Share

Home Stories

Stories 24 Maret 2025

Semana Santa Larantuka Ribuan Peziarah Bersiap Ikuti Ibadah Akbar

Umat Katolik di Larantuka mesti mulai terbuka untuk menyediakan akomodasi bagi para peziarah Semana Santa di daerahnya

Prosesi Semana Santa di Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur- Istimewa

Context.id, JAKARTA- Umat Katolik di Larantuka mesti bahu membahu bersama pemerintah setempat untuk menyediakan akomodasi bagi para peziarah Semana Santa di daerah itu. Semana Santa merupakan ritual keagamaan peninggalan Portugis yang telah berlangsung selama ratusan tahun di Kota Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Sekretaris Komisi Kateketik Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) RD Fransiskus Emanuel da Santo, dalam obrolan bertajuk “Mengenal Semana Santa Larantuka”, belum lama ini mengatakan dari tahun ke tahun, jumlah peziarah senantiasa meningkat dan sudah menyentuh angka ribuan orang.

Romo Festo, begitu ia biasa disapa merasa prihatin karena akomodasi penginapan masih menjadi persoalan pelik tiap tahun yang sukar dipecahkan oleh Pemerintah Kabupaten Flores Timur, NTT. Kondisi ini menyulitkan ribuan peziarah datang setiap tahun untuk mengikuti perayaan budaya bernafaskan Katolik itu.

“Saya menyarankan, umat di larantuka bisa jadi tuan rumah yang baik. Peziarah bisa menginap di rumah umat sekaligus menambah saudara atau keluarga. Harus dimulai dan inisiatif dari Paroki Katedral Larantuka berkoordinasi dengan pengurus lingkungan dan para peziarah bisa mendaftarkan diri untuk menginap di rumah umat,” ucap Romo Festo.

Ia menambahkan, selama menumpang di rumah umat, para peziarah tidak perlu dikenakan tarif. Peziarah, katanya, juga datang dengan intensi atau ujud keprihatinan tertentu sehingga tentunya mereka tidak akan menuntut pelayanan konsumsi yang  mewah.



Dalam dialog yang dipandu oleh tokoh penyiaran Raldy Doi itu, RD Festo juga menjelaskan kebanyakan peziarah Semana Santa hanya berfokus pada pelaksanaan prosesi Jumat Agung semata. Padahal Semana Santa baiknya diikuti sejak hari Rabu sebelum Kamis Putih yang oleh masyarakat setempat disebut Rabu Trewa, hingga Minggu Paskah.

Karena itulah, agar menarik minat peziarah untuk tinggal lebih lama di Larantuka, pemerintah setempat saban tahun menggelar Festival Bale Nagi yang menampilkan berbagai atraksi budaya di berbagai spot wisata.

Perayaan Semana Santa tahun ini pun menurutnya terasa spesial karena bersamaan dengan pencanangan tahun yubelium yang ditetapkan oleh Paus Fransiskus. Umat Katolik memiliki kesempatan sepanjang tahun untuk pertobatan, pembaruan rohani, dan bersolidaritas.

“Apakah mengikuti Semana Santa membawa pertobatan?Jangan sampai biasa saja atau bawa kesan kurang bagus. Harus dimulai oleh tuan rumah harus tampakkan sesuatu yang positif, perubahan hidup imannya sehingga menjadi berkat. Ketika orang lain datang, lalu mereka pulang membawa sukacita dan pengalaman iman yang luar biasa,” tuturnya.

Pemerhati sejarah dan budaya Larantuka, Fransiskus Roi Lewar menambahkan keberadaan Semana Santa di Larantuka, tidak dapat dilepaskan dari peran umat awam, dalam hal ini Raja Larantuka beserta serikat awam, Konfreria. 

Mereka inilah yang menjaga tradisi itu selama ratusan tahun, ketika Larantuka tidak memiliki seorang imam yang bisa memimpin umat di daerah itu. Pasalnya, ketika itu, Portugis sudah terdesak oleh Belanda sehingga para imam dari negara itu tidak memiliki jadwal tetap untuk mengunjungi Larantuka.

“Semana Santa bisa eksis sampai hari karena karakteristik orang Larantuka yang berbudaya pantai, artinya terbuka. Makanya dari dulu, semana santa adalah hajatan raja yang kemudian dipelihara oleh serikat Konfreria yang melibatkan,” ulasnya.

Di masa lampau, terangnya, anggota Konfreria, merupakan kaum cerdik pandai yang mayoritas berprofesi sebagai guru. Mereka ini dinilai memiliki kemampuan manajerial yang baik sehingga mampun menjalankan persiapan Semana Santa sejak 40 hari sebelum pelaksanaan tradisi itu.

Adapun Raldy Doi mengatakan dialog itu merupakan satu dari rangkaian perbincangan yang diorgnisasikan oleh komunitas Larantuka Heritage. Mereka ingin memberikan pemahaman yang utuh dan tepat mengenai Semana Santa baik kepada para peziarah maupun kepada generasi penerus dari Larantuka.

“Dialog ini kami rekam dan tayangkan di kanal Youtube Larantuka Heritage, agar nanti bisa ditonton dan dipahami oleh siapa saja,” pungkasnya.



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin

Home Stories

Stories 24 Maret 2025

Semana Santa Larantuka Ribuan Peziarah Bersiap Ikuti Ibadah Akbar

Umat Katolik di Larantuka mesti mulai terbuka untuk menyediakan akomodasi bagi para peziarah Semana Santa di daerahnya

Prosesi Semana Santa di Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur- Istimewa

Context.id, JAKARTA- Umat Katolik di Larantuka mesti bahu membahu bersama pemerintah setempat untuk menyediakan akomodasi bagi para peziarah Semana Santa di daerah itu. Semana Santa merupakan ritual keagamaan peninggalan Portugis yang telah berlangsung selama ratusan tahun di Kota Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Sekretaris Komisi Kateketik Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) RD Fransiskus Emanuel da Santo, dalam obrolan bertajuk “Mengenal Semana Santa Larantuka”, belum lama ini mengatakan dari tahun ke tahun, jumlah peziarah senantiasa meningkat dan sudah menyentuh angka ribuan orang.

