Potensi Street Fashion di Indonesia, Apa Bisa Mendunia?
Apakah fenomena ini memiliki potensi untung mengharumkan Street Fashion dari Indonesia?
Context, JAKARTA - Sama seperti namanya, fenomena street fashion ini adalah suatu fenomena yang tumbuh dari jalanan. Di berbagai belahan dunia, tren ini kebanyakan diikuti oleh anak muda yang ingin menyalurkan kebebasan ekspresi mereka dalam gaya busana atau fashion.
Dalam suatu street fashion, pakaian yang digunakan tidak hanya spesifik pada satu gaya fashion saja, tapi mencangkup berbagai macam gaya fashion yang berbeda. Seperti contohnya Harajuku Style yang berasal dari Tokyo, Jepang. Di sana, anak mudanya ada yang mengenakan fashion Ko-gyaru, Cosplay, Lolita, Decora Kei, Punk-rock, hingga Streetwear.
Kehadiran media sosial saat ini membuat fenomena street fashion ini cepat menyebar ke banyak negara, tak terkecuali Indonesia. Di Indonesia sendiri, fenomena ini diciptakan oleh segerombolan anak muda dari pinggiran Jakarta yang memanfaatkan ruang kota dan digital untuk mengekspresikan kebebasan dalam bergaya.
Karena gerombolan anak muda tersebut banyak yang mengaku berasal dari Citayam, maka fenomena street fashion yang ada di kawasan Dukuh Atas tersebut pun dijuluki Citayam Fashion Week.
Berawal dari sekedar nongkrong dengan menggunakan gaya busana yang unik dan nyentrik, kegiatan anak muda Citayam Fashion Week tersebut pun makin beragam, ada yang membuat konten media sosial, mengadakan fashion show di zebra cross, hingga membentuk sebuah komunitas.
Terlepas dari adanya dampak positif seperti terciptanya subkultur baru, menaikan pendapatan pedagang sekitar, dan naiknya pengguna KRL tujuan Sudirman di hari libur hingga 8 persen, fenomena ini juga telah menciptakan beberapa dampak negatif.
Keramaian yang diciptakan oleh Citayam Fashion Week telah memberikan rasa ketidaknyamanan bagi pengguna jalan sekitar, mulai dari kemacetan, sampah yang berserakan, hingga rawan kejahatan.
RELATED ARTICLES
Potensi Street Fashion di Indonesia, Apa Bisa Mendunia?
Apakah fenomena ini memiliki potensi untung mengharumkan Street Fashion dari Indonesia?
Context, JAKARTA - Sama seperti namanya, fenomena street fashion ini adalah suatu fenomena yang tumbuh dari jalanan. Di berbagai belahan dunia, tren ini kebanyakan diikuti oleh anak muda yang ingin menyalurkan kebebasan ekspresi mereka dalam gaya busana atau fashion.
Dalam suatu street fashion, pakaian yang digunakan tidak hanya spesifik pada satu gaya fashion saja, tapi mencangkup berbagai macam gaya fashion yang berbeda. Seperti contohnya Harajuku Style yang berasal dari Tokyo, Jepang. Di sana, anak mudanya ada yang mengenakan fashion Ko-gyaru, Cosplay, Lolita, Decora Kei, Punk-rock, hingga Streetwear.
Kehadiran media sosial saat ini membuat fenomena street fashion ini cepat menyebar ke banyak negara, tak terkecuali Indonesia. Di Indonesia sendiri, fenomena ini diciptakan oleh segerombolan anak muda dari pinggiran Jakarta yang memanfaatkan ruang kota dan digital untuk mengekspresikan kebebasan dalam bergaya.
Karena gerombolan anak muda tersebut banyak yang mengaku berasal dari Citayam, maka fenomena street fashion yang ada di kawasan Dukuh Atas tersebut pun dijuluki Citayam Fashion Week.
Berawal dari sekedar nongkrong dengan menggunakan gaya busana yang unik dan nyentrik, kegiatan anak muda Citayam Fashion Week tersebut pun makin beragam, ada yang membuat konten media sosial, mengadakan fashion show di zebra cross, hingga membentuk sebuah komunitas.
Terlepas dari adanya dampak positif seperti terciptanya subkultur baru, menaikan pendapatan pedagang sekitar, dan naiknya pengguna KRL tujuan Sudirman di hari libur hingga 8 persen, fenomena ini juga telah menciptakan beberapa dampak negatif.
Keramaian yang diciptakan oleh Citayam Fashion Week telah memberikan rasa ketidaknyamanan bagi pengguna jalan sekitar, mulai dari kemacetan, sampah yang berserakan, hingga rawan kejahatan.
POPULAR
RELATED ARTICLES