Kecerdasan Buatan (AI) Bisa Membuat Pengelolaan Gedung Lebih Hemat Energi
Badan Energi Internasional (IEA) mencatat sistem pemanasan, pendinginan dan pencahayaan menyumbang 18% dari konsumsi energi global
Context.id, JAKARTA - Banyak sistem HVAC (pemanas, ventilasi, dan pendingin udara) di gedung-gedung sudah usang alias tidak menggunakan teknologi terkini sehingga sangat boros energi.
Untuk menjawab persoalan itu, tentunya selain penggunaan teknologi terkini, para ilmuwan dan teknolog percaya penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) juga dapat menjadi solusi.
Meskipun pengembangan AI memiliki dampak negatif pada lingkungan, studi terbaru 2024 menunjukkan AI dapat mengurangi konsumsi energi dan emisi karbon gedung hingga 8%.
AI untuk efisiensi energi
Salah satu contoh penerapan AI adalah gedung perkantoran 45 Broadway di Manhattan, AS. Gedung ini sebelumnya menggunakan termostat dasar yang tidak responsif terhadap cuaca.
Namun, seperti dilansir dari Time, setelah New York City mengeluarkan Undang-Undang Lokal 97 yang mengatur emisi karbon, pemilik sekaligus pengelola gedung, Cammeby's International, memasang sistem AI dari BrainBox AI.
Sistem ini memanfaatkan data langsung seperti suhu, kelembaban, dan pola hunian untuk mengontrol suhu secara otomatis dan real-time.
Contohnya, jika AI memprediksi cuaca dingin, sistem akan memanaskan gedung secara bertahap sebelum suhu turun.
Setelah setahun, gedung ini berhasil mengurangi konsumsi energi terkait HVAC sebesar 15,8%, menghemat US$42.000 dan mengurangi 37 metrik ton emisi karbon.
Potensi global
BrainBox AI kini mengontrol lebih dari 4.000 gedung di seluruh dunia, termasuk toko kecil, bandara, dan jaringan ritel besar.
Perusahaan juga meluncurkan Aria, asisten AI generatif yang memungkinkan pengelola fasilitas mengontrol HVAC melalui teks atau suara.
Di Stockholm, sistem AI yang dipasang di 87 fasilitas pendidikan berhasil mengurangi emisi karbon hingga 64 ton per tahun dan menurunkan penggunaan listrik sebesar 8%.
AI dapat membantu mengurangi konsumsi energi pada setiap tahap siklus hidup bangunan, dari desain hingga pemeliharaan.
AI juga dapat membuat jaringan listrik lebih stabil dengan menyesuaikan penggunaan energi berdasarkan pasokan energi terbarukan.
Namun, penerapan AI juga menghadapi tantangan, termasuk masalah privasi data dan potensi dampak lingkungan dari pusat data yang menjalankan sistem AI.
Studi terbaru memperingatkan pembangkit listrik yang mendukung pusat data dapat menyebabkan 1.300 kematian dini per tahun di AS akibat polusi udara pada tahun 2030.
Meski demikian, para ahli tetap optimis manfaat AI dalam mengurangi emisi karbon akan jauh lebih besar dibandingkan dampak negatifnya.
Menurut Nan Zhou dari Laboratorium Nasional Lawrence Berkeley seperti dikutip dari Time, AI memiliki potensi besar untuk membuat bangunan lebih efisien dan rendah karbon
RELATED ARTICLES
Kecerdasan Buatan (AI) Bisa Membuat Pengelolaan Gedung Lebih Hemat Energi
Badan Energi Internasional (IEA) mencatat sistem pemanasan, pendinginan dan pencahayaan menyumbang 18% dari konsumsi energi global
Context.id, JAKARTA - Banyak sistem HVAC (pemanas, ventilasi, dan pendingin udara) di gedung-gedung sudah usang alias tidak menggunakan teknologi terkini sehingga sangat boros energi.
Untuk menjawab persoalan itu, tentunya selain penggunaan teknologi terkini, para ilmuwan dan teknolog percaya penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) juga dapat menjadi solusi.
Meskipun pengembangan AI memiliki dampak negatif pada lingkungan, studi terbaru 2024 menunjukkan AI dapat mengurangi konsumsi energi dan emisi karbon gedung hingga 8%.
AI untuk efisiensi energi
Salah satu contoh penerapan AI adalah gedung perkantoran 45 Broadway di Manhattan, AS. Gedung ini sebelumnya menggunakan termostat dasar yang tidak responsif terhadap cuaca.
Namun, seperti dilansir dari Time, setelah New York City mengeluarkan Undang-Undang Lokal 97 yang mengatur emisi karbon, pemilik sekaligus pengelola gedung, Cammeby's International, memasang sistem AI dari BrainBox AI.
Sistem ini memanfaatkan data langsung seperti suhu, kelembaban, dan pola hunian untuk mengontrol suhu secara otomatis dan real-time.
Contohnya, jika AI memprediksi cuaca dingin, sistem akan memanaskan gedung secara bertahap sebelum suhu turun.
Setelah setahun, gedung ini berhasil mengurangi konsumsi energi terkait HVAC sebesar 15,8%, menghemat US$42.000 dan mengurangi 37 metrik ton emisi karbon.
Potensi global
BrainBox AI kini mengontrol lebih dari 4.000 gedung di seluruh dunia, termasuk toko kecil, bandara, dan jaringan ritel besar.
Perusahaan juga meluncurkan Aria, asisten AI generatif yang memungkinkan pengelola fasilitas mengontrol HVAC melalui teks atau suara.
Di Stockholm, sistem AI yang dipasang di 87 fasilitas pendidikan berhasil mengurangi emisi karbon hingga 64 ton per tahun dan menurunkan penggunaan listrik sebesar 8%.
AI dapat membantu mengurangi konsumsi energi pada setiap tahap siklus hidup bangunan, dari desain hingga pemeliharaan.
AI juga dapat membuat jaringan listrik lebih stabil dengan menyesuaikan penggunaan energi berdasarkan pasokan energi terbarukan.
Namun, penerapan AI juga menghadapi tantangan, termasuk masalah privasi data dan potensi dampak lingkungan dari pusat data yang menjalankan sistem AI.
Studi terbaru memperingatkan pembangkit listrik yang mendukung pusat data dapat menyebabkan 1.300 kematian dini per tahun di AS akibat polusi udara pada tahun 2030.
Meski demikian, para ahli tetap optimis manfaat AI dalam mengurangi emisi karbon akan jauh lebih besar dibandingkan dampak negatifnya.
Menurut Nan Zhou dari Laboratorium Nasional Lawrence Berkeley seperti dikutip dari Time, AI memiliki potensi besar untuk membuat bangunan lebih efisien dan rendah karbon
POPULAR
RELATED ARTICLES