Hati-hati! Perang Buat Harga Mie Instan Naik Drastis
Harga mie instan Indonesia akan naik hingga tiga kali lipat.
Context.id, JAKARTA - Harga mie instan Indonesia akan naik hingga tiga kali lipat. Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, pada Selasa (9/8/2022).
“Jadi hati-hati yang makan mie banyak, dari mie banyak dari gandum, besok harganya tiga kali lipat itu. Maafkan saya bicara ekstrem saja ini. Ada gandumnya tapi harganya akan mahal banget. Sementara kita impor terus mie gitu loh,” ujar Syahrul.
Menurutnya, kenaikan ini dikarenakan oleh tingginya harga gandum dunia, karena kondisi pasca pandemi Covid-19 dan perubahan iklim dunia yang sangat tidak menentu. Belum selesai masalah terselesaikan, perang Rusia-Ukraina turut menambah parah krisis. Pasalnya, kedua negara tersebut merupakan 2 dari 5 lumbung gandum terbesar dunia.
Tidak hanya itu, salah satu bahan yang paling dibutuhkan petani gandum, yakni pupuk juga sedang melonjak harganya. Menurut Syahrul, harga pupuk telah naik hingga lima kali lipat dari harga normalnya. Alasannya tidak lain dari kedua negara yang sedang berperang yang juga merupakan pemasok bahan baku pupuk terbesar.
Masalahnya, mahalnya harga pupuk juga akan berpengaruh pada harga komoditas pangan lainnya. Kopi jenis arabika misalnya, berdasarkan data dari Bank Dunia, rata-rata harga kopi jenis arabika tahun 2021 adalah US$4,51/kg atau Rp67.009. Namun, pada Juli 2022 harga komoditas pangan tersebut mencapai harga US$5,64/kg atau Rp83.798.
Hal serupa juga terjadi pada teh jenis kolombo, kacang tanah, minyak kedelai, gula, udang,dan daging.
Hal ini pun menjelaskan inflasi yang ada di dunia saat ini. Diketahui, Amerika Serikat sedang mengalami inflasi hingga 9,1 persen. Lalu Inggris sedang mengalami inflasi 9,4 persen sekaligus di ambang stagflasi.
Tak heran, jika Syahrul pun menyatakan bahwa 13 juta orang di dunia sedang menghadapi ancaman kelaparan dan sebanyak 62 negara sedang berada di ambang kondisi krisis pangan.
Angka tersebut sudah besar? Sayangnya, PBB menyatakan hal yang lebih mencengangkan. Program Makanan Dunia PBB menyatakan bahwa sekitar 345 juta penduduk dunia dari 82 negara akan terancam kelaparan. Yang mana angka ini 26 kali lebih banyak dibandingkan prediksi dari Syahrul.
RELATED ARTICLES
Hati-hati! Perang Buat Harga Mie Instan Naik Drastis
Harga mie instan Indonesia akan naik hingga tiga kali lipat.
Context.id, JAKARTA - Harga mie instan Indonesia akan naik hingga tiga kali lipat. Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, pada Selasa (9/8/2022).
“Jadi hati-hati yang makan mie banyak, dari mie banyak dari gandum, besok harganya tiga kali lipat itu. Maafkan saya bicara ekstrem saja ini. Ada gandumnya tapi harganya akan mahal banget. Sementara kita impor terus mie gitu loh,” ujar Syahrul.
Menurutnya, kenaikan ini dikarenakan oleh tingginya harga gandum dunia, karena kondisi pasca pandemi Covid-19 dan perubahan iklim dunia yang sangat tidak menentu. Belum selesai masalah terselesaikan, perang Rusia-Ukraina turut menambah parah krisis. Pasalnya, kedua negara tersebut merupakan 2 dari 5 lumbung gandum terbesar dunia.
Tidak hanya itu, salah satu bahan yang paling dibutuhkan petani gandum, yakni pupuk juga sedang melonjak harganya. Menurut Syahrul, harga pupuk telah naik hingga lima kali lipat dari harga normalnya. Alasannya tidak lain dari kedua negara yang sedang berperang yang juga merupakan pemasok bahan baku pupuk terbesar.
Masalahnya, mahalnya harga pupuk juga akan berpengaruh pada harga komoditas pangan lainnya. Kopi jenis arabika misalnya, berdasarkan data dari Bank Dunia, rata-rata harga kopi jenis arabika tahun 2021 adalah US$4,51/kg atau Rp67.009. Namun, pada Juli 2022 harga komoditas pangan tersebut mencapai harga US$5,64/kg atau Rp83.798.
Hal serupa juga terjadi pada teh jenis kolombo, kacang tanah, minyak kedelai, gula, udang,dan daging.
Hal ini pun menjelaskan inflasi yang ada di dunia saat ini. Diketahui, Amerika Serikat sedang mengalami inflasi hingga 9,1 persen. Lalu Inggris sedang mengalami inflasi 9,4 persen sekaligus di ambang stagflasi.
Tak heran, jika Syahrul pun menyatakan bahwa 13 juta orang di dunia sedang menghadapi ancaman kelaparan dan sebanyak 62 negara sedang berada di ambang kondisi krisis pangan.
Angka tersebut sudah besar? Sayangnya, PBB menyatakan hal yang lebih mencengangkan. Program Makanan Dunia PBB menyatakan bahwa sekitar 345 juta penduduk dunia dari 82 negara akan terancam kelaparan. Yang mana angka ini 26 kali lebih banyak dibandingkan prediksi dari Syahrul.
POPULAR
RELATED ARTICLES