Diplomasi Olahraga RI-Inggris: Sumbangsih BritCham untuk Anak Indonesia
Program GKSC diharapkan dapat menjadi langkah awal perubahan positif anak-anak dalam hidup mereka.

Context.id, JAKARTA - Aktivitas di luar ruangan dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan anak-anak, terutama mereka yang berada di umur 8-15 tahun. Oleh sebab itu, sejak 2008, “Giving Kids a Sporting Chance” (GKSC) menjadi cara British Chamber (BritCham) Indonesia memberi ruang bermain bagi anak-anak panti asuhan, sekaligus menyemai nilai yang mungkin lebih langka dari gol kemenangan, yakni kepercayaan diri, sportivitas, dan kerja sama tim.
Ajang ini mungkin tidak semegah Piala Dunia. Tapi di mata anak-anak panti ashan di Jabodetabek seperti Yayasan Alpha Indonesia, Mama Sayang Orphanage, hingga Griya Yatim & Dhuafa, pengalaman bermain sepak bola di lapangan rumput British School Jakarta bukan sekadar hiburan melainkan jendela menuju masa depan yang berbeda.
BACA JUGA
Chris Wren, pencetus GKSC, menjelaskan hal ini merupakan program tahunan yang dirancang untuk memberikan pengalaman olahraga yang berkesan dan membangun bagi anak-anak dari berbagai latar belakang.
Pada 2007 silam, bersama Brian Watters, yang saat itu anggota Dewan Britcham, Chris membentuk komunitas kecil di BritCham. Sampai saat ini, program GKSC tetap menjadi satu-satunya program olahraga sosial yang dimiliki kamar dagang asing di Indonesia.
Chris yang juga merupakan mantan Executive Director BritCham Indonesia mengatakan setiap tahunnya ajang ini melibatkan peserta yang berbeda untuk menciptakan dampak positif yang nyata dan relevan bagi seluruh generasi muda yang terlibat.
“Dari tahun ke tahun, tingginya antusiasme peserta dan keinginan mereka untuk kembali berpartisipasi menjadi bukti bahwa program ini memberikan pengalaman yang membekas dan berarti. Dukungan dari berbagai mitra-baik dari sektor pendidikan, swasta, maupun organisasi sosial-juga semakin memperkaya kualitas program dan membuka lebih banyak peluang pembelajaran bagi anak-anak,” jelas Chris Wren.
Oleh sebab itu, pihaknya terus menyambut kolaborasi yang dapat memperluas dampak GKSC menjadi lebih inovatif dan berkelanjutan.
“Harapannya, program ini tidak hanya menjadi hari yang menyenangkan, tetapi juga langkah awal yang menginspirasi perjalanan hidup anak-anak menuju masa depan yang lebih cerah,” ujarnya.
Melalui program ini, peserta anak-anak diharapkan dapat memiliki langkah awal perubahan positif dalam hidup mereka. Hal ini dapat dipelajari melalui interaksi, permainan, dan kebersamaan, sehingga mereka mampu memiliki rasa percaya diri, semangat kolaborasi, dan keberanian untuk bermimpi lebih jauh.
“Kami percaya bahwa dari momen sederhana seperti bermain olahraga bersama, bisa tumbuh harapan baru, perspektif yang lebih luas, dan dorongan untuk terus melangkah maju,” katanya.
SEPAK BOLA
Pemilihan olahraga sepak bola, dalam ajang yang dilakukan pada Rabu, 30 April 2025, di British School Jakarta (BSJ) yang berlokasi di Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten mempunyai alasan tersendiri. Sepak bola dipandang dapat menarik minat dari anak-anak usia muda.
Hal ini terinspirasi dari kampung halaman Chris di Liverpool, di mana dia tumbuh besar di lingkungan sepak bola. Karena itulah, BritCham kemudian memutuskan untuk melirik anak muda hingga umur 15 tahun yang tidak biasanya memiliki akses ke seluruh dunia.
Selain itu, BSJ yang merupakan member dari BritCham, memiliki fasilitas olahraga yang memadai dan koneksi yang aktif dengan Manchester City Football Club.
Hal ini amat sejalan dengan semangat GKSC dalam menghadirkan pengalaman olahraga, khususnya sepak bola, yang dipandang inspiratif bagi kaum muda.
“Kami berharap kolaborasi ini dapat membuka lebih banyak peluang bagi anak-anak untuk belajar nilai-nilai sportivitas, kerja sama tim, dan membangun aspirasi positif lewat pengalaman langsung di lingkungan yang mendukung,” jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Deputi Bidang Pembudayaan Olahraga, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Indonesia, Sri Wahyuni menegaskan pentingnya kolaborasi dalam membangun masa depan generasi muda Indonesia yang lebih sehat dan aktif.
“Pentingnya olahraga sejak usia dini tidak bisa dianggap remeh,” katanya.
Menurutnya, era emas tumbuh berkembangnya anak yakni di antara usia 0-5 tahun dan 5-17 tahun, yang amat dipengaruhi oleh aktivitas gerak. “Ketika kita mampu mengoptimalkan olah tubuh, maka olah rasa dan pikir juga dapat berkembang lebih baik.”
Adapun, Kemenpora mencatat, sekitar 12% dari 439.000 sekolah di Indonesia memiliki fasilitas olah raga yang memadai. Namun, Laporan Sport Development Index (SDI) Tahun 2022 menunjukkan hanya 30,93% penduduk Indonesia yang aktif berolahraga. Untuk mendukung hal ini, GKSC pun hadir dalam menjembatani akses fasilitas olahraga, terutama bagi anak-anak dari latar belakang yang kurang beruntung.
