Share

Stories 22 Agustus 2022

Kalau Bumi Tanpa Burung, Apa Jadinya Ya?

Berbagai kerusakan alam yang ada di seluruh dunia telah membuat populasi dari hewan bersayap ini berkurang, bahkan beberapa sudah diancam kepunahan.

Seekor burung Paok Pancawarna (Javan banded-pitta) jantan bertengger di sebuah dahan pohon di Balai Taman Nasional Bali Barat (TNBB). -Antara-

Context, JAKARTA - Burung adalah salah satu hewan atau makhluk hidup yang paling penting bagi Bumi. Tapi, berbagai kerusakan alam yang ada di seluruh dunia telah membuat populasi dari hewan bersayap ini berkurang, bahkan beberapa sudah diancam kepunahan.

Kecil-kecil cabe rawit, mungkin kata-kata ini cocok disematkan kepada burung. Pasalnya, hewan ini adalah salah satu dari sedikit jenis hewan yang selamat dari bencana kepunahan di zaman Jurasik, yang membinasakan dinosaurus dari muka Bumi.

Burung memang sudah ada di bumi sejak zaman dinosaurus. Bahkan, penelitian menyebutkan bahwa burung masih satu keluarga dengan dinosaurus. Sekitar 150 juta yang lalu, dinosaurus berbadan kecil, berbulu, mirip raptor, berevolusi menjadi burung pertama di dunia. 

Saat sebuah asteroid berkunjung ke Bumi dan memusnahkan sebagian besar makhluk hidup yang ada, burung ternyata bisa selamat. Masih belum jelas kenapa hewan yang tubuhnya jauh lebih kecil dari dinosaurus lainnya ini selamat dari bencana tersebut. Melansir Smithsonian Magazine, dibutuhkan lebih banyak waktu dan fosil lagi untuk mengetahui apa yang menyebabkan burung-burung dapat bertahan.


Spesies Burung yang Terancam Punah

Hingga berjuta-juta tahun kemudian, burung pun berevolusi menjadi spesies yang lebih kecil. Saat ini sudah ada ribuan spesies burung di seluruh dunia. Saking banyaknya, sejumlah penelitian menyebutkan angka yang berbeda-beda. Ada yang bilang jumlahnya lebih dari 11.000 spesies, ada yang bilang lebih dari 10.000 spesies, dan bahkan dilansir dari Science Daily, American Museum of Natural History menyebutkan bahwa saat ini ada lebih dari 18.000 spesies burung di muka Bumi.

Dari berbagai perkiraan jumlah spesies burung tersebut, Our World in Data menyebutkan bahwa sekitar 1,400 jenis burung, atau 14 persen dari keseluruhan spesies saat ini sedang di ambang kepunahan. Di Indonesia sendiri, pada 2022 tercatat ada 1818 spesies burung. Namun, penelitian juga mencatat bahwa 177 spesies burung di Kepulauan Indonesia terancam punah.

Dilansir Tempo, dari 117 spesies burung yang terancam punah, 96 spesies burung masuk dalam kategori Rentan (Vulnerable/VU), 51 spesies masuk dalam kategori Genting (Endangered/EN) dan 30 spesies masuk kategori kritis (Critically Endangered/CR). Angka-angka ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan ancaman kepunahan burung tertinggi di dunia. 

Selain itu, angka-angka tersebut juga menunjukkan adanya peningkatan jumlah spesies burung yang terancam punah dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Ada beberapa burung yang mengalami kenaikan status, yaitu Maleo Senkawor, Puyuh Sengayan, dan Pergam Hijau. 


Apa Penyebab Burung Terancam Punah?

Banyak faktor yang menyebabkan menurunnya populasi burung di seluruh dunia. Namun, faktor utama dari ancaman kepunahan ini disebabkan oleh ulah manusia. Sebagai makhluk penguasa Bumi saat ini, manusia seakan suka seenaknya saja dengan alam. Hasilnya, perubahan iklim terjadi, hutan-hutan beralih fungsi, sungai-sungai tercemar, dan lain sebagainya.

Burung sebenarnya adalah hewan yang mudah beradaptasi, buktinya banyak dari spesiesnya yang bisa bertahan dengan berevolusi di berbagai kondisi alam. Ada spesies burung yang tinggal di gurun yang sangat kering, di wilayah tropis yang sangat panas, hingga di Antartika atau Kutub Selatan yang memiliki cuaca dingin ekstrim.

