Share

Home Stories

Stories 20 Desember 2024

Kecerdasan Buatan (AI) Bisa Membuat Pengelolaan Gedung Lebih Hemat Energi

Badan Energi Internasional (IEA) mencatat sistem pemanasan, pendinginan dan pencahayaan menyumbang 18% dari konsumsi energi global

Ilustrasi AI dan konstruksi/Desapex

Context.id, JAKARTA - Banyak sistem HVAC (pemanas, ventilasi, dan pendingin udara) di gedung-gedung sudah usang alias tidak menggunakan teknologi terkini sehingga sangat boros energi. 

Untuk menjawab persoalan itu, tentunya selain penggunaan teknologi terkini, para ilmuwan dan teknolog percaya penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) juga dapat menjadi solusi. 

Meskipun pengembangan AI memiliki dampak negatif pada lingkungan, studi terbaru 2024 menunjukkan AI dapat mengurangi konsumsi energi dan emisi karbon gedung hingga 8%.

AI untuk efisiensi energi
Salah satu contoh penerapan AI adalah gedung perkantoran 45 Broadway di Manhattan, AS. Gedung ini sebelumnya menggunakan termostat dasar yang tidak responsif terhadap cuaca. 

Namun, seperti dilansir dari Time, setelah New York City mengeluarkan Undang-Undang Lokal 97 yang mengatur emisi karbon, pemilik sekaligus pengelola gedung, Cammeby's International, memasang sistem AI dari BrainBox AI.

Sistem ini memanfaatkan data langsung seperti suhu, kelembaban, dan pola hunian untuk mengontrol suhu secara otomatis dan real-time. 

Contohnya, jika AI memprediksi cuaca dingin, sistem akan memanaskan gedung secara bertahap sebelum suhu turun. 

Setelah setahun, gedung ini berhasil mengurangi konsumsi energi terkait HVAC sebesar 15,8%, menghemat US$42.000 dan mengurangi 37 metrik ton emisi karbon.

Potensi global
BrainBox AI kini mengontrol lebih dari 4.000 gedung di seluruh dunia, termasuk toko kecil, bandara, dan jaringan ritel besar. 

Perusahaan juga meluncurkan Aria, asisten AI generatif yang memungkinkan pengelola fasilitas mengontrol HVAC melalui teks atau suara.

Di Stockholm, sistem AI yang dipasang di 87 fasilitas pendidikan berhasil mengurangi emisi karbon hingga 64 ton per tahun dan menurunkan penggunaan listrik sebesar 8%.

AI dapat membantu mengurangi konsumsi energi pada setiap tahap siklus hidup bangunan, dari desain hingga pemeliharaan. 

AI juga dapat membuat jaringan listrik lebih stabil dengan menyesuaikan penggunaan energi berdasarkan pasokan energi terbarukan.

Namun, penerapan AI juga menghadapi tantangan, termasuk masalah privasi data dan potensi dampak lingkungan dari pusat data yang menjalankan sistem AI. 

Studi terbaru memperingatkan pembangkit listrik yang mendukung pusat data dapat menyebabkan 1.300 kematian dini per tahun di AS akibat polusi udara pada tahun 2030.

Meski demikian, para ahli tetap optimis manfaat AI dalam mengurangi emisi karbon akan jauh lebih besar dibandingkan dampak negatifnya. 

Menurut Nan Zhou dari Laboratorium Nasional Lawrence Berkeley seperti dikutip dari Time, AI memiliki potensi besar untuk membuat bangunan lebih efisien dan rendah karbon



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 20 Desember 2024

Kecerdasan Buatan (AI) Bisa Membuat Pengelolaan Gedung Lebih Hemat Energi

Badan Energi Internasional (IEA) mencatat sistem pemanasan, pendinginan dan pencahayaan menyumbang 18% dari konsumsi energi global

Ilustrasi AI dan konstruksi/Desapex

Context.id, JAKARTA - Banyak sistem HVAC (pemanas, ventilasi, dan pendingin udara) di gedung-gedung sudah usang alias tidak menggunakan teknologi terkini sehingga sangat boros energi. 

