Share

Home Stories

Stories 21 Juli 2022

Suku Bunga RI Bertahan 3,5 Persen

Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa suku bunga acuan Indonesia (BI7DRR) 2022 tidak akan berubah, atau akan tetap berada di angka 3,5 persen.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menetapkan suku bunga acuan Indonesia tidak berubah atau tetap di angka 3,5 persen. - Dok. Bank Indonesia -

Context.id, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa suku bunga acuan Indonesia (BI7DRR) 2022 tidak akan berubah, atau akan tetap berada di angka 3,5 persen.

“Dengan assessment yang menyeluruh, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) 3,5 persen,” ujar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers virtual, Kamis (21/7/2022).

Pasalnya, Bank Indonesia yakin bahwa inflasi Indonesia akan tetap terjaga, terutama karena sedang naiknya harga komoditas. Keputusan ini juga sejalan dengan perlunya pengendalian inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar. Sekalipun itu, BI tetap memperingatkan bahwa masyarakat harus mewaspadai adanya inflasi yang lebih parah di masa depan. 

Perry Warjiyo juga menyatakan bahwa Indonesia masih dihantui oleh resiko stagflasi dan ketidakpastian pasar keuangan global. Maka dari itu, Perry menyatakan bahwa ekspektasi pertumbuhan ekonomi Indonesia jadi diturunkan menjadi 2,5% dari 3,5% untuk periode 2022. 

“Dengan ini, pertumbuhan global diperkirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya 3,5 persen menjadi 2,5 persen,” ujar Perry.

Diketahui, inflasi global saat ini terus mengalami peningkatan karena gangguan rantai pasok dan konflik Ukraina-Rusia. Diketahui, dua negara adidaya barat sudah mengalami lonjakan inflasi hingga lebih dari 9 persen (Amerika 9,1 persen dan Inggris 9,4 persen).

Akibatnya, suku bunga dari Bank Sentral Amerika (The Fed) sudah lebih dulu naik 75 basis poin, dari sebelumnya 50 basis poin. Hal ini kemudian berpengaruh pada jumlah investasi, daya beli masyarakat, hingga resesi Amerika. 

Selain itu, perekonomian sejumlah negara, seperti China, Jepang, Eropa, dan India diperkirakan tumbuh lebih lambat dibandingkan periode sebelumnya. 



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi

Stories 21 Juli 2022

Suku Bunga RI Bertahan 3,5 Persen

Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa suku bunga acuan Indonesia (BI7DRR) 2022 tidak akan berubah, atau akan tetap berada di angka 3,5 persen.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menetapkan suku bunga acuan Indonesia tidak berubah atau tetap di angka 3,5 persen. - Dok. Bank Indonesia -

Context.id, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa suku bunga acuan Indonesia (BI7DRR) 2022 tidak akan berubah, atau akan tetap berada di angka 3,5 persen.

“Dengan assessment yang menyeluruh, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) 3,5 persen,” ujar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers virtual, Kamis (21/7/2022).

Pasalnya, Bank Indonesia yakin bahwa inflasi Indonesia akan tetap terjaga, terutama karena sedang naiknya harga komoditas. Keputusan ini juga sejalan dengan perlunya pengendalian inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar. Sekalipun itu, BI tetap memperingatkan bahwa masyarakat harus mewaspadai adanya inflasi yang lebih parah di masa depan. 

Perry Warjiyo juga menyatakan bahwa Indonesia masih dihantui oleh resiko stagflasi dan ketidakpastian pasar keuangan global. Maka dari itu, Perry menyatakan bahwa ekspektasi pertumbuhan ekonomi Indonesia jadi diturunkan menjadi 2,5% dari 3,5% untuk periode 2022. 

“Dengan ini, pertumbuhan global diperkirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya 3,5 persen menjadi 2,5 persen,” ujar Perry.

Diketahui, inflasi global saat ini terus mengalami peningkatan karena gangguan rantai pasok dan konflik Ukraina-Rusia. Diketahui, dua negara adidaya barat sudah mengalami lonjakan inflasi hingga lebih dari 9 persen (Amerika 9,1 persen dan Inggris 9,4 persen).

Akibatnya, suku bunga dari Bank Sentral Amerika (The Fed) sudah lebih dulu naik 75 basis poin, dari sebelumnya 50 basis poin. Hal ini kemudian berpengaruh pada jumlah investasi, daya beli masyarakat, hingga resesi Amerika. 

Selain itu, perekonomian sejumlah negara, seperti China, Jepang, Eropa, dan India diperkirakan tumbuh lebih lambat dibandingkan periode sebelumnya. 



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi


RELATED ARTICLES

PBB Sebut Waktu Pencegahan Eskalasi Kelaparan di Gaza Terbatas

PBB menyoroti fenomena kelaparan di Gaza dan menyebut sempitnya peluang untuk mencegah kelaparan menyebar di kota ini.

Renita Sukma . 08 September 2025

Pengibaran Bendera Inggris di Sepanjang Jalan dan Sentimen Anti Imigran

Berkibarnya bendera bendera St. George s Cross dan bendera Union Jack bertebaran di seluruh wilayah Inggris menimbulkan kekhawatiran atas meluasny ...

Renita Sukma . 27 August 2025

Bukan Cuma Kafe, di Blok M Juga Ada Koperasi Kelurahan Merah Putih

Koperasi Kelurahan Merah Putih (KKMP) Melawai di Blok M Hub, Jakarta Selatan merupakan Koperasi Merah Putih tingkat kelurahan pertama di Indonesia

Renita Sukma . 26 August 2025

TikTok Rilis Fitur Kampus, Mirip Facebook Versi Awal

Survei Pew Research Center pada 2024 menemukan enam dari sepuluh remaja di AS mengaku rutin menggunakan TikTok dan fitur ini bisa menggaet lebih ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 26 August 2025