Namun, tangan-tangan manusia yang merusak alam, membuat burung lebih cepat kehilangan tempat tinggal, tempat berkembang biak, hingga sumber makanan. Cepatnya kerusakan alam yang terjadi telah membuat banyak spesies burung tidak sempat untuk beradaptasi atau pun berevolusi. Belum lagi adanya pemburu-pemburu liar, membuat populasi burung menjadi lebih cepat berkurang. 

Bahkan, dilansir dari Duke Today, ulah manusia ini telah menyebabkan sekitar 500 spesies burung punah dalam 500 tahun terakhir. Pada abad ke-21 ini, diperkirakan tingkat kepunahan meningkat menjadi sekitar 10 spesies tambahan per tahunnya. Padahal, menurut Profesor Ekologi Konservasi Duke University Stuart Pimm, tanpa ulah manusia, tingkat kepunahan burung hanya sekitar satu spesies saja per abadnya.


Bagaimana Jika Burung Hilang dari Muka Bumi?

Jika suatu saat nanti burung tiba-tiba hilang dari Bumi, maka hal pertama yang akan langsung kita rasakan adalah Bumi yang semakin sunyi. Pagi hari yang biasanya dipenuhi oleh nyanyian burung, akan tergantikan dengan kehampaan, atau mungkin digantikan dengan suara aktivitas manusia yang membisingkan telinga.

Selain itu, hilangnya burung dari Bumi dapat menyebabkan dampak yang berkepanjangan. Contoh pertama, yaitu hilangnya salah satu pengendali hama alami terbesar di dunia. Sebagian besar burung merupakan pemakan serangga. Kemudian, serangga sendiri adalah salah satu jenis hama yang sangat merugikan.

Maka dari itu, hilangnya burung bisa membuat semakin banyaknya pepohonan dan tanaman lainnya yang hancur karena hama. Hasilnya, dampak ekonomi akan menyerang masyarakat yang rentan, serta memaksa petani untuk menggunakan pestisida yang lebih banyak, lebih ampuh, dan tentunya lebih mahal. Jika ditarik lebih panjang lagi, bisa-bisa hal ini dapat membuat pasokan makanan di seluruh dunia berkurang.

Kemudian, burung juga berkontribusi dalam menyebarkan benih. Bahkan menurut Pusat Ilmu Lingkungan di Universitas Indiana-Purdue, 92 persen benih dari pohon berkayu disebar oleh burung. Karena itu jika burung hilang, maka kita akan kekurangan kayu, rempah-rempah, tanaman obat, hingga tanaman hias.

Lalu, hilangnya burung juga akan menyebabkan 3 hingga 5 persen penyerbukan tidak akan terjadi. Dampaknya, tanaman-tanaman yang sebagian besar berfungsi sebagai obat populasinya akan berkurang.

Jika tidak ada burung, dunia kemungkinan juga akan kekurangan nutrisi dari berbagai sumber alam. Pasalnya, burung juga berkontribusi dalam menggerakkan siklus nutrisi karena bisa melakukan perjalanan dari satu habitat ke habitat lain. 

Selain itu, kemungkinan juga dunia akan kekurangan pengurai alami jika burung hilang dari muka Bumi. Selain pemakan buah-buahan, biji-bijian, hingga hewan dan serangga kecil, ada beberapa spesies burung yang menjadi pemakan bangkai. Spesies-spesies pemakan bangkai ini juga berkontribusi pada pencegahan penyakit, pencemaran alam, hingga bau tidak sedap yang disebabkan oleh bangkai.



Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Putri Dewi

Stories 22 Agustus 2022

Kalau Bumi Tanpa Burung, Apa Jadinya Ya?

Berbagai kerusakan alam yang ada di seluruh dunia telah membuat populasi dari hewan bersayap ini berkurang, bahkan beberapa sudah diancam kepunahan.

Seekor burung Paok Pancawarna (Javan banded-pitta) jantan bertengger di sebuah dahan pohon di Balai Taman Nasional Bali Barat (TNBB). -Antara-

Context, JAKARTA - Burung adalah salah satu hewan atau makhluk hidup yang paling penting bagi Bumi. Tapi, berbagai kerusakan alam yang ada di seluruh dunia telah membuat populasi dari hewan bersayap ini berkurang, bahkan beberapa sudah diancam kepunahan.