Romo Festo, begitu ia biasa disapa merasa prihatin karena akomodasi penginapan masih menjadi persoalan pelik tiap tahun yang sukar dipecahkan oleh Pemerintah Kabupaten Flores Timur, NTT. Kondisi ini menyulitkan ribuan peziarah datang setiap tahun untuk mengikuti perayaan budaya bernafaskan Katolik itu.

“Saya menyarankan, umat di larantuka bisa jadi tuan rumah yang baik. Peziarah bisa menginap di rumah umat sekaligus menambah saudara atau keluarga. Harus dimulai dan inisiatif dari Paroki Katedral Larantuka berkoordinasi dengan pengurus lingkungan dan para peziarah bisa mendaftarkan diri untuk menginap di rumah umat,” ucap Romo Festo.

Ia menambahkan, selama menumpang di rumah umat, para peziarah tidak perlu dikenakan tarif. Peziarah, katanya, juga datang dengan intensi atau ujud keprihatinan tertentu sehingga tentunya mereka tidak akan menuntut pelayanan konsumsi yang  mewah.



Dalam dialog yang dipandu oleh tokoh penyiaran Raldy Doi itu, RD Festo juga menjelaskan kebanyakan peziarah Semana Santa hanya berfokus pada pelaksanaan prosesi Jumat Agung semata. Padahal Semana Santa baiknya diikuti sejak hari Rabu sebelum Kamis Putih yang oleh masyarakat setempat disebut Rabu Trewa, hingga Minggu Paskah.

Karena itulah, agar menarik minat peziarah untuk tinggal lebih lama di Larantuka, pemerintah setempat saban tahun menggelar Festival Bale Nagi yang menampilkan berbagai atraksi budaya di berbagai spot wisata.

Perayaan Semana Santa tahun ini pun menurutnya terasa spesial karena bersamaan dengan pencanangan tahun yubelium yang ditetapkan oleh Paus Fransiskus. Umat Katolik memiliki kesempatan sepanjang tahun untuk pertobatan, pembaruan rohani, dan bersolidaritas.

“Apakah mengikuti Semana Santa membawa pertobatan?Jangan sampai biasa saja atau bawa kesan kurang bagus. Harus dimulai oleh tuan rumah harus tampakkan sesuatu yang positif, perubahan hidup imannya sehingga menjadi berkat. Ketika orang lain datang, lalu mereka pulang membawa sukacita dan pengalaman iman yang luar biasa,” tuturnya.

Pemerhati sejarah dan budaya Larantuka, Fransiskus Roi Lewar menambahkan keberadaan Semana Santa di Larantuka, tidak dapat dilepaskan dari peran umat awam, dalam hal ini Raja Larantuka beserta serikat awam, Konfreria. 

Mereka inilah yang menjaga tradisi itu selama ratusan tahun, ketika Larantuka tidak memiliki seorang imam yang bisa memimpin umat di daerah itu. Pasalnya, ketika itu, Portugis sudah terdesak oleh Belanda sehingga para imam dari negara itu tidak memiliki jadwal tetap untuk mengunjungi Larantuka.

“Semana Santa bisa eksis sampai hari karena karakteristik orang Larantuka yang berbudaya pantai, artinya terbuka. Makanya dari dulu, semana santa adalah hajatan raja yang kemudian dipelihara oleh serikat Konfreria yang melibatkan,” ulasnya.

Di masa lampau, terangnya, anggota Konfreria, merupakan kaum cerdik pandai yang mayoritas berprofesi sebagai guru. Mereka ini dinilai memiliki kemampuan manajerial yang baik sehingga mampun menjalankan persiapan Semana Santa sejak 40 hari sebelum pelaksanaan tradisi itu.

Adapun Raldy Doi mengatakan dialog itu merupakan satu dari rangkaian perbincangan yang diorgnisasikan oleh komunitas Larantuka Heritage. Mereka ingin memberikan pemahaman yang utuh dan tepat mengenai Semana Santa baik kepada para peziarah maupun kepada generasi penerus dari Larantuka.

“Dialog ini kami rekam dan tayangkan di kanal Youtube Larantuka Heritage, agar nanti bisa ditonton dan dipahami oleh siapa saja,” pungkasnya.



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Bank Digital Bantu Gen Z Menabung atau Justru Makin Boros?

Bank digital mempermudah transaksi, tapi tanpa disiplin finansial, kemudahan itu bisa jadi jebakan konsumtif.

Renita Sukma . 30 March 2025

Darah Buatan: Berapa Lama Lagi Terwujud?

Di lab canggih dari Inggris hingga Jepang, para ilmuwan berupaya menciptakan yang selama ini hanya ada dalam fiksi ilmiah darah buatan. r n

Noviarizal Fernandez . 25 March 2025

Negara Penghasil Kurma Terbesar di Dunia dan Kontroversi di Baliknya

Kurma tumbuh subur di wilayah beriklim panas dengan musim kering yang panjang sehingga banyak ditemui di Timur Tengah dan Afrika Utara

Noviarizal Fernandez . 25 March 2025

Push-up Ternyata Bisa Mempengaruhi Hidup Pegiatnya

Push-up lebih dari sekadar memperkuat tubuh, tetapi juga membangun disiplin dan kepercayaan diri

Noviarizal Fernandez . 24 March 2025