Share

Home Stories

Stories 14 November 2024

Protes Sikap Musk, The Guardian Hentikan Unggah Konten di X

The Guardian menjadi media besar pertama yang secara terbuka menghentikan kehadirannya di X setelah akuisisi Musk dan dampak buruknya.

The Guardian setop unggah konten di X/ Nieman Lab

Context.id, JAKARTA - Mulai Rabu (13/11) The Guardian, salah satu media terbesar di Inggris, mengumumkan keputusan penting: mereka tidak akan lagi mengunggah konten di platform media sosial X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter). 

Keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan dampak buruk yang ditimbulkan oleh "konten yang mengganggu" di platform tersebut, termasuk penyebaran rasisme, teori konspirasi, dan ujaran kebencian.

Dalam pengumumannya, The Guardian menyatakan meskipun mereka telah mempertimbangkan untuk menghentikan aktivitas di X sejak beberapa waktu lalu, Pilpres AS 2024 lalu menjadi titik tolak bagi keputusan tersebut. 

Menurut media ini, kampanye politik yang berlangsung di platform tersebut memperlihatkan dengan jelas bagaimana X menjadi "media beracun" yang digunakan oleh pemiliknya, Elon Musk, untuk mempengaruhi wacana politik secara negatif.

“Kampanye pemilihan presiden AS hanya menggarisbawahi apa yang telah lama kami pertimbangkan X adalah platform media yang beracun,” tulis The Guardian dalam situsnya. 



Mereka menambahkan meskipun begitu, mereka tidak akan sepenuhnya meninggalkan platform tersebut. 

Pengguna X tetap dapat membagikan artikel-artikel mereka, dan The Guardian akan sesekali menyematkan konten dari X dalam pelaporan berita langsung mereka.

Namun, langkah ini menunjukkan perubahan besar dalam hubungan media besar dengan platform media sosial, terutama setelah Elon Musk membeli Twitter senilai US$44 miliar pada 2022 lalu. 

Sejak pengambilalihan tersebut, X telah dikritik karena kebijakan moderasi kontennya yang lebih longgar, memungkinkan kebohongan dan ujaran kebencian menyebar lebih bebas.

The Guardian menjadi media besar pertama yang secara terbuka menghentikan kehadirannya di X setelah akuisisi Musk. 

Keputusan ini seolah menjadi tanda bagi banyak organisasi yang mulai mempertanyakan dampak dari platform tersebut. 

Beberapa lembaga amal dan organisasi kesehatan di Inggris juga sudah mengumumkan bahwa mereka akan berhenti memposting di X karena dampak negatifnya.

Respon Musk
Menanggapi keputusan tersebut, Elon Musk memberikan tanggapan yang cepat di X, mengatakan keputusan The Guardian tidak relevan dan hanya mencari sensasi. 

Dalam balasan lainnya, Musk bahkan menyebut The Guardian sebagai mesin propaganda yang sangat kejam, sebuah pernyataan yang memperlihatkan ketegangan antara platform dan media besar yang kritis terhadap kebijakan barunya.

Keputusan The Guardian ini bukan hanya soal jurnalisme, tetapi juga mencerminkan kekhawatiran yang lebih besar tentang dampak media sosial terhadap kualitas diskursus publik dan kepercayaan masyarakat terhadap informasi. 

Dalam dunia yang semakin terhubung dan terfragmentasi ini, keputusan ini mengingatkan kita platform media sosial, meskipun menawarkan kemudahan akses dan jangkauan luas, juga membawa tantangan besar bagi keberlanjutan dan integritas informasi yang kita konsumsi.

The Guardian menyatakan mereka akan mengