Share

Stories 26 Juli 2022

Orang Indonesia Paling Malas Jalan Kaki, Apa Risikonya?

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan para ilmuwan Universitas Stanford, orang Indonesia adalah penduduk yang paling malas jalan kaki di dunia.

Pejalan kaki mengenakan masker di Jalan Kebon Sirih, Jakarta, Rabu (6/7/2022). -Antara-

Context, JAKARTA - Orang Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai penduduk yang paling malas jalan kaki di dunia. Pernyataan ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan dari Universitas Stanford.

Sebenarnya, penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan Stanford tersebut dipublikasikan pada tahun 2017. Namun dalam beberapa waktu terakhir, hasil penelitian ini kembali ramai diperbincangkan oleh para netizen Indonesia di media sosial.

Dalam penelitian tersebut, para peneliti menggunakan data smartphone untuk mengukur aktivitas fisik yang dilakukan oleh lebih dari 700.000 orang dari 111 negara. Hasilnya, dengan rata-rata hanya 3.513 langkah per hari, orang Indonesia dinobatkan menjadi penduduk yang paling malas jalan kaki.

Sebagai perbandingan, survei yang dipublikasikan lewat jurnal Nature tersebut juga menunjukkan bahwa penduduk yang paling sering jalan kaki adalah orang Hongkong. Per harinya, rata-rata orang Hongkong berjalan bisa mencapai 6.880 langkah.

Berikut urutan 10 negara yang paling malas jalan kaki berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan Universitas Stanford.

1. Indonesia 3.513 
2. Arab Saudi 3.807 
3. Malaysia 3.963 
4. Filipina 4.008 
5. Afrika Selatan 4.105 
6. Qatar 4.158 
7. Brasil 4.289 
8. India 4.297 
9. Mesir 4.315 
10. Yunani 4.350


Dampak Malas Jalan Kaki

Dilansir dari BBC, penelitian tersebut juga dilakukan untuk melihat hubungan antara kurangnya aktivitas jalan kaki dan tingginya angka obesitas di suatu negara. Seperti contohnya di Amerika Serikat, yang penduduknya berjalan dengan rata-rata hanya 4.774 langkah per hari, ternyata menyumbang potensi obesitas yang tinggi jika dibandingkan negara lain.

Meskipun begitu, bukan berarti penduduk dengan tingkat jalan kaki yang paling rendah ini langsung dinyatakan juga sebagai penduduk dengan tingkat obesitas yang paling tinggi. Mengutip theculturetrip, jumlah langkah yang dibuat per hari dengan tingkat obesitas tidak dapat dikaitkan secara langsung. 

Tapi, malas berjalan kaki bisa menjadi salah satu faktor meningkatnya obesitas seseorang. Dari penelitian yang sama, Indonesia menempati peringkat ke 17 sebagai negara dengan penduduk yang mengalami obesitas terbanyak di dunia. 

Menurut World Health Organization (WHO), obesitas sendiri merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Melansir dari Kemkes, WHO menyatakan sepertiga dari populasi global mengalami obesitas. Kemudian, 70 persen kematian akibat obesitas bisa terjadi karena disebabkan oleh penyakit kardiovaskular. 

Menurut Asisten Deputi Pengelolaan Olahraga Pendidikan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Ary Moelyadi, survei yang dilakukan para peneliti dari Universitas Stanford tersebut memang benar dan terbukti ada korelasi dengan data yang dimiliki Kemenpora pada 2021.

Dilansir dari Antara, Ary mengatakan jika hanya 24 persen orang Indonesia yang memiliki tubuh bugar. Selain itu, partisipasi olahraga orang Indonesia juga kecil, yaitu hanya 34 persen saja. Karena itu, satu dari empat orang dewasa di Indonesia mengalami obesitas. Bahkan, penyakit seperti diabetes, jantung, osteoporosis di Indonesia juga semakin meningkat karena tingkat kemalasan jalan kaki atau pun bergerak yang tinggi di masa pandemi.

