Sulitnya Memilih MacBook; Pro Semakin Kuat dan Air yang Istimewa
MacBook Pro masih menjadi altar suci bagi para kreator profesional sementara MacBook Air adalah titik temu antara estetika dan efisiensi

Context.id, JAKARTA - Apple seakan menyodorkan teka-teki yang semakin rumit kepada konsumennya. Jika dahulu pilihan antara MacBook Pro dan MacBook Air semudah memilih antara kekuatan penuh dan portabilitas ringan, kini batas itu semakin kabur.
Di era cip M4, Air tak lagi sekadar laptop mahasiswa, dan Pro tak selalu berarti performa yang dibutuhkan oleh semua orang. Ketika Apple merilis MacBook Air dengan cip M4, ia tak hanya mempercepat proses komputasi.
Ia juga merobek lembaran lama alias menghapus citra Air sebagai versi ringan dari MacBook Pro. Kini, keduanya tampil dalam performa yang lebih berimbang, bahkan dalam beberapa pengujian Air M4 mengungguli Pro M3.
Maka pertanyaannya bukan lagi soal spesifikasi, tetapi tentang identitas. Siapa Anda, dan bagaimana Anda menggunakan waktu Anda di depan layar? Berikut ini ulasannya mengacu pada ZdNet.
Pro untuk yang gemar memeras kinerja
MacBook Pro masih menjadi altar suci bagi para kreator profesional seperti editor video, desainer 3D, developer aplikasi berat, atau penata suara yang mengolah layer demi layer audio.
Memiliki tiga varian cip M4 dari versi dasar, Pro, hingga Max, MacBook Pro menawarkan fleksibilitas sekaligus kekuatan. GPU 32-core pada M4 Max, misalnya, bukan sekadar angka ia adalah perbedaan antara rendering dalam hitungan menit dan hitungan jam.
Port Thunderbolt 5, slot kartu SD dan layar Liquid Retina XDR juga bukan sekadar pelengkap. Di tangan pengguna yang tepat, ia menjadi ekosistem kerja yang lengkap.
Tetapi dengan harga dasar US$1.599 untuk model 14 inci dan hingga US$3.999 untuk konfigurasi 16 inci paling tinggi, pertanyaan ekonominya jelas apakah kekuatan ini benar-benar akan digunakan atau hanya menjadi beban daya dan dompet?
Air yang Tak Lagi Ringan
Bagi banyak pengguna, MacBook Air M4 adalah titik temu antara estetika dan efisiensi. Berat hanya 2,7 pon, nyaris senyap, dan kini berkat cip M4 lebih dari cukup untuk hampir semua kebutuhan produktivitas, termasuk pengeditan foto ringan dan multitasking berbasis cloud.
Layar Liquid Retina-nya tajam, webcam dengan fitur Center Stage membuat Zoom call Anda lebih menyenangkan, dan daya tahan baterai lebih dari 14 jam menjadikannya ideal bagi pelajar, jurnalis, analis data mobile, hingga manajer konten.
Hanya dengan harga mulai US$999, Air menggabungkan kesederhanaan desain Apple dengan kekuatan yang cukup untuk 90% pengguna.
Tentu, Anda harus mengorbankan beberapa port dan tidak akan mengedit footage 8K dengan nyaman. Tapi Anda juga tidak perlu mendorong koper MacBook setebal kamus ke setiap rapat.
Lebih dari Laptop
Di luar perdebatan spesifikasi dan harga, ada lapisan politik yang jarang dibahas dalam brosur produk Apple, tarif. Perang tarif antara Amerika terhadap produk elektronik dari China, India, dan Vietnam, membuat harga laptop termasuk MacBook berpotensi melonjak.
Apple mungkin mencoba memindahkan produksi ke India atau Meksiko atau negara lain yang tidak terkena tarif AS, tetapi untuk saat ini, biaya ekstra bisa menjadi realitas jangka pendek.
Sebagai bagian dari ekosistem Apple, memilih MacBook dengan fitur seperti Handoff, sinkronisasi AirPods, dan integrasi iCloud sebenarnya juga berarti memilih cara hidup dalam lanskap digital yang lebih terintegrasi.
Air atau Pro? Jawaban sebenarnya tergantung pada siapa Anda. Apakah Anda pengolah sinema mini di Adobe Premiere atau penulis yang hidup di Google Docs?
Apakah Anda ingin laptop yang tampil seperti Ferrari, atau yang cukup ringan untuk dibawa ke kedai kopi dan tetap tangguh menaklukkan spreadsheet?
Di dunia pascapandemi, saat ruang kerja dan ruang pribadi sering kali menyatu, MacBook Air dan MacBook Pro tidak lagi berada di ujung spektrum yang saling bertentangan.
Mereka kini berada di spektrum yang sama berbeda dalam tujuan, bukan sekadar performa. Hal itu, justru membuat keputusan Anda makin penting.
