hangat, sehingga ketika terjadi pemanasan global, daerah tersebut jadi lebih panas dibandingkan biasanya.

Sementara untuk daerah sekitar kutub, seperti Amerika, Rusia, dan sebagian Eropa Utara akan menunjukan hal yang sebaliknya. Daerah tersebut yang cenderung dingin dan dengan adanya pemanasan global, daerah tersebut akan menjadi hangat dan memungkinkan untuk dilakukannya penanaman gandum. 

Meskipun demikian, harga yang dipatok untuk gandum tidak ada tanda-tanda akan menurun. Justru sebaliknya, akan cenderung meningkat, apalagi ditambah dengan situasi geopolitik global.

Maka dari itu, hal ini akan menyebabkan harga gandum berubah secara tidak merata, apalagi di negara-negara yang mengimpor dari negara dengan lintang rendah akan lebih tinggi dibandingkan harga impor dari negara lintang tinggi.

Ya, karena memang hukum ekonomi, saat pasokan menurun akan membuat harga meningkat dan begitu sebaliknya.

“Dengan perubahan hasil panen ini, posisi perdagangan tradisional pasar gandum bisa semakin mendalam. Hal ini dapat menyebabkan daerah pengimpor gandum di lintang rendah, seperti Asia Selatan dan Afrika Utara, mengalami lonjakan harga gandum yang lebih sering dan lebih tajam dibandingkan negara-negara pengekspor gandum,” ujar pemimpin penelitian tersebut dari Institut Fisika Atmosfer di bawah Akademi Ilmu Pengetahuan China, Zhang Tianyi.

Oleh karena itu, para peneliti tersebut berharap agar akan ada swasembada pangan di negara-negara berkembang, untuk mengurangi efek dari masalah ini.

“Membantu meningkatkan swasembada pangan biji-bijian di negara-negara berkembang sangat penting untuk ketahanan pangan global,” ujar peneliti.


Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi

MORE  STORIES

Konflik Iran-Israel Bebani Pemerintahan Prabowo

Bagi presiden baru kondisi global yang penuh ketidakpastian bisa menghambat kebijakan ekonominya

Noviarizal Fernandez | 18-04-2024

Lawan Akun Bot, X Berlakukan Biaya Bagi Pengguna Baru

Seluruh akun baru di X diwajibkan untuk membayar ‘biaya kecil’ yang disebut oleh Elon sebagai bentuk verifikasi

Context.id | 18-04-2024

Tren Properti Indonesia, China dan Hongkong dari Selangit hingga Diobral

Harga properti Indonesia, China, dan Hongkong mengalami berbagai sentimen di tengah gejolak ekonomi global

Ririn oktaviani | 18-04-2024

Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Memicu Depresi, Kenapa?

Data Kemenkes RI per Maret 2024 mencatat sebanyak 22,4 % atau sekitar 2.716 calon dokter spesialis mengalami gejala depresi akibat PPDS.

Context.id | 18-04-2024