 

Kondisi Trotoar jadi Alasan?

Kondisi trotoar yang tidak ramah pejalan kaki menjadi alasan utama malasnya orang Indonesia, khususnya yang tinggal di perkotaan untuk berjalan kaki. Di beberapa tempat ada yang trotoarnya rusak, terlalu kecil, bahkan ada jalan yang tidak memiliki trotoar. 

Pada September 2021, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah mendorong budaya jalan kaki di Indonesia. Kemenhub meminta Pemerintah Daerah (Pemda) untuk menyiapkan fasilitas trotoar yang baik. Saat itu, Direktur Jenderal Perhubungan Darat Budi Setiyadi juga menyebutkan jika jalan kaki adalah transportasi yang ramah lingkungan.

"Saya melihat ke depan transportasi yang harus kita dorong dan bangun betul adalah transportasi yang berbasis angkutan umum/massal dan green transportation. Contohnya penggunaan sepeda, sepeda listrik, dan pejalan kaki," ujar Budi dikutip dari Bisnis.com.

Selain trotoar yang belum memadai, hal lainnya yang membuat orang Indonesia malas jalan kaki adalah masih banyaknya pengendara bermotor tidak bertanggung jawab yang naik ke trotoar dan menghalangi pejalan kaki. 

Sebenarnya, sudah banyak cara yang dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi hal ini, antara lain dengan meninggikan trotoar, membuat tiang penghalau motor, atau memasang barrier jalan di samping trotoar. Namun, hingga saat ini masih saja banyak pengendara motor di Indonesia yang nekat naik ke trotoar.


Manfaat Jalan Kaki

Terlepas dari berbagai alasan kenapa orang Indonesia malas jalan kaki, aktivitas ini ternyata memiliki segudang manfaat. Menurut Kementerian Kesehatan, kira-kira ada 11 manfaat yang bisa kita dapatkan dari berjalan kaki. Manfaat yang pertama, jalan kaki setiap menitnya bisa memperpanjang hidup selama 1,5 hingga 2 menit. Kedua, jalan kaki selama 40 menit setiap harinya bisa membantu untuk menurunkan berat badan.

Ketiga, jalan kaki secara cepat selama 20 hingga 25 menit bisa memperbaiki kondisi paru-paru dan jantung. Keempat, jalan kaki bisa memperbaiki efektivitas paru-paru, jantung dan membakar lemak dalam tubuh.

Kemudian yang kelima, jalan kaki bisa membantu untuk meningkatkan metabolisme tubuh sehingga kalori lebih cepat terbakar. Keenam, menghilangkan stress. Ketujuh, memperlambat penuaan. Lalu yang kedelapan, membantu untuk menurunkan kolesterol di dalam darah. 

Manfaat yang kesembilan, jalan kaki bisa menurunkan tekanan darah. Kesepuluh, membantu mencegah dan mengontrol diabetes. Kemudian yang terakhir, jalan kaki bisa memperkuat otot paha, kaki, dan juga tulang. 

Selain itu, dilansir dari WHO, berjalan kaki juga memiliki peran yang sangat penting dalam mengurangi perubahan iklim dan memperbaiki lingkungan. Karena menurut WHO, dengan berjalan kaki, kita bisa membantu untuk menyelesaikan banyak masalah seperti polusi udara, gas rumah kaca, polusi suara, dan bahkan mengurangi resiko kecelakaan lalu lintas.



Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Putri Dewi

Stories 26 Juli 2022

Orang Indonesia Paling Malas Jalan Kaki, Apa Risikonya?

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan para ilmuwan Universitas Stanford, orang Indonesia adalah penduduk yang paling malas jalan kaki di dunia.

Pejalan kaki mengenakan masker di Jalan Kebon Sirih, Jakarta, Rabu (6/7/2022). -Antara-

Context, JAKARTA - Orang Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai penduduk yang paling malas jalan kaki di dunia. Pernyataan ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan dari Universitas Stanford.

