Share

Home Stories

Stories 28 Juni 2022

Rusia Gagal Bayar Utang Akibat Sanksi Barat

Untuk pertama kalinya dalam dua dekade terakhir, Rusia gagal membayar utangnya tepat waktu.

Untuk pertama kalinya dalam dua dekade terakhir, Rusia gagal membayar utangnya tepat waktu. -Bloomberg-

Context.id, JAKARTA - Untuk pertama kalinya dalam dua dekade terakhir, Rusia gagal membayar utangnya tepat waktu. Pasalnya, utang Rusia dengan jumlah US$100 juta atau sekitar Rp1,4 triliun belum dibayar, sampai melebihi masa tenggang dari periode jatuh tempo, Minggu (26/6/2022). 

Padahal sebenarnya, Rusia memiliki sumber daya untuk membayar tagihannya. Namun, dana tersebut tidak dapat tersalurkan karena sanksi dari negara-negara Barat yang menutup rute pembayaran ke kreditur luar negeri.

“Dengan Rusia yang diuntungkan dari tingginya harga ekspor energinya, Rusia jelas memiliki sarana dan keinginan untuk membayar utang luar negerinya,” ujar ekonom HYCM Group, Giles Coghlan, dilansir dari Bloomberg.

Oleh karena itu, berbeda pada gagal bayar pada umumnya, para kreditur masih ingin menunggu hari Rusia dapat membayar utangnya, karena menurut mereka, kegagalan ini dikarenakan adanya kondisi teknis.

Sekalipun itu, beberapa kreditur ternyata sudah meminta deklarasi gagal bayar hutang Rusia. Pasalnya, sekalipun Rusia secara nominal masih dapat bayar utang, tapi secara teknis kreditur tidak tahu kapan utang tersebut dapat dibayarkan. Selain itu, tidak dapat dipungkiri bahwa perekonomian Rusia juga sedang rusak dalam beberapa bulan terakhir. 

Inflasi Rusia juga meningkat dan terjadi konstruksi ekonomi terburuk dalam beberapa tahun terakhir. Harga obligasi eurobonds juga sudah semakin menurun, cadangan devisa bank sentral masih dibekukan, dan bank-bank besar Rusia masih dipisahkan dari sistem keuangan global. 

Namun, permintaan deklarasi gagal bayar hutang ini ditolak mentah-mentah oleh Menteri Keuangan, Anton Siluanov. Bahkan ia menganggap hal ini sebagai sebuah lelucon.

Pasalnya menurut Anton, Rusia masih belum melepaskan kekebalan kedaulatannya dan masih tidak ada pengadilan asing yang memiliki yurisdiksi terkait deklarasi gagal bayar utang ini. “Jika akhirnya sampai pada titik, saat aset diplomatik diklaim, maka sama saja dengan memutuskan hubungan diplomatik, dan masuk ke dalam konflik langsung,” ujar Anton.


Rusia Pernah Gagal Hutang Sebelumnya

Kegagalan ini menjadi kegagalan bayar pertama sejak 1998, karena saat itu Rusia mengalami keruntuhan keuangan negara dan penurunan nilai mata uang Rubel. Pasalnya pada saat itu Rusia menghindari gagal bayar hutang pada obligasi eurobond asing.

Lalu, gagal bayar utang dengan nominal yang cukup besar, pernah dilakukan oleh Rusia 1918. Saat itu,  Bolshevik di bawah pemerintahan Lenin menolak pembayaran utang yang dilakukan oleh pemerintahan sebelumnya.

Adapun menurut analis senior Loomis Sayles & Company LP, Hassan Malik, total utang Rusia saat itu jika dihitung, akan mendekati US$1 triliun atau jauh lebih besar dari total utang Rusia saat ini.



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi

Stories 28 Juni 2022

Rusia Gagal Bayar Utang Akibat Sanksi Barat

Untuk pertama kalinya dalam dua dekade terakhir, Rusia gagal membayar utangnya tepat waktu.

Untuk pertama kalinya dalam dua dekade terakhir, Rusia gagal membayar utangnya tepat waktu. -Bloomberg-

Context.id, JAKARTA - Untuk pertama kalinya dalam dua dekade terakhir, Rusia gagal membayar utangnya tepat waktu. Pasalnya, utang Rusia dengan jumlah US$100 juta atau sekitar Rp1,4 triliun belum dibayar, sampai melebihi masa tenggang dari periode jatuh tempo, Minggu (26/6/2022). 

