Share

Stories 24 Juni 2022

Gawat, Ini Dampaknya untuk Indonesia Jika AS Resesi

Tidak lama lagi Amerika Serikat diperkirakan bakal mengalami resesi ekonomi.

Pekerja berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (3/1/2021). -Bloomberg-

Context, JAKARTA - Saat ini kekhawatiran sedang melanda dunia, tak terkecuali Indonesia. Alasannya, Tidak lama lagi Amerika Serikat diperkirakan bakal mengalami resesi ekonomi. Hal ini diinformasikan langsung oleh Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen pada Minggu (19/6/2022).

"Saya memperkirakan perekonomian akan melambat. Namun, saya tidak berpikir bahwa resesi tidak bisa dihindari," kata Yellen.

Lanjutnya, ia juga mengatakan kalau kenaikan harga atau inflasi yang telah terjadi pada tahun ini belum bisa diatasi. Inflasi tinggi akan bertahan sepanjang tahun dan diprediksi dapat melemahkan ekonomi AS.

"Kita telah menghadapi inflasi yang tinggi tahun ini dan itu akan terkunci menjadi inflasi yang lebih tinggi sepanjang tahun ini," jelas Yellen.

Penyebab dari tingginya inflasi di AS ini menurut Janet Yellen bukan karena faktor di dalam negeri, melainkan karena faktor-faktor eksternal seperti perang yang terjadi di Ukraina, macetnya rantai pasok, dan adanya lockdown di China. 

Presiden Federal Reserve Bank Cleveland Loretta Mester mengatakan kalau resesi bisa saja terus meningkat. Selain itu, ia juga memperingatkan kalau inflasi ini bisa terjadi dalam waktu yang lama. Menurutnya, butuh lebih dari satu tahun untuk mengembalikan inflasi menjadi 2 persen.

Menurut Ekonom Nomura Holdings Inc., Aichi Amemiya dan Robert Dent dalam catatan mereka, resesi ringan diprediksi akan benar-benar terjadi dalam waktu dekat, perkiraannya pada kuartal IV 2022. Mereka juga mengatakan kalau kondisi keuangan AS semakin ketat, sentimen konsumen juga memburuk. Selain itu, mereka memperingatkan bahwa pasokan pangan dan energi bisa terganggu. Hal tersebut akan berpengaruh pada tertahannya prospek pertumbuhan global.

"Dengan cepatnya momentum pelemahan pertumbuhan dan The Fed berkomitmen untuk menstabilkan harga, kami percaya resesi ringan akan dimulai pada kuartal IV 2022, lebih besar kemungkinannya daripada tidak terjadi," ujar dua ekonom tersebut.


DAMPAKNYA UNTUK INDONESIA

Sebelumnya, tercatat bahwa inflasi AS menembus angka 8,6 persen per Mei 2022. Angka ini adalah yang tertinggi sejak tahun 1982. Tingginya inflasi ini juga membuat Federal Reserve atau The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan ke level paling tinggi sejak 28 tahun terakhir.

Naiknya suku bunga The Fed ini akan memberikan efek domino bagi perekonomian Indonesia. Dampak pertama dari yang paling dikhawatirkan adalah melemahnya nilai rupiah. Hal ini bisa terjadi karena jika suku bunga The Fed meningkat, maka nilai tukar dolar AS akan menguat. Jika berlangsung lama, lemahnya rupiah ini juga bisa meningkatkan inflasi di Indonesia. 

Kemudian, dampak yang akan terlihat dari kenaikan suku bunga ini adalah keluarnya aliran modal asing di surat utang domestik. Dampak ini diprediksi oleh Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira. 

“Investor asing cenderung mengalihkan dana ke negara maju, memicu capital outflow di emerging market,” ujar Bhima.

Selain itu, naiknya suku bunga The Fed ini juga menyebabkan suku bunga di negara lain, terutama negara berkembang ikut naik. Hal ini akan menurunkan proyeksi permintaan rumah tangga dan mengganggu rencana ekspansi para pelaku usaha.

Menurut Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede, sektor yang paling terdampak karena permasalahan ini adalah sektor tekstil yang berorientasi ekspor. Pasalnya, AS adalah negara tujuan ekspor terbesar tekstil Indonesia.

“Resesi yang terjadi di AS berpotensi mendorong penurunan ekspor Indonesia serta arus investasi dari AS,” kata Josua.



Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Putri Dewi

Stories 24 Juni 2022

Gawat, Ini Dampaknya untuk Indonesia Jika AS Resesi

Tidak lama lagi Amerika Serikat diperkirakan bakal mengalami resesi ekonomi.

Pekerja berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (3/1/2021). -Bloomberg-

Context, JAKARTA - Saat ini kekhawatiran sedang melanda dunia, tak terkecuali Indonesia. Alasannya, Tidak lama lagi Amerika Serikat diperkirakan bakal mengalami resesi ekonomi. Hal ini diinformasikan langsung oleh Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen pada Minggu (19/6/2022).