Sebenarnya, penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan Stanford tersebut dipublikasikan pada tahun 2017. Namun dalam beberapa waktu terakhir, hasil penelitian ini kembali ramai diperbincangkan oleh para netizen Indonesia di media sosial.

Dalam penelitian tersebut, para peneliti menggunakan data smartphone untuk mengukur aktivitas fisik yang dilakukan oleh lebih dari 700.000 orang dari 111 negara. Hasilnya, dengan rata-rata hanya 3.513 langkah per hari, orang Indonesia dinobatkan menjadi penduduk yang paling malas jalan kaki.

Sebagai perbandingan, survei yang dipublikasikan lewat jurnal Nature tersebut juga menunjukkan bahwa penduduk yang paling sering jalan kaki adalah orang Hongkong. Per harinya, rata-rata orang Hongkong berjalan bisa mencapai 6.880 langkah.

Berikut urutan 10 negara yang paling malas jalan kaki berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan Universitas Stanford.

1. Indonesia 3.513 
2. Arab Saudi 3.807 
3. Malaysia 3.963 
4. Filipina 4.008 
5. Afrika Selatan 4.105 
6. Qatar 4.158 
7. Brasil 4.289 
8. India 4.297 
9. Mesir 4.315 
10. Yunani 4.350


Dampak Malas Jalan Kaki

Dilansir dari BBC, penelitian tersebut juga dilakukan untuk melihat hubungan antara kurangnya aktivitas jalan kaki dan tingginya angka obesitas di suatu negara. Seperti contohnya di Amerika Serikat, yang penduduknya berjalan dengan rata-rata hanya 4.774 langkah per hari, ternyata menyumbang potensi obesitas yang tinggi jika dibandingkan negara lain.

Meskipun begitu, bukan berarti penduduk dengan tingkat jalan kaki yang paling rendah ini langsung dinyatakan juga sebagai penduduk dengan tingkat obesitas yang paling tinggi. Mengutip theculturetrip, jumlah langkah yang dibuat per hari dengan tingkat obesitas tidak dapat dikaitkan secara langsung. 

Tapi, malas berjalan kaki bisa menjadi salah satu faktor meningkatnya obesitas seseorang. Dari penelitian yang sama, Indonesia menempati peringkat ke 17 sebagai negara dengan penduduk yang mengalami obesitas terbanyak di dunia. 

Menurut World Health Organization (WHO), obesitas sendiri merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Melansir dari Kemkes, WHO menyatakan sepertiga dari populasi global mengalami obesitas. Kemudian, 70 persen kematian akibat obesitas bisa terjadi karena disebabkan oleh penyakit kardiovaskular. 

Menurut Asisten Deputi Pengelolaan Olahraga Pendidikan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Ary Moelyadi, survei yang dilakukan para peneliti dari Universitas Stanford tersebut memang benar dan terbukti ada korelasi dengan data yang dimiliki Kemenpora pada 2021.

Dilansir dari Antara, Ary mengatakan jika hanya 24 persen orang Indonesia yang memiliki tubuh bugar. Selain itu, partisipasi olahraga orang Indonesia juga kecil, yaitu hanya 34 persen saja. Karena itu, satu dari empat orang dewasa di Indonesia mengalami obesitas. Bahkan, penyakit seperti diabetes, jantung, osteoporosis di Indonesia juga semakin meningkat karena tingkat kemalasan jalan kaki atau pun bergerak yang tinggi di masa pandemi.

 

Kondisi Trotoar jadi Alasan?

Kondisi trotoar yang tidak ramah pejalan kaki menjadi alasan utama malasnya orang Indonesia, khususnya yang tinggal di perkotaan untuk berjalan kaki. Di beberapa tempat ada yang trotoarnya rusak, terlalu kecil, bahkan ada jalan yang tidak memiliki trotoar. 

Pada September 2021, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah mendorong budaya jalan kaki di Indonesia. Kemenhub meminta Pemerintah Daerah (Pemda) untuk menyiapkan fasilitas trotoar yang baik. Saat itu, Direktur Jenderal Perhubungan Darat Budi Setiyadi juga menyebutkan jika jalan kaki adalah transportasi yang ramah lingkungan.