RELATED ARTICLES
Diplomasi Olahraga RI-Inggris: Sumbangsih BritCham untuk Anak Indonesia
Program GKSC diharapkan dapat menjadi langkah awal perubahan positif anak-anak dalam hidup mereka.

Context.id, JAKARTA - Aktivitas di luar ruangan dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan anak-anak, terutama mereka yang berada di umur 8-15 tahun. Oleh sebab itu, sejak 2008, “Giving Kids a Sporting Chance” (GKSC) menjadi cara British Chamber (BritCham) Indonesia memberi ruang bermain bagi anak-anak panti asuhan, sekaligus menyemai nilai yang mungkin lebih langka dari gol kemenangan, yakni kepercayaan diri, sportivitas, dan kerja sama tim.
Ajang ini mungkin tidak semegah Piala Dunia. Tapi di mata anak-anak panti ashan di Jabodetabek seperti Yayasan Alpha Indonesia, Mama Sayang Orphanage, hingga Griya Yatim & Dhuafa, pengalaman bermain sepak bola di lapangan rumput British School Jakarta bukan sekadar hiburan melainkan jendela menuju masa depan yang berbeda.
BACA JUGA
Chris Wren, pencetus GKSC, menjelaskan hal ini merupakan program tahunan yang dirancang untuk memberikan pengalaman olahraga yang berkesan dan membangun bagi anak-anak dari berbagai latar belakang.
Pada 2007 silam, bersama Brian Watters, yang saat itu anggota Dewan Britcham, Chris membentuk komunitas kecil di BritCham. Sampai saat ini, program GKSC tetap menjadi satu-satunya program olahraga sosial yang dimiliki kamar dagang asing di Indonesia.
Chris yang juga merupakan mantan Executive Director BritCham Indonesia mengatakan setiap tahunnya ajang ini melibatkan peserta yang berbeda untuk menciptakan dampak positif yang nyata dan relevan bagi seluruh generasi muda yang terlibat.
“Dari tahun ke tahun, tingginya antusiasme peserta dan keinginan mereka untuk kembali berpartisipasi menjadi bukti bahwa program ini memberikan pengalaman yang membekas dan berarti. Dukungan dari berbagai mitra-baik dari sektor pendidikan, swasta, maupun organisasi sosial-juga semakin memperkaya kualitas program dan membuka lebih banyak peluang pembelajaran bagi anak-anak,” jelas Chris Wren.
Oleh sebab itu, pihaknya terus menyambut kolaborasi yang dapat memperluas dampak GKSC menjadi lebih inovatif dan berkelanjutan.
“Harapannya, program ini tidak hanya menjadi hari yang menyenangkan, tetapi juga langkah awal yang menginspirasi perjalanan hidup anak-anak menuju masa depan yang lebih cerah,” ujarnya.
Melalui program ini, peserta anak-anak diharapkan dapat memiliki langkah awal perubahan positif dalam hidup mereka. Hal ini dapat dipelajari melalui interaksi, permainan, dan kebersamaan, sehingga mereka mampu memiliki rasa percaya diri, semangat kolaborasi, dan keberanian untuk bermimpi lebih jauh.
“Kami percaya bahwa dari momen sederhana seperti bermain olahraga bersama, bisa tumbuh harapan baru, perspektif yang lebih luas, dan dorongan untuk terus melangkah maju,” katanya.
SEPAK BOLA
Pemilihan olahraga sepak bola, dalam ajang yang dilakukan pada Rabu, 30 April 2025, di British School Jakarta (BSJ) yang berlokasi di Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten mempunyai alasan tersendiri. Sepak bola dipandang dapat menarik minat dari anak-anak usia muda.
Hal ini terinspirasi dari kampung halaman Chris di Liverpool, di mana dia tumbuh besar di lingkungan sepak bola. Karena itulah, BritCham kemudian memutuskan untuk melirik anak muda hingga umur 15 tahun yang tidak biasanya memiliki akses ke seluruh dunia.
Selain itu, BSJ yang merupakan member dari BritCham, memiliki fasilitas olahraga yang memadai dan koneksi yang aktif dengan Manchester City Football Club.
Hal ini amat sejalan dengan semangat GKSC dalam menghadirkan pengalaman olahraga, khususnya sepak bola, yang dipandang inspiratif bagi kaum muda.
“Kami berharap kolaborasi ini dapat membuka lebih banyak peluang bagi anak-anak untuk belajar nilai-nilai sportivitas, kerja sama tim, dan membangun aspirasi positif lewat pengalaman langsung di lingkungan yang mendukung,” jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Deputi Bidang Pembudayaan Olahraga, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Indonesia, Sri Wahyuni menegaskan pentingnya kolaborasi dalam membangun masa depan generasi muda Indonesia yang lebih sehat dan aktif.
“Pentingnya olahraga sejak usia dini tidak bisa dianggap remeh,” katanya.
Menurutnya, era emas tumbuh berkembangnya anak yakni di antara usia 0-5 tahun dan 5-17 tahun, yang amat dipengaruhi oleh aktivitas gerak. “Ketika kita mampu mengoptimalkan olah tubuh, maka olah rasa dan pikir juga dapat berkembang lebih baik.”
Adapun, Kemenpora mencatat, sekitar 12% dari 439.000 sekolah di Indonesia memiliki fasilitas olah raga yang memadai. Namun, Laporan Sport Development Index (SDI) Tahun 2022 menunjukkan hanya 30,93% penduduk Indonesia yang aktif berolahraga. Untuk mendukung hal ini, GKSC pun hadir dalam menjembatani akses fasilitas olahraga, terutama bagi anak-anak dari latar belakang yang kurang beruntung.
POPULAR
RELATED ARTICLES