Padahal sebenarnya, Rusia memiliki sumber daya untuk membayar tagihannya. Namun, dana tersebut tidak dapat tersalurkan karena sanksi dari negara-negara Barat yang menutup rute pembayaran ke kreditur luar negeri.

“Dengan Rusia yang diuntungkan dari tingginya harga ekspor energinya, Rusia jelas memiliki sarana dan keinginan untuk membayar utang luar negerinya,” ujar ekonom HYCM Group, Giles Coghlan, dilansir dari Bloomberg.

Oleh karena itu, berbeda pada gagal bayar pada umumnya, para kreditur masih ingin menunggu hari Rusia dapat membayar utangnya, karena menurut mereka, kegagalan ini dikarenakan adanya kondisi teknis.

Sekalipun itu, beberapa kreditur ternyata sudah meminta deklarasi gagal bayar hutang Rusia. Pasalnya, sekalipun Rusia secara nominal masih dapat bayar utang, tapi secara teknis kreditur tidak tahu kapan utang tersebut dapat dibayarkan. Selain itu, tidak dapat dipungkiri bahwa perekonomian Rusia juga sedang rusak dalam beberapa bulan terakhir. 

Inflasi Rusia juga meningkat dan terjadi konstruksi ekonomi terburuk dalam beberapa tahun terakhir. Harga obligasi eurobonds juga sudah semakin menurun, cadangan devisa bank sentral masih dibekukan, dan bank-bank besar Rusia masih dipisahkan dari sistem keuangan global. 

Namun, permintaan deklarasi gagal bayar hutang ini ditolak mentah-mentah oleh Menteri Keuangan, Anton Siluanov. Bahkan ia menganggap hal ini sebagai sebuah lelucon.

Pasalnya menurut Anton, Rusia masih belum melepaskan kekebalan kedaulatannya dan masih tidak ada pengadilan asing yang memiliki yurisdiksi terkait deklarasi gagal bayar utang ini. “Jika akhirnya sampai pada titik, saat aset diplomatik diklaim, maka sama saja dengan memutuskan hubungan diplomatik, dan masuk ke dalam konflik langsung,” ujar Anton.


Rusia Pernah Gagal Hutang Sebelumnya

Kegagalan ini menjadi kegagalan bayar pertama sejak 1998, karena saat itu Rusia mengalami keruntuhan keuangan negara dan penurunan nilai mata uang Rubel. Pasalnya pada saat itu Rusia menghindari gagal bayar hutang pada obligasi eurobond asing.

Lalu, gagal bayar utang dengan nominal yang cukup besar, pernah dilakukan oleh Rusia 1918. Saat itu,  Bolshevik di bawah pemerintahan Lenin menolak pembayaran utang yang dilakukan oleh pemerintahan sebelumnya.

Adapun menurut analis senior Loomis Sayles & Company LP, Hassan Malik, total utang Rusia saat itu jika dihitung, akan mendekati US$1 triliun atau jauh lebih besar dari total utang Rusia saat ini.



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi


RELATED ARTICLES

Hitungan Prabowo Soal Uang Kasus CPO Rp13,2 Triliun, Bisa Buat Apa Saja?

Presiden Prabowo Subianto melakukan perhitungan terkait uang kasus korupsi CPO Rp13,2 triliun yang ia sebut bisa digunakan untuk membangun desa ne ...

Renita Sukma . 20 October 2025

Polemik IKN Sebagai Ibu Kota Politik, Ini Kata Kemendagri dan Pengamat

Terminologi ibu kota politik yang melekat kepada IKN dianggap rancu karena bertentangan dengan UU IKN. r n r n

Renita Sukma . 18 October 2025

Dilema Kebijakan Rokok: Penerimaan Negara Vs Kesehatan Indonesia

Menkeu Purbaya ingin menggairahkan kembali industri rokok dengan mengerem cukai, sementara menteri sebelumnya Sri Mulyani gencar menaikkan cukai d ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 15 October 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 13 October 2025