Untuk menjawab persoalan itu, tentunya selain penggunaan teknologi terkini, para ilmuwan dan teknolog percaya penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) juga dapat menjadi solusi. 

Meskipun pengembangan AI memiliki dampak negatif pada lingkungan, studi terbaru 2024 menunjukkan AI dapat mengurangi konsumsi energi dan emisi karbon gedung hingga 8%.

AI untuk efisiensi energi
Salah satu contoh penerapan AI adalah gedung perkantoran 45 Broadway di Manhattan, AS. Gedung ini sebelumnya menggunakan termostat dasar yang tidak responsif terhadap cuaca. 

Namun, seperti dilansir dari Time, setelah New York City mengeluarkan Undang-Undang Lokal 97 yang mengatur emisi karbon, pemilik sekaligus pengelola gedung, Cammeby's International, memasang sistem AI dari BrainBox AI.

Sistem ini memanfaatkan data langsung seperti suhu, kelembaban, dan pola hunian untuk mengontrol suhu secara otomatis dan real-time. 

Contohnya, jika AI memprediksi cuaca dingin, sistem akan memanaskan gedung secara bertahap sebelum suhu turun. 

Setelah setahun, gedung ini berhasil mengurangi konsumsi energi terkait HVAC sebesar 15,8%, menghemat US$42.000 dan mengurangi 37 metrik ton emisi karbon.

Potensi global
BrainBox AI kini mengontrol lebih dari 4.000 gedung di seluruh dunia, termasuk toko kecil, bandara, dan jaringan ritel besar. 

Perusahaan juga meluncurkan Aria, asisten AI generatif yang memungkinkan pengelola fasilitas mengontrol HVAC melalui teks atau suara.

Di Stockholm, sistem AI yang dipasang di 87 fasilitas pendidikan berhasil mengurangi emisi karbon hingga 64 ton per tahun dan menurunkan penggunaan listrik sebesar 8%.

AI dapat membantu mengurangi konsumsi energi pada setiap tahap siklus hidup bangunan, dari desain hingga pemeliharaan. 

AI juga dapat membuat jaringan listrik lebih stabil dengan menyesuaikan penggunaan energi berdasarkan pasokan energi terbarukan.

Namun, penerapan AI juga menghadapi tantangan, termasuk masalah privasi data dan potensi dampak lingkungan dari pusat data yang menjalankan sistem AI. 

Studi terbaru memperingatkan pembangkit listrik yang mendukung pusat data dapat menyebabkan 1.300 kematian dini per tahun di AS akibat polusi udara pada tahun 2030.

Meski demikian, para ahli tetap optimis manfaat AI dalam mengurangi emisi karbon akan jauh lebih besar dibandingkan dampak negatifnya. 

Menurut Nan Zhou dari Laboratorium Nasional Lawrence Berkeley seperti dikutip dari Time, AI memiliki potensi besar untuk membuat bangunan lebih efisien dan rendah karbon



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Hitungan Prabowo Soal Uang Kasus CPO Rp13,2 Triliun, Bisa Buat Apa Saja?

Presiden Prabowo Subianto melakukan perhitungan terkait uang kasus korupsi CPO Rp13,2 triliun yang ia sebut bisa digunakan untuk membangun desa ne ...

Renita Sukma . 20 October 2025

Polemik IKN Sebagai Ibu Kota Politik, Ini Kata Kemendagri dan Pengamat

Terminologi ibu kota politik yang melekat kepada IKN dianggap rancu karena bertentangan dengan UU IKN. r n r n

Renita Sukma . 18 October 2025

Dilema Kebijakan Rokok: Penerimaan Negara Vs Kesehatan Indonesia

Menkeu Purbaya ingin menggairahkan kembali industri rokok dengan mengerem cukai, sementara menteri sebelumnya Sri Mulyani gencar menaikkan cukai d ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 15 October 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 13 October 2025