POPULAR
RELATED ARTICLES
Sulitnya Memilih MacBook; Pro Semakin Kuat dan Air yang Istimewa
MacBook Pro masih menjadi altar suci bagi para kreator profesional sementara MacBook Air adalah titik temu antara estetika dan efisiensi

Context.id, JAKARTA - Apple seakan menyodorkan teka-teki yang semakin rumit kepada konsumennya. Jika dahulu pilihan antara MacBook Pro dan MacBook Air semudah memilih antara kekuatan penuh dan portabilitas ringan, kini batas itu semakin kabur.
Di era cip M4, Air tak lagi sekadar laptop mahasiswa, dan Pro tak selalu berarti performa yang dibutuhkan oleh semua orang. Ketika Apple merilis MacBook Air dengan cip M4, ia tak hanya mempercepat proses komputasi.
Ia juga merobek lembaran lama alias menghapus citra Air sebagai versi ringan dari MacBook Pro. Kini, keduanya tampil dalam performa yang lebih berimbang, bahkan dalam beberapa pengujian Air M4 mengungguli Pro M3.
Maka pertanyaannya bukan lagi soal spesifikasi, tetapi tentang identitas. Siapa Anda, dan bagaimana Anda menggunakan waktu Anda di depan layar? Berikut ini ulasannya mengacu pada ZdNet.
Pro untuk yang gemar memeras kinerja
MacBook Pro masih menjadi altar suci bagi para kreator profesional seperti editor video, desainer 3D, developer aplikasi berat, atau penata suara yang mengolah layer demi layer audio.
Memiliki tiga varian cip M4 dari versi dasar, Pro, hingga Max, MacBook Pro menawarkan fleksibilitas sekaligus kekuatan. GPU 32-core pada M4 Max, misalnya, bukan sekadar angka ia adalah perbedaan antara rendering dalam hitungan menit dan hitungan jam.
Port Thunderbolt 5, slot kartu SD dan layar Liquid Retina XDR juga bukan sekadar pelengkap. Di tangan pengguna yang tepat, ia menjadi ekosistem kerja yang lengkap.
Tetapi dengan harga dasar US$1.599 untuk model 14 inci dan hingga US$3.999 untuk konfigurasi 16 inci paling tinggi, pertanyaan ekonominya jelas apakah kekuatan ini benar-benar akan digunakan atau hanya menjadi beban daya dan dompet?
Air yang Tak Lagi Ringan
Bagi banyak pengguna, MacBook Air M4 adalah titik temu antara estetika dan efisiensi. Berat hanya 2,7 pon, nyaris senyap, dan kini berkat cip M4 lebih dari cukup untuk hampir semua kebutuhan produktivitas, termasuk pengeditan foto ringan dan multitasking berbasis cloud.
Layar Liquid Retina-nya tajam, webcam dengan fitur Center Stage membuat Zoom call Anda lebih menyenangkan, dan daya tahan baterai lebih dari 14 jam menjadikannya ideal bagi pelajar, jurnalis, analis data mobile, hingga manajer konten.
Hanya dengan harga mulai US$999, Air menggabungkan kesederhanaan desain Apple dengan kekuatan yang cukup untuk 90% pengguna.
Tentu, Anda harus mengorbankan beberapa port dan tidak akan mengedit footage 8K dengan nyaman. Tapi Anda juga tidak perlu mendorong koper MacBook setebal kamus ke setiap rapat.
Lebih dari Laptop
Di luar perdebatan spesifikasi dan harga, ada lapisan politik yang jarang dibahas dalam brosur produk Apple, tarif. Perang tarif antara Amerika terhadap produk elektronik dari China, India, dan Vietnam, membuat harga laptop termasuk MacBook berpotensi melonjak.
Apple mungkin mencoba memindahkan produksi ke India atau Meksiko atau negara lain yang tidak terkena tarif AS, tetapi untuk saat ini, biaya ekstra bisa menjadi realitas jangka pendek.
Sebagai bagian dari ekosistem Apple, memilih MacBook dengan fitur seperti Handoff, sinkronisasi AirPods, dan integrasi iCloud sebenarnya juga berarti memilih cara hidup dalam lanskap digital yang lebih terintegrasi.
Air atau Pro? Jawaban sebenarnya tergantung pada siapa Anda. Apakah Anda pengolah sinema mini di Adobe Premiere atau penulis yang hidup di Google Docs?
Apakah Anda ingin laptop yang tampil seperti Ferrari, atau yang cukup ringan untuk dibawa ke kedai kopi dan tetap tangguh menaklukkan spreadsheet?
Di dunia pascapandemi, saat ruang kerja dan ruang pribadi sering kali menyatu, MacBook Air dan MacBook Pro tidak lagi berada di ujung spektrum yang saling bertentangan.
Mereka kini berada di spektrum yang sama berbeda dalam tujuan, bukan sekadar performa. Hal itu, justru membuat keputusan Anda makin penting.
POPULAR
RELATED ARTICLES