Share

Home Stories

Stories 10 Agustus 2022

Hati-hati! Perang Buat Harga Mie Instan Naik Drastis

Harga mie instan Indonesia akan naik hingga tiga kali lipat.

Mie instan produk dari Korea dijual di Indomaret, Fajar Indah, Solo, Jumat (8/8). - Bisnis Indonesia -

Context.id, JAKARTA - Harga mie instan Indonesia akan naik hingga tiga kali lipat. Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, pada Selasa (9/8/2022). 

“Jadi hati-hati yang makan mie banyak, dari mie banyak dari gandum, besok harganya tiga kali lipat itu. Maafkan saya bicara ekstrem saja ini. Ada gandumnya tapi harganya akan mahal banget. Sementara kita impor terus mie gitu loh,” ujar Syahrul.

Menurutnya, kenaikan ini dikarenakan oleh tingginya harga gandum dunia, karena kondisi pasca pandemi Covid-19 dan perubahan iklim dunia yang sangat tidak menentu. Belum selesai masalah terselesaikan, perang Rusia-Ukraina turut menambah parah krisis. Pasalnya, kedua negara tersebut merupakan 2 dari 5 lumbung gandum terbesar dunia.

Tidak hanya itu, salah satu bahan yang paling dibutuhkan petani gandum, yakni pupuk juga sedang melonjak harganya. Menurut Syahrul, harga pupuk telah naik hingga lima kali lipat dari harga normalnya. Alasannya tidak lain dari kedua negara yang sedang berperang yang juga merupakan pemasok bahan baku pupuk terbesar.

Masalahnya, mahalnya harga pupuk juga akan berpengaruh pada harga komoditas pangan lainnya. Kopi jenis arabika misalnya, berdasarkan data dari Bank Dunia, rata-rata harga kopi jenis arabika tahun 2021 adalah US$4,51/kg atau Rp67.009. Namun, pada Juli 2022 harga komoditas pangan tersebut mencapai harga US$5,64/kg atau Rp83.798.

Hal serupa juga terjadi pada teh jenis kolombo, kacang tanah, minyak kedelai, gula, udang,dan daging.

Hal ini pun menjelaskan inflasi yang ada di dunia saat ini. Diketahui, Amerika Serikat sedang mengalami inflasi hingga 9,1 persen. Lalu Inggris sedang mengalami inflasi 9,4 persen sekaligus di ambang stagflasi.

Tak heran, jika Syahrul pun menyatakan bahwa 13 juta orang di dunia sedang menghadapi ancaman kelaparan dan sebanyak 62 negara sedang berada di ambang kondisi krisis pangan. 

Angka tersebut sudah besar? Sayangnya, PBB menyatakan hal yang lebih mencengangkan.  Program Makanan Dunia PBB menyatakan bahwa sekitar 345 juta penduduk dunia dari 82 negara akan terancam kelaparan. Yang mana angka ini 26 kali lebih banyak dibandingkan prediksi dari Syahrul.



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi

Stories 10 Agustus 2022

Hati-hati! Perang Buat Harga Mie Instan Naik Drastis

Harga mie instan Indonesia akan naik hingga tiga kali lipat.

Mie instan produk dari Korea dijual di Indomaret, Fajar Indah, Solo, Jumat (8/8). - Bisnis Indonesia -

Context.id, JAKARTA - Harga mie instan Indonesia akan naik hingga tiga kali lipat. Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, pada Selasa (9/8/2022). 

“Jadi hati-hati yang makan mie banyak, dari mie banyak dari gandum, besok harganya tiga kali lipat itu. Maafkan saya bicara ekstrem saja ini. Ada gandumnya tapi harganya akan mahal banget. Sementara kita impor terus mie gitu loh,” ujar Syahrul.

Menurutnya, kenaikan ini dikarenakan oleh tingginya harga gandum dunia, karena kondisi pasca pandemi Covid-19 dan perubahan iklim dunia yang sangat tidak menentu. Belum selesai masalah terselesaikan, perang Rusia-Ukraina turut menambah parah krisis. Pasalnya, kedua negara tersebut merupakan 2 dari 5 lumbung gandum terbesar dunia.

Tidak hanya itu, salah satu bahan yang paling dibutuhkan petani gandum, yakni pupuk juga sedang melonjak harganya. Menurut Syahrul, harga pupuk telah naik hingga lima kali lipat dari harga normalnya. Alasannya tidak lain dari kedua negara yang sedang berperang yang juga merupakan pemasok bahan baku pupuk terbesar.

Masalahnya, mahalnya harga pupuk juga akan berpengaruh pada harga komoditas pangan lainnya. Kopi jenis arabika misalnya, berdasarkan data dari Bank Dunia, rata-rata harga kopi jenis arabika tahun 2021 adalah US$4,51/kg atau Rp67.009. Namun, pada Juli 2022 harga komoditas pangan tersebut mencapai harga US$5,64/kg atau Rp83.798.

Hal serupa juga terjadi pada teh jenis kolombo, kacang tanah, minyak kedelai, gula, udang,dan daging.

Hal ini pun menjelaskan inflasi yang ada di dunia saat ini. Diketahui, Amerika Serikat sedang mengalami inflasi hingga 9,1 persen. Lalu Inggris sedang mengalami inflasi 9,4 persen sekaligus di ambang stagflasi.

Tak heran, jika Syahrul pun menyatakan bahwa 13 juta orang di dunia sedang menghadapi ancaman kelaparan dan sebanyak 62 negara sedang berada di ambang kondisi krisis pangan. 

Angka tersebut sudah besar? Sayangnya, PBB menyatakan hal yang lebih mencengangkan.  Program Makanan Dunia PBB menyatakan bahwa sekitar 345 juta penduduk dunia dari 82 negara akan terancam kelaparan. Yang mana angka ini 26 kali lebih banyak dibandingkan prediksi dari Syahrul.



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi


RELATED ARTICLES

Hitungan Prabowo Soal Uang Kasus CPO Rp13,2 Triliun, Bisa Buat Apa Saja?

Presiden Prabowo Subianto melakukan perhitungan terkait uang kasus korupsi CPO Rp13,2 triliun yang ia sebut bisa digunakan untuk membangun desa ne ...

Renita Sukma . 20 October 2025

Polemik IKN Sebagai Ibu Kota Politik, Ini Kata Kemendagri dan Pengamat

Terminologi ibu kota politik yang melekat kepada IKN dianggap rancu karena bertentangan dengan UU IKN. r n r n

Renita Sukma . 18 October 2025

Dilema Kebijakan Rokok: Penerimaan Negara Vs Kesehatan Indonesia

Menkeu Purbaya ingin menggairahkan kembali industri rokok dengan mengerem cukai, sementara menteri sebelumnya Sri Mulyani gencar menaikkan cukai d ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 15 October 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 13 October 2025