Share

Home Stories

Stories 29 Juni 2022

Kebijakan Indonesia Diprotes Bank Dunia?

Bank Dunia dalam Indonesia Economic Prospect mencatat, terdapat dua kebijakan pemerintah Indonesia yang berpotensi menambah angka kemiskinan.

Pertemuan IMF dan Bank Dunia di kantor pusat IMF di Washington DC, Amerika, Selasa (19/4/2022).

Context.id, JAKARTA - Bank Dunia dalam Indonesia Economic Prospect mencatat, terdapat dua kebijakan pemerintah Indonesia yang berpotensi menambah angka kemiskinan.

Adapun peraturan yang pertama adalah subsidi energi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P), yang disebut lebih menguntungkan rumah tangga kelas menengah dan atas. Lalu peraturan kedua adalah kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) yang memang akan berdampak langsung pada masyarakat miskin. 

Menurut Bank Dunia, jika Indonesia menghilangkan subsidi energi, Indonesia akan menghemat 1 persen dari PDB. Kemudian, jika Indonesia tetap menerapkan kenaikan PPN, angka kemiskinan di Indonesia akan meningkat hingga 0,27 persen. 

Namun, hal ini ditampik oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani. Menurutnya, angka kemiskinan Indonesia memang sempat  naik, tetapi kembali mengalami penurunan. Perlu diketahui, penerapan kenaikan PPN sudah diberlakukan sejak 1 April 2022.

Selain itu, Sri Mulyani juga menegaskan bahwa pihaknya akan tetap menggunakan kebijakan yang dilakukan sekarang ini, untuk menjaga keberlangsungan ekonomi Indonesia. “Kita tetap menggunakan policy sesuai dengan yang saya sampaikan, (untuk) menjaga daya beli masyarakat, menjaga pemulihan ekonomi, dan menjaga kesehatan fiskal,” ujar Sri Mulyani. 

Lebih lanjut, Sri Mulyani juga menyatakan bahwa ia akan menjaga momentum penurunan kemiskinan dengan segala aspek ekonomi. Namun, ia juga menegaskan bahwa instrumen ekonomi tidak hanya mengenai pajak.

“Tools kita nggak cuma satu, yaitu pajak,” ujar Sri Mulyani.

Sekalipun itu, dalam Indonesia Economic Prospect, World Bank menyatakan bahwa pertumbuhan Indonesia meningkat pada akhir tahun 2021 mencapai 3.7 persen ketika negara ini keluar dari gelombang varian Delta yang cukup parah pada bulan Juli-Agustus. 

Momentum tersebut terbawa hingga triwulan pertama tahun 2022 dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen (yoy), sekalipun sempat terdampak adanya kasus COVID varian Omicron yang singkat dan tajam.



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi

Stories 29 Juni 2022

Kebijakan Indonesia Diprotes Bank Dunia?

Bank Dunia dalam Indonesia Economic Prospect mencatat, terdapat dua kebijakan pemerintah Indonesia yang berpotensi menambah angka kemiskinan.

Pertemuan IMF dan Bank Dunia di kantor pusat IMF di Washington DC, Amerika, Selasa (19/4/2022).

Context.id, JAKARTA - Bank Dunia dalam Indonesia Economic Prospect mencatat, terdapat dua kebijakan pemerintah Indonesia yang berpotensi menambah angka kemiskinan.

Adapun peraturan yang pertama adalah subsidi energi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P), yang disebut lebih menguntungkan rumah tangga kelas menengah dan atas. Lalu peraturan kedua adalah kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) yang memang akan berdampak langsung pada masyarakat miskin. 

Menurut Bank Dunia, jika Indonesia menghilangkan subsidi energi, Indonesia akan menghemat 1 persen dari PDB. Kemudian, jika Indonesia tetap menerapkan kenaikan PPN, angka kemiskinan di Indonesia akan meningkat hingga 0,27 persen. 

Namun, hal ini ditampik oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani. Menurutnya, angka kemiskinan Indonesia memang sempat  naik, tetapi kembali mengalami penurunan. Perlu diketahui, penerapan kenaikan PPN sudah diberlakukan sejak 1 April 2022.

Selain itu, Sri Mulyani juga menegaskan bahwa pihaknya akan tetap menggunakan kebijakan yang dilakukan sekarang ini, untuk menjaga keberlangsungan ekonomi Indonesia. “Kita tetap menggunakan policy sesuai dengan yang saya sampaikan, (untuk) menjaga daya beli masyarakat, menjaga pemulihan ekonomi, dan menjaga kesehatan fiskal,” ujar Sri Mulyani. 

Lebih lanjut, Sri Mulyani juga menyatakan bahwa ia akan menjaga momentum penurunan kemiskinan dengan segala aspek ekonomi. Namun, ia juga menegaskan bahwa instrumen ekonomi tidak hanya mengenai pajak.

“Tools kita nggak cuma satu, yaitu pajak,” ujar Sri Mulyani.

Sekalipun itu, dalam Indonesia Economic Prospect, World Bank menyatakan bahwa pertumbuhan Indonesia meningkat pada akhir tahun 2021 mencapai 3.7 persen ketika negara ini keluar dari gelombang varian Delta yang cukup parah pada bulan Juli-Agustus. 

Momentum tersebut terbawa hingga triwulan pertama tahun 2022 dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen (yoy), sekalipun sempat terdampak adanya kasus COVID varian Omicron yang singkat dan tajam.



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi


RELATED ARTICLES

Hitungan Prabowo Soal Uang Kasus CPO Rp13,2 Triliun, Bisa Buat Apa Saja?

Presiden Prabowo Subianto melakukan perhitungan terkait uang kasus korupsi CPO Rp13,2 triliun yang ia sebut bisa digunakan untuk membangun desa ne ...

Renita Sukma . 20 October 2025

Polemik IKN Sebagai Ibu Kota Politik, Ini Kata Kemendagri dan Pengamat

Terminologi ibu kota politik yang melekat kepada IKN dianggap rancu karena bertentangan dengan UU IKN. r n r n

Renita Sukma . 18 October 2025

Dilema Kebijakan Rokok: Penerimaan Negara Vs Kesehatan Indonesia

Menkeu Purbaya ingin menggairahkan kembali industri rokok dengan mengerem cukai, sementara menteri sebelumnya Sri Mulyani gencar menaikkan cukai d ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 15 October 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 13 October 2025