Stories - 18 August 2022

Kenapa Hari Libur Tanggalnya Warna Merah?

Hampir di semua kalender, tanggal di hari libur akan diwarnai dengan warna merah. Namun, sebenarnya apa alasan di balik pemilihan warna merah?


Sejumlah pengunjung bermain \\\"ice skating\\\" di Margocity, Depok, Jawa Barat, Sabtu (2/7/2022).

Context, Jakarta - Saat ini, para pekerja dan pelajar di Indonesia mungkin perasaannya sedang tidak terlalu senang. Pasalnya, 17 Agustus kemarin adalah tanggal merah terakhir di tahun 2022. Dengan begitu, selama lima hari full setiap minggunya para pekerja dan pelajar tidak bisa berleha-leha.

Jika kita membicarakan hari libur, hampir di semua kalender, tanggal di hari libur akan diwarnai dengan warna merah. Tapi, sebenarnya apa alasan di balik pemilihan warna merah? Kenapa tidak warna lain saja?


Sudah Diterapkan Sejak Zaman Romawi

Kalau ingin mencari tahu kenapa tanggal hari libur diwarnai dengan merah, maka kita harus melihat dulu ke belakang secara singkat mengenai sejarah kalender. Singkat cerita, kalendar yang kita gunakan saat ini tidak jauh berbeda dengan kalender di masa Romawi. Bahkan bisa dibilang penanggalan di masa ini sudah dibuat sejak masa Romawi.

Dilansir dari Vita Romae, awalnya, penanggalan di Eropa era Romawi masih menggunakan kalender Julian dan Gregorian. Sampai akhirnya pada 527 M, pemimpin Romawi saat itu, Kaisar Justinian ingin menjadikan kelahiran Yesus Kristus sebagai titik dasar perhitungan tanggal. Sejak saat itu, tercipta lah kalender Masehi digunakan hingga saat ini. Masehi sendiri merujuk kepada nama Yesus Kristus atau Mesias. 

Pada semua semua kalender di masa Romawi, mulai dari Julan, Gregorian, hingga Masehi, selalu ada warna merah di tanggal tersebut yang menandakan hari spesial. Dalam perkembangannya, hal ini menjadi asal usul munculnya istilah “Red Letter Days”. “Red Letter Days” dalam bahasa Inggris sendiri merupakan istilah yang menandai hari-hari spesial bagi setiap individu maupun kelompok.

Kemudian, penanggalan warna merah yang diperuntukan kepada hari-hari spesial, juga mencangkup hari-hari suci (holy day). Karena itu, dilansir dari Prolingo, kata holiday (libur) dalam bahasa Inggris ini berasal dari kata hāligdæg dalam bahasa Inggris kuno atau holy day di masa sekarang.

Kata hāligdæg sendiri tercatat pertama kali dalam sebuah bukti sejarah pada 950 M, dan pengejaannya sebagai holiday sendiri baru tercatat pada 1460 M. Sejak saat itu, pewarnaan warna merah pada hari-hari libur mulai diterapkan.

Jika ditanya mengapa yang dipilih warna merah, hingga saat ini belum ada penelitian yang jelas. Namun sementara dapat disimpulkan bahwa pemberian warna merah pada hari-hari libur adalah suatu kebiasaan yang sudah dilakukan sejak masa Romawi.

Maka dari itu, saat ini pemberian warna merah pada tanggal hari-hari libur, termasuk Sabtu dan Minggu masih dapat dilihat di kalender-kalender Masehi di seluruh dunia. 


Penetapan Tujuh Hari dalam Seminggu

Dahulu, penetapan berapa hari dalam seminggu di seluruh dunia itu berbeda-beda. Sebelum era Kaisar Konstantinus, di pusat dunia saat itu (Mediterania - Timur Tengah), sebagian besar menetapkan bahwa dalam seminggu terdiri dari delapan hari. Hal ini berdasarkan penetapan seminggu di penanggalan Babilonia.

