Share

Stories 12 Desember 2024

Kolaborasi Uskup dan Bankir untuk Investasi Etis Berbasis Keagamaan

Banyak organisasi keagamaan ingin memastikan uangnya dikelola di lembaga investasi sesuai dengan nilai iman yang mereka yakini.

Keseimbangan iman dan investasi/Istimewa

Context.id, JAKARTA - Komunitas agama semakin tertarik untuk menginvestasikan dana mereka pada perusahaan yang sejalan dengan nilai-nilai iman dan etika mereka. Namun, para ahli mencatat pasar keuangan belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan ini.

Untuk menjembatani kesenjangan tersebut, sebuah konferensi di London pada akhir November 2024 lalu mempertemukan para pemimpin Gereja Katolik dan Anglikan dengan pakar industri keuangan yang mengelola portofolio investasi global senilai sekitar US$1,75 triliun.

Seperti dilaporkan AP News, Peter Hugh Smith, CEO CCLA Investment Management yang berbasis di London, menyatakan organisasi keagamaan ingin memastikan uangnya dikelola sesuai dengan nilai iman yang mereka yakini. 

CCLA, yang mengelola dana untuk Gereja Inggris dan lembaga amal keagamaan lainnya, menjadi tuan rumah konferensi ini yang disebut "Mensuram Bonam Summit."

Acara ini terinspirasi dari dokumen Vatikan 2022 yang memberikan panduan bagi investor Katolik tentang investasi etis, termasuk keterlibatan langsung dengan perusahaan investasi untuk memengaruhi kebijakan mereka. 

Jika pendekatan ini gagal, mereka disarankan untuk menarik investasi dari perusahaan yang tidak sesuai.

Sementara itu, umat Muslim telah lama mengembangkan metode investasi berbasis syariah yang terstruktur dan diakui secara global. 

Investasi ini mematuhi hukum Islam yang melarang keterlibatan dalam industri seperti alkohol, perjudian, dan riba (bunga). Dana syariah ini diawasi oleh dewan penasihat syariah yang memastikan kepatuhan terhadap hukum Islam.

Namun, umat Kristen, terutama Katolik, belum memiliki sistem investasi keuangan yang sekuat itu. "Orang-orang beriman mulai menyadari bahwa mereka memiliki pilihan dalam berinvestasi, meskipun pilihannya masih terbatas," kata Smith.

Untuk memperluas pilihan investasi etis bagi umat Katolik, konferensi ini berfokus pada mendidik perusahaan layanan keuangan tentang kebutuhan dan prioritas para investor berbasis agama. 

Isu-isu seperti aborsi, lingkungan, dan keadilan sosial menjadi perhatian utama yang harus dipertimbangkan dalam portofolio investasi mereka.

Pastor Séamus Finn, seorang pakar investasi berbasis iman, mengatakan tujuan utama adalah menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang, kaum miskin, dan migran yang terpinggirkan. 

"Melalui investasi, kita dapat membangun dunia yang lebih berkelanjutan dan manusiawi," ujarnya.

Dukungan lintas organisasi
Beberapa organisasi Katolik seperti Knights of Columbus, Catholic Investment Services, dan CBIS Catholic Responsible Investments mendukung konferensi ini. 

Jean-Baptiste de Franssu, presiden Bank Vatikan yang telah melakukan reformasi besar-besaran untuk meningkatkan transparansi, juga hadir.

Konferensi ini diharapkan dapat mendorong Vatikan untuk lebih proaktif dalam investasi berbasis nilai-nilai agama dan memberikan pedoman yang lebih jelas bagi lembaga-lembaga Katolik di seluruh dunia.

"Investasi etis tidak harus mengorbankan keuntungan. Ada banyak perusahaan yang ingin melakukan hal yang benar sambil tetap memberikan hasil investasi yang kompetitif," kata Pastor Finn

Melihat perkembangan ini, baik umat Kristen maupun Muslim kini memiliki peluang lebih besar untuk mengelola dana mereka sesuai dengan nilai-nilai spiritual, menciptakan harmoni antara keuangan dan keimanan.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 12 Desember 2024

Kolaborasi Uskup dan Bankir untuk Investasi Etis Berbasis Keagamaan

Banyak organisasi keagamaan ingin memastikan uangnya dikelola di lembaga investasi sesuai dengan nilai iman yang mereka yakini.

Keseimbangan iman dan investasi/Istimewa

Context.id, JAKARTA - Komunitas agama semakin tertarik untuk menginvestasikan dana mereka pada perusahaan yang sejalan dengan nilai-nilai iman dan etika mereka. Namun, para ahli mencatat pasar keuangan belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan ini.

