Dampak Perang, Eropa Bakal Borong Batu Bara Indonesia
Hubungan yang tidak baik antara Eropa dan Rusia membuat negara-negara barat mengalihkan eksportir batu bara ke negara lain, salah satunya Indonesia.
Context, JAKARTA - Hubungan yang tidak baik antara Eropa dan Rusia saat ini membuat negara-negara barat mengalihkan eksportir batu bara ke negara lain, salah satunya adalah Indonesia.
Meskipun begitu, penyaluran pinjaman bank ke debitur pertambangan masih di ambang ketidakpastian. Alasannya, jika perang Rusia-Ukraina usai, dan hubungan Eropa dengan Rusia membaik, maka bisa saja negara-negara barat kembali menyetop pembelian batu bara dari Indonesia.
Belum lagi, menurut Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, selain Indonesia juga ada negara-negara penghasil batu bara dengan kualitas yang lebih baik. Contohnya seperti Afrika Selatan dan Australia. Bukan tidak mungkin nantinya negara-negara barat juga akan menyetop permintaan batu bara dari Indonesia karena hal ini.
“Perlu diingat juga, ada Afrika Selatan dan Australia yang mengincar pasar Eropa dengan kualitas batu bara lebih baik dari Indonesia,” kata Bhima dilansir dari Bisnis.com, Kamis (30/6/2022).
Selain itu, meskipun ada pelonggaran komitmen barat dalam membiayai proyek energi fosil, termasuk batu bara, tren pendanaan ke sektor pertambangan batu bara tidak akan langsung melonjak tinggi. Alasannya, bank harus melakukan seleksi untuk mengetahui mana perusahaan batu bara yang memenuhi standar untuk pembangkin listrik di Eropa dan mana yang tidak.
Kemudian, ancaman resesi ekonomi dunia juga membuat permintaan energi fosil tertekan. Karena hal ini, Bhima memperkirakan jika permintaan akan batu bara juga bakal melambat. Selain itu, Bhima juga mengatakan kalau selama ini penyaluran kredit batu bara sudah mengalami tren perlambatan pertumbuhan.
Berkah Perang Rusia-Ukraina
Perang yang terjadi di Eropa Timur itu disebut-sebut menjadi salah satu faktor utama negara-negara barat melirik batu bara Indonesia. Pasalnya, dalam pertemuan G7, anggota-anggotanya menyepakati untuk membatalkan komitmen pemberhentian pendanaan bahan bakar fosil.
Alasannya, invasi Rusia ke Ukraina yang sudah berlangsung sejak Februari 2022 tersebut telah mengakibatkan adanya kelangkaan energi. Karena itu, mau tidak mau negara-negara barat harus membatalkan komitmennya.
Sebelumnya, menurut Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia, sudah ada beberapa negara yang mengajukan permintaan pembelian batu bara kepada Indonesia. Bahkan, ada beberapa negara sudah melakukan transaksi, seperti Polandia, Italia, Jerman, Belanda, dan Spanyol.
Untuk mempersiapkan hal ini, Hendra juga telah meminta bantuan pemerintah untuk mendukung ketersediaan alat tambang dan armada laut untuk mempercepat produksi. Pasalnya, permintaan dari negara barat ini akan sulit dipenuhi karena terjadi secara mendadak.
“Dukungan ketersediaan alat tambang dan armada angkut laut seperti tongkang juga perlu waktu untuk bisa mendukung kenaikan produksi. Karena peningkatan permintaan sifatnya sangat tiba-tiba akibat perang di Eropa Timur,” kata Hendra.
Selain negara-negara barat, permintaan batu bara ini juga datang dari negara lainnya seperti India. Bahkan, India yang merupakan negara tujuan ekspor terbesar kedua, kali ini meminta Indonesia untuk memproduksi batu bara lebih banyak lagi kepada negaranya.
RELATED ARTICLES
Dampak Perang, Eropa Bakal Borong Batu Bara Indonesia
Hubungan yang tidak baik antara Eropa dan Rusia membuat negara-negara barat mengalihkan eksportir batu bara ke negara lain, salah satunya Indonesia.
Context, JAKARTA - Hubungan yang tidak baik antara Eropa dan Rusia saat ini membuat negara-negara barat mengalihkan eksportir batu bara ke negara lain, salah satunya adalah Indonesia.
Meskipun begitu, penyaluran pinjaman bank ke debitur pertambangan masih di ambang ketidakpastian. Alasannya, jika perang Rusia-Ukraina usai, dan hubungan Eropa dengan Rusia membaik, maka bisa saja negara-negara barat kembali menyetop pembelian batu bara dari Indonesia.
Belum lagi, menurut Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, selain Indonesia juga ada negara-negara penghasil batu bara dengan kualitas yang lebih baik. Contohnya seperti Afrika Selatan dan Australia. Bukan tidak mungkin nantinya negara-negara barat juga akan menyetop permintaan batu bara dari Indonesia karena hal ini.
“Perlu diingat juga, ada Afrika Selatan dan Australia yang mengincar pasar Eropa dengan kualitas batu bara lebih baik dari Indonesia,” kata Bhima dilansir dari Bisnis.com, Kamis (30/6/2022).
Selain itu, meskipun ada pelonggaran komitmen barat dalam membiayai proyek energi fosil, termasuk batu bara, tren pendanaan ke sektor pertambangan batu bara tidak akan langsung melonjak tinggi. Alasannya, bank harus melakukan seleksi untuk mengetahui mana perusahaan batu bara yang memenuhi standar untuk pembangkin listrik di Eropa dan mana yang tidak.
Kemudian, ancaman resesi ekonomi dunia juga membuat permintaan energi fosil tertekan. Karena hal ini, Bhima memperkirakan jika permintaan akan batu bara juga bakal melambat. Selain itu, Bhima juga mengatakan kalau selama ini penyaluran kredit batu bara sudah mengalami tren perlambatan pertumbuhan.
Berkah Perang Rusia-Ukraina
Perang yang terjadi di Eropa Timur itu disebut-sebut menjadi salah satu faktor utama negara-negara barat melirik batu bara Indonesia. Pasalnya, dalam pertemuan G7, anggota-anggotanya menyepakati untuk membatalkan komitmen pemberhentian pendanaan bahan bakar fosil.
Alasannya, invasi Rusia ke Ukraina yang sudah berlangsung sejak Februari 2022 tersebut telah mengakibatkan adanya kelangkaan energi. Karena itu, mau tidak mau negara-negara barat harus membatalkan komitmennya.
Sebelumnya, menurut Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia, sudah ada beberapa negara yang mengajukan permintaan pembelian batu bara kepada Indonesia. Bahkan, ada beberapa negara sudah melakukan transaksi, seperti Polandia, Italia, Jerman, Belanda, dan Spanyol.
Untuk mempersiapkan hal ini, Hendra juga telah meminta bantuan pemerintah untuk mendukung ketersediaan alat tambang dan armada laut untuk mempercepat produksi. Pasalnya, permintaan dari negara barat ini akan sulit dipenuhi karena terjadi secara mendadak.
“Dukungan ketersediaan alat tambang dan armada angkut laut seperti tongkang juga perlu waktu untuk bisa mendukung kenaikan produksi. Karena peningkatan permintaan sifatnya sangat tiba-tiba akibat perang di Eropa Timur,” kata Hendra.
Selain negara-negara barat, permintaan batu bara ini juga datang dari negara lainnya seperti India. Bahkan, India yang merupakan negara tujuan ekspor terbesar kedua, kali ini meminta Indonesia untuk memproduksi batu bara lebih banyak lagi kepada negaranya.
POPULAR
RELATED ARTICLES