Hingga akhirnya pada 321 M, Konstantinus merubah hal tersebut dan menjadikan seminggu terdiri dari tujuh hari. Hari terakhirnya pun ditetapkan sebagai hari istirahat atau hari libur. Sekarang, hampir seluruh kalender baik itu Masehi hingga Hijriyah pun menetapkan seminggu yang terdiri dari tujuh hari, yaitu Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu.

Sekarang yang jadi pertanyaan, kenapa Sabtu dan Minggu juga tanggal merah?


Terciptanya Libur Akhir Pekan

Kemudian pada abad ke-16 hingga 19, pada masa Eropa sedang memasuki era industri dan munculnya pabrik-pabrik, membuat kehidupan banyak orang terbagi menjadi tiga bagian, yaitu pekerjaan, keluarga, dan waktu luang. Namun, saat itu tidak ada waktu luang yang cukup dimiliki oleh banyak orang, terutama para pekerja.

Kesadaran akan dibutuhkannya waktu luang ini muncul bersamaan dengan munculnya tradisi Saint Monday pada abad ke-19 di Inggris. Tradisi tersebut membuat hari Minggu dianggap sebagai hari suci, sehingga tidak seorang pun diharapkan untuk bekerja alias libur.

Selama 24 jam di hari Minggu, banyak orang yang melakukan aktivitas spiritual, namun banyak juga dari mereka yang malah berfoya-foya. Aktivitas seperti ini yang membuat mereka kelelahan di hari Senin. Karena hal ini, muncul lah konsep ‘Keeping Saint Monday’, atau menetapkan hari Senin menjadi hari libur.

Tapi ternyata, hal ini malah membuat produktivitas menurun. Untuk mengatasi hal ini, para pemilik pabrik memutuskan untuk menjadikan hari Sabtu setengah hari untuk menggantikan libur pada hari Senin.

Kemudian pada 1908, libur dua hari di akhir pekan pertama kali tercatat saat sebuah pabrik di New England, Amerika Serikat menetapkan hari Sabtu sebagai hari libur. Tujuannya agar staf Yahudinya bisa menjalankan ibadah di hari Sabat yang jatuh setiap Sabtu. Penerapan lima hari kerja ini pun menyebar ke pabrik-pabrik di dekatnya.

Penerapan lima hari kerja ini kemudian dilakukan oleh berbagai pabrik ataupun perusahaan di tempat lain, seperti salah satunya adalah pengusaha mobil Henry Ford. Ia menjadikan Sabtu-Minggu sebagai hari libur agar pekerjanya bisa menghabiskan waktu senggangnya untuk membeli produk konsumennya, agar uang tetap beredar dalam lingkaran ekonomi.

Sampai akhirnya, kerja lima hari dalam seminggu dan libur dua hari di akhir pekan resmi ditetapkan di Amerika Serikat (AS) pada 1932. AS yang ekonominya sedang dilanda Depresi Hebat (Great Depression) saat itu menganggap jam kerja lebih sedikit adalah obat yang paling manjur untuk mengatasi pengangguran.


Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Putri Dewi

MORE  STORIES

Lamun dan Rumput Laut Bisa Menangkal Perubahan Iklim

Jumlah karbon biru yaitu karbon yang dapat disimpan oleh ekosistem laut dan pesisir secara alami sebanyak 350.000 ton

Context.id | 25-04-2024

Mengenal Duck Syndrome, Istilah yang Lagi Populer

Sindrom ini menggambarkan seseorang yang mencoba menciptakan ilusi kehidupan yang sempurna, tetapi sebenarnya diliputi kecemasan yang sangat besar

Context.id | 25-04-2024

Fragmen Virus Flu Burung dalam Susu Pasteurisasi, Apakah Berbahaya?

Hasil pengetesan beberapa sampel susu pasteurisasi ditemukan sisa-sisa fragmen virus Flu Burung yang telah menginfeksi sapi perah

Context.id | 25-04-2024

Alasan Masyarakat hingga Pejabat Indonesia Gemar Berobat ke Luar Negeri

Pengobatan ke rumah sakit di luar negeri sejak lama menjadi tren yang berkembang di Indonesia

Context.id | 25-04-2024