Share

Home Originals

Originals 03 Januari 2025

Kembang Api di Malam Tahun Baru Sebabkan Banyak Polusi?

Tahukah kamu, ternyata menyalakan kembang api di malam tahun baru punya dampak buruk untuk lingkungan

Video Player is loading.
Current Time 0:00
Duration 2:47
Loaded: 0%
Stream Type LIVE
Remaining Time 2:47
 
1x
Ilustrasi kembang api/Context - Rizki Ghazali

Context.id, JAKARTA - Kembang api selalu identik dengan perayaan tahun baru. Detik-detik menjelang pergantian tahun, desing bunyi dari kembang api yang terbang ke langit dan ledakan mercon warna-warni yang berhamburan membuat banyak orang merasa senang. 

Namun di tengah gempita perasaan senang karena kembang api, banyak hal negatif juga dari barang satu ini. Selain menghabiskan banyak uang, sisa bakaran kembang api juga menjadi sampah yang tidak sedikit. 

Terkait soal pemborosan, di AS itu sekitar 83% penduduknya rela menghabiskan uang sebesar Rp3,2 juta untuk membeli kembang api. Di Jerman juga sama saja, rata-rata penduduknya rela menghabiskan Rp1,6 juta. 

Bukan hanya itu saja, kembang api juga punya dampak bagi lingkungan, selain sampah yang tadi sudah disebutkan. 

Ahli kimia asal Jerman, Günter Klein-Sommer mengatakan setiap roket kembang api terdiri dari bahan-bahan kimia berbahaya di antaranya Kalium Nitrat: 75%,  Arang: 15% dan Sulfur: 10%. 

Kemudian pada 2016 di Jerman, kembang api perayaan tahun baru telah menghasilkan 50 ribu ton partikel PM10. PM10 adalah partikel dengan diameter kurang dari 10 mikron. 

Jumlah tersebut setara dengan sekitar 17 persen emisi partikel kendaraan tahunan! Waduh, bahaya juga ya. 



Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Wahyu Arifin

Originals 03 Januari 2025

Kembang Api di Malam Tahun Baru Sebabkan Banyak Polusi?

Tahukah kamu, ternyata menyalakan kembang api di malam tahun baru punya dampak buruk untuk lingkungan

Video Player is loading.
Current Time 0:00
Duration 2:47
Loaded: 0%
Stream Type LIVE
Remaining Time 2:47
 
1x
Ilustrasi kembang api/Context - Rizki Ghazali

Context.id, JAKARTA - Kembang api selalu identik dengan perayaan tahun baru. Detik-detik menjelang pergantian tahun, desing bunyi dari kembang api yang terbang ke langit dan ledakan mercon warna-warni yang berhamburan membuat banyak orang merasa senang. 

Namun di tengah gempita perasaan senang karena kembang api, banyak hal negatif juga dari barang satu ini. Selain menghabiskan banyak uang, sisa bakaran kembang api juga menjadi sampah yang tidak sedikit. 

Terkait soal pemborosan, di AS itu sekitar 83% penduduknya rela menghabiskan uang sebesar Rp3,2 juta untuk membeli kembang api. Di Jerman juga sama saja, rata-rata penduduknya rela menghabiskan Rp1,6 juta. 

Bukan hanya itu saja, kembang api juga punya dampak bagi lingkungan, selain sampah yang tadi sudah disebutkan. 

Ahli kimia asal Jerman, Günter Klein-Sommer mengatakan setiap roket kembang api terdiri dari bahan-bahan kimia berbahaya di antaranya Kalium Nitrat: 75%,  Arang: 15% dan Sulfur: 10%. 

Kemudian pada 2016 di Jerman, kembang api perayaan tahun baru telah menghasilkan 50 ribu ton partikel PM10. PM10 adalah partikel dengan diameter kurang dari 10 mikron. 

Jumlah tersebut setara dengan sekitar 17 persen emisi partikel kendaraan tahunan! Waduh, bahaya juga ya. 



Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Kenapa Kita Kalah dari Malaysia dan Thailand Soal Wisata Medis?

Indonesia kehilangan sekitar Rp165 triliun setiap tahun hanya karena warganya memilih berobat ke luar negeri

Renita Sukma . 17 June 2025

Dari Bulan ke Asteroid, China Mengincar Langit Lebih Tinggi

Peluncuran Tianwen-2 meluncur ke antariksa membuat dunia menyaksikan babak baru dari persaingan galaksi antara negara Barat dengan China yang mewa ...

Renita Sukma . 16 June 2025

Melihat Pundi-pundi Kekayaan Istri Presiden Prancis, Brigitte Macron

Dari pewaris cokelat hingga ibu negara paling mandiri secara finansial di Eropa

Naufal Jauhar Nazhif . 13 June 2025

Malaysia Jadi Favorit Wisatawan Indonesia, Kenapa?

Jika mau melancong ke negara Asia Tenggara, ada alternatif yang lebih murah dari Malaysia

Naufal Jauhar Nazhif . 11 June 2025