Untuk menjembatani kesenjangan tersebut, sebuah konferensi di London pada akhir November 2024 lalu mempertemukan para pemimpin Gereja Katolik dan Anglikan dengan pakar industri keuangan yang mengelola portofolio investasi global senilai sekitar US$1,75 triliun.

Seperti dilaporkan AP News, Peter Hugh Smith, CEO CCLA Investment Management yang berbasis di London, menyatakan organisasi keagamaan ingin memastikan uangnya dikelola sesuai dengan nilai iman yang mereka yakini. 

CCLA, yang mengelola dana untuk Gereja Inggris dan lembaga amal keagamaan lainnya, menjadi tuan rumah konferensi ini yang disebut "Mensuram Bonam Summit."

Acara ini terinspirasi dari dokumen Vatikan 2022 yang memberikan panduan bagi investor Katolik tentang investasi etis, termasuk keterlibatan langsung dengan perusahaan investasi untuk memengaruhi kebijakan mereka. 

Jika pendekatan ini gagal, mereka disarankan untuk menarik investasi dari perusahaan yang tidak sesuai.

Sementara itu, umat Muslim telah lama mengembangkan metode investasi berbasis syariah yang terstruktur dan diakui secara global. 

Investasi ini mematuhi hukum Islam yang melarang keterlibatan dalam industri seperti alkohol, perjudian, dan riba (bunga). Dana syariah ini diawasi oleh dewan penasihat syariah yang memastikan kepatuhan terhadap hukum Islam.

Namun, umat Kristen, terutama Katolik, belum memiliki sistem investasi keuangan yang sekuat itu. "Orang-orang beriman mulai menyadari bahwa mereka memiliki pilihan dalam berinvestasi, meskipun pilihannya masih terbatas," kata Smith.

Untuk memperluas pilihan investasi etis bagi umat Katolik, konferensi ini berfokus pada mendidik perusahaan layanan keuangan tentang kebutuhan dan prioritas para investor berbasis agama. 

Isu-isu seperti aborsi, lingkungan, dan keadilan sosial menjadi perhatian utama yang harus dipertimbangkan dalam portofolio investasi mereka.

Pastor Séamus Finn, seorang pakar investasi berbasis iman, mengatakan tujuan utama adalah menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang, kaum miskin, dan migran yang terpinggirkan. 

"Melalui investasi, kita dapat membangun dunia yang lebih berkelanjutan dan manusiawi," ujarnya.

Dukungan lintas organisasi
Beberapa organisasi Katolik seperti Knights of Columbus, Catholic Investment Services, dan CBIS Catholic Responsible Investments mendukung konferensi ini. 

Jean-Baptiste de Franssu, presiden Bank Vatikan yang telah melakukan reformasi besar-besaran untuk meningkatkan transparansi, juga hadir.

Konferensi ini diharapkan dapat mendorong Vatikan untuk lebih proaktif dalam investasi berbasis nilai-nilai agama dan memberikan pedoman yang lebih jelas bagi lembaga-lembaga Katolik di seluruh dunia.

"Investasi etis tidak harus mengorbankan keuntungan. Ada banyak perusahaan yang ingin melakukan hal yang benar sambil tetap memberikan hasil investasi yang kompetitif," kata Pastor Finn

Melihat perkembangan ini, baik umat Kristen maupun Muslim kini memiliki peluang lebih besar untuk mengelola dana mereka sesuai dengan nilai-nilai spiritual, menciptakan harmoni antara keuangan dan keimanan.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Kolaborasi Uskup dan Bankir untuk Investasi Etis Berbasis Keagamaan

Banyak organisasi keagamaan ingin memastikan uangnya dikelola di lembaga investasi sesuai dengan nilai iman yang mereka yakini.

Context.id . 12 December 2024

Merriam-Webster Umumkan ‘Polarisation’ sebagai Kata Terpopuler 2024

Kata polarisasi sangat lekat dengan konteks politik, terutama dalam pemilihan presiden\r\n\r\n

Context.id . 12 December 2024

Tato Elektronik: Masa Depan Pemantauan Otak yang Lebih Nyaman dan Canggih

Tato elektronik sementara berbasis tinta cair menjanjikan revolusi dalam pemantauan otak dengan teknologi yang lebih nyaman dan akurat.

Context.id . 11 December 2024

Stalker 2: Gim Ukraina yang Bikin Kesal Rusia

Video gim asal Ukraina jadi sasaran serangan siber dan disinformasi oleh Rusia karena dianggap melakukan kontra narasi

Context.id . 11 December 2024