Kecil-kecil cabe rawit, mungkin kata-kata ini cocok disematkan kepada burung. Pasalnya, hewan ini adalah salah satu dari sedikit jenis hewan yang selamat dari bencana kepunahan di zaman Jurasik, yang membinasakan dinosaurus dari muka Bumi.

Burung memang sudah ada di bumi sejak zaman dinosaurus. Bahkan, penelitian menyebutkan bahwa burung masih satu keluarga dengan dinosaurus. Sekitar 150 juta yang lalu, dinosaurus berbadan kecil, berbulu, mirip raptor, berevolusi menjadi burung pertama di dunia. 

Saat sebuah asteroid berkunjung ke Bumi dan memusnahkan sebagian besar makhluk hidup yang ada, burung ternyata bisa selamat. Masih belum jelas kenapa hewan yang tubuhnya jauh lebih kecil dari dinosaurus lainnya ini selamat dari bencana tersebut. Melansir Smithsonian Magazine, dibutuhkan lebih banyak waktu dan fosil lagi untuk mengetahui apa yang menyebabkan burung-burung dapat bertahan.


Spesies Burung yang Terancam Punah

Hingga berjuta-juta tahun kemudian, burung pun berevolusi menjadi spesies yang lebih kecil. Saat ini sudah ada ribuan spesies burung di seluruh dunia. Saking banyaknya, sejumlah penelitian menyebutkan angka yang berbeda-beda. Ada yang bilang jumlahnya lebih dari 11.000 spesies, ada yang bilang lebih dari 10.000 spesies, dan bahkan dilansir dari Science Daily, American Museum of Natural History menyebutkan bahwa saat ini ada lebih dari 18.000 spesies burung di muka Bumi.

Dari berbagai perkiraan jumlah spesies burung tersebut, Our World in Data menyebutkan bahwa sekitar 1,400 jenis burung, atau 14 persen dari keseluruhan spesies saat ini sedang di ambang kepunahan. Di Indonesia sendiri, pada 2022 tercatat ada 1818 spesies burung. Namun, penelitian juga mencatat bahwa 177 spesies burung di Kepulauan Indonesia terancam punah.

Dilansir Tempo, dari 117 spesies burung yang terancam punah, 96 spesies burung masuk dalam kategori Rentan (Vulnerable/VU), 51 spesies masuk dalam kategori Genting (Endangered/EN) dan 30 spesies masuk kategori kritis (Critically Endangered/CR). Angka-angka ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan ancaman kepunahan burung tertinggi di dunia. 

Selain itu, angka-angka tersebut juga menunjukkan adanya peningkatan jumlah spesies burung yang terancam punah dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Ada beberapa burung yang mengalami kenaikan status, yaitu Maleo Senkawor, Puyuh Sengayan, dan Pergam Hijau. 


Apa Penyebab Burung Terancam Punah?

Banyak faktor yang menyebabkan menurunnya populasi burung di seluruh dunia. Namun, faktor utama dari ancaman kepunahan ini disebabkan oleh ulah manusia. Sebagai makhluk penguasa Bumi saat ini, manusia seakan suka seenaknya saja dengan alam. Hasilnya, perubahan iklim terjadi, hutan-hutan beralih fungsi, sungai-sungai tercemar, dan lain sebagainya.

Burung sebenarnya adalah hewan yang mudah beradaptasi, buktinya banyak dari spesiesnya yang bisa bertahan dengan berevolusi di berbagai kondisi alam. Ada spesies burung yang tinggal di gurun yang sangat kering, di wilayah tropis yang sangat panas, hingga di Antartika atau Kutub Selatan yang memiliki cuaca dingin ekstrim.

Namun, tangan-tangan manusia yang merusak alam, membuat burung lebih cepat kehilangan tempat tinggal, tempat berkembang biak, hingga sumber makanan. Cepatnya kerusakan alam yang terjadi telah membuat banyak spesies burung tidak sempat untuk beradaptasi atau pun berevolusi. Belum lagi adanya pemburu-pemburu liar, membuat populasi burung menjadi lebih cepat berkurang. 