"Saya melihat ke depan transportasi yang harus kita dorong dan bangun betul adalah transportasi yang berbasis angkutan umum/massal dan green transportation. Contohnya penggunaan sepeda, sepeda listrik, dan pejalan kaki," ujar Budi dikutip dari Bisnis.com.

Selain trotoar yang belum memadai, hal lainnya yang membuat orang Indonesia malas jalan kaki adalah masih banyaknya pengendara bermotor tidak bertanggung jawab yang naik ke trotoar dan menghalangi pejalan kaki. 

Sebenarnya, sudah banyak cara yang dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi hal ini, antara lain dengan meninggikan trotoar, membuat tiang penghalau motor, atau memasang barrier jalan di samping trotoar. Namun, hingga saat ini masih saja banyak pengendara motor di Indonesia yang nekat naik ke trotoar.


Manfaat Jalan Kaki

Terlepas dari berbagai alasan kenapa orang Indonesia malas jalan kaki, aktivitas ini ternyata memiliki segudang manfaat. Menurut Kementerian Kesehatan, kira-kira ada 11 manfaat yang bisa kita dapatkan dari berjalan kaki. Manfaat yang pertama, jalan kaki setiap menitnya bisa memperpanjang hidup selama 1,5 hingga 2 menit. Kedua, jalan kaki selama 40 menit setiap harinya bisa membantu untuk menurunkan berat badan.

Ketiga, jalan kaki secara cepat selama 20 hingga 25 menit bisa memperbaiki kondisi paru-paru dan jantung. Keempat, jalan kaki bisa memperbaiki efektivitas paru-paru, jantung dan membakar lemak dalam tubuh.

Kemudian yang kelima, jalan kaki bisa membantu untuk meningkatkan metabolisme tubuh sehingga kalori lebih cepat terbakar. Keenam, menghilangkan stress. Ketujuh, memperlambat penuaan. Lalu yang kedelapan, membantu untuk menurunkan kolesterol di dalam darah. 

Manfaat yang kesembilan, jalan kaki bisa menurunkan tekanan darah. Kesepuluh, membantu mencegah dan mengontrol diabetes. Kemudian yang terakhir, jalan kaki bisa memperkuat otot paha, kaki, dan juga tulang. 

Selain itu, dilansir dari WHO, berjalan kaki juga memiliki peran yang sangat penting dalam mengurangi perubahan iklim dan memperbaiki lingkungan. Karena menurut WHO, dengan berjalan kaki, kita bisa membantu untuk menyelesaikan banyak masalah seperti polusi udara, gas rumah kaca, polusi suara, dan bahkan mengurangi resiko kecelakaan lalu lintas.



Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Putri Dewi


RELATED ARTICLES

Universitas Brown Kembalikan Lahan Bersejarah kepada Suku Indian Pokanoket

Brown University mengalihkan kepemilikan lahannya di Mount Hope kepada suku Pokanoket untuk menghormati warisan budaya dan sejarah leluhur mereka.

Context.id . 06 December 2024

Myanmar Menjadi Negara dengan Jumlah Korban Ranjau Darat Terbanyak

Laporan Landmine Monitor 2024 mencatat warga sipil, termasuk anak-anak, menanggung beban paling besar akibat ranjau darat

Context.id . 05 December 2024

Militer China Terus Memperbarui Senjata Hipersonik dan Elektromagnetiknya

China terus melakukan uji coba senjata kendaraan hipersonik dan elektromagnetiknya yang bisa melumpuhkan kawasan strategis musuh

Context.id . 04 December 2024

Bendung Dampak Perang Dagang Perusahaan China Merekrut Eksekutif Global

Serangan terhadap ekonomi China melalui perang tarif membuat perusahaan di Negeri Tirai Bambu ini mengambil strategi baru, merekrut eksekutif yang ...

Context.id . 04 December 2024