"Saya memperkirakan perekonomian akan melambat. Namun, saya tidak berpikir bahwa resesi tidak bisa dihindari," kata Yellen.

Lanjutnya, ia juga mengatakan kalau kenaikan harga atau inflasi yang telah terjadi pada tahun ini belum bisa diatasi. Inflasi tinggi akan bertahan sepanjang tahun dan diprediksi dapat melemahkan ekonomi AS.

"Kita telah menghadapi inflasi yang tinggi tahun ini dan itu akan terkunci menjadi inflasi yang lebih tinggi sepanjang tahun ini," jelas Yellen.

Penyebab dari tingginya inflasi di AS ini menurut Janet Yellen bukan karena faktor di dalam negeri, melainkan karena faktor-faktor eksternal seperti perang yang terjadi di Ukraina, macetnya rantai pasok, dan adanya lockdown di China. 

Presiden Federal Reserve Bank Cleveland Loretta Mester mengatakan kalau resesi bisa saja terus meningkat. Selain itu, ia juga memperingatkan kalau inflasi ini bisa terjadi dalam waktu yang lama. Menurutnya, butuh lebih dari satu tahun untuk mengembalikan inflasi menjadi 2 persen.

Menurut Ekonom Nomura Holdings Inc., Aichi Amemiya dan Robert Dent dalam catatan mereka, resesi ringan diprediksi akan benar-benar terjadi dalam waktu dekat, perkiraannya pada kuartal IV 2022. Mereka juga mengatakan kalau kondisi keuangan AS semakin ketat, sentimen konsumen juga memburuk. Selain itu, mereka memperingatkan bahwa pasokan pangan dan energi bisa terganggu. Hal tersebut akan berpengaruh pada tertahannya prospek pertumbuhan global.

"Dengan cepatnya momentum pelemahan pertumbuhan dan The Fed berkomitmen untuk menstabilkan harga, kami percaya resesi ringan akan dimulai pada kuartal IV 2022, lebih besar kemungkinannya daripada tidak terjadi," ujar dua ekonom tersebut.


DAMPAKNYA UNTUK INDONESIA

Sebelumnya, tercatat bahwa inflasi AS menembus angka 8,6 persen per Mei 2022. Angka ini adalah yang tertinggi sejak tahun 1982. Tingginya inflasi ini juga membuat Federal Reserve atau The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan ke level paling tinggi sejak 28 tahun terakhir.

Naiknya suku bunga The Fed ini akan memberikan efek domino bagi perekonomian Indonesia. Dampak pertama dari yang paling dikhawatirkan adalah melemahnya nilai rupiah. Hal ini bisa terjadi karena jika suku bunga The Fed meningkat, maka nilai tukar dolar AS akan menguat. Jika berlangsung lama, lemahnya rupiah ini juga bisa meningkatkan inflasi di Indonesia. 

Kemudian, dampak yang akan terlihat dari kenaikan suku bunga ini adalah keluarnya aliran modal asing di surat utang domestik. Dampak ini diprediksi oleh Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira. 

“Investor asing cenderung mengalihkan dana ke negara maju, memicu capital outflow di emerging market,” ujar Bhima.

Selain itu, naiknya suku bunga The Fed ini juga menyebabkan suku bunga di negara lain, terutama negara berkembang ikut naik. Hal ini akan menurunkan proyeksi permintaan rumah tangga dan mengganggu rencana ekspansi para pelaku usaha.

Menurut Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede, sektor yang paling terdampak karena permasalahan ini adalah sektor tekstil yang berorientasi ekspor. Pasalnya, AS adalah negara tujuan ekspor terbesar tekstil Indonesia.

“Resesi yang terjadi di AS berpotensi mendorong penurunan ekspor Indonesia serta arus investasi dari AS,” kata Josua.



Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Putri Dewi


RELATED ARTICLES

Airbnb Terkeren di Dunia, Jet Pribadi yang Pernah Dimiliki Pablo Escobar

Pesawat jet pribadi pabrikan Boeing yang pernah dimiliki gembong mafia Pablo Escoba diubah menjadi penginapan mewah

Context.id . 06 January 2025

Populasi Dunia Mencapai 8,09 Miliar pada Tahun Baru 2025

Setelah pertumbuhan 71 juta jiwa pada 2024, penduduk dunia akan mencapai 8,09 miliar pada 2025

Context.id . 03 January 2025

Ide Keberagaman dan Kesetaraan yang Mulai Luntur di AS

Perusahaan dan universitas yang selama ini menekankan kebijakan keberagaman, kesetaraan dan inklusi mendapatkan tekanan politik

Context.id . 31 December 2024

Gelar Sarjana Menjamin Bakal Terserap Dunia Kerja?

Seringkali dunia kerja mengutamakan gelar sarjana di atas keterampilan praktis atau pengalaman langsung

Context.id . 31 December 2024