Bahkan, dilansir dari Duke Today, ulah manusia ini telah menyebabkan sekitar 500 spesies burung punah dalam 500 tahun terakhir. Pada abad ke-21 ini, diperkirakan tingkat kepunahan meningkat menjadi sekitar 10 spesies tambahan per tahunnya. Padahal, menurut Profesor Ekologi Konservasi Duke University Stuart Pimm, tanpa ulah manusia, tingkat kepunahan burung hanya sekitar satu spesies saja per abadnya.


Bagaimana Jika Burung Hilang dari Muka Bumi?

Jika suatu saat nanti burung tiba-tiba hilang dari Bumi, maka hal pertama yang akan langsung kita rasakan adalah Bumi yang semakin sunyi. Pagi hari yang biasanya dipenuhi oleh nyanyian burung, akan tergantikan dengan kehampaan, atau mungkin digantikan dengan suara aktivitas manusia yang membisingkan telinga.

Selain itu, hilangnya burung dari Bumi dapat menyebabkan dampak yang berkepanjangan. Contoh pertama, yaitu hilangnya salah satu pengendali hama alami terbesar di dunia. Sebagian besar burung merupakan pemakan serangga. Kemudian, serangga sendiri adalah salah satu jenis hama yang sangat merugikan.

Maka dari itu, hilangnya burung bisa membuat semakin banyaknya pepohonan dan tanaman lainnya yang hancur karena hama. Hasilnya, dampak ekonomi akan menyerang masyarakat yang rentan, serta memaksa petani untuk menggunakan pestisida yang lebih banyak, lebih ampuh, dan tentunya lebih mahal. Jika ditarik lebih panjang lagi, bisa-bisa hal ini dapat membuat pasokan makanan di seluruh dunia berkurang.

Kemudian, burung juga berkontribusi dalam menyebarkan benih. Bahkan menurut Pusat Ilmu Lingkungan di Universitas Indiana-Purdue, 92 persen benih dari pohon berkayu disebar oleh burung. Karena itu jika burung hilang, maka kita akan kekurangan kayu, rempah-rempah, tanaman obat, hingga tanaman hias.

Lalu, hilangnya burung juga akan menyebabkan 3 hingga 5 persen penyerbukan tidak akan terjadi. Dampaknya, tanaman-tanaman yang sebagian besar berfungsi sebagai obat populasinya akan berkurang.

Jika tidak ada burung, dunia kemungkinan juga akan kekurangan nutrisi dari berbagai sumber alam. Pasalnya, burung juga berkontribusi dalam menggerakkan siklus nutrisi karena bisa melakukan perjalanan dari satu habitat ke habitat lain. 

Selain itu, kemungkinan juga dunia akan kekurangan pengurai alami jika burung hilang dari muka Bumi. Selain pemakan buah-buahan, biji-bijian, hingga hewan dan serangga kecil, ada beberapa spesies burung yang menjadi pemakan bangkai. Spesies-spesies pemakan bangkai ini juga berkontribusi pada pencegahan penyakit, pencemaran alam, hingga bau tidak sedap yang disebabkan oleh bangkai.



Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Putri Dewi


RELATED ARTICLES

Mengenang 20 Tahun Tsunami Aceh

Sudah dua dekade berlalu, namun tsunami masih menjadi ancaman nyata bagi masyarakat pesisir. Perlu ada kesiapan menghadapinya

Context.id . 26 December 2024

Provokasi Elon Musk Agar Tidak Ada yang Menyumbang ke Wikipedia

Elon Musk melakukan provokasi melalui X agar tidak ada yang menyumbang donasi ke Wikipedia karena menyebarkan ide-ide keberagaman dan kesetaraan

Context.id . 26 December 2024

Malaysia Berlakukan Lisensi Medsos, Telegram dan Tencent Ikut Ajukan

Lisensi berlaku 1 Januari 2025 untuk meningkatkan keamanan daring, perlindungan pengguna layanan pesan internet dan layanan media sosial

Context.id . 26 December 2024

Ulat Pemakan Polimer, Solusi Mengurangi Sampah Plastik?

Larva-larva ini mampu memakan bahan utama styrofoam dan bisa berpotensi membantu mengurangi polusi lebih cepat dan lebih efisien

Context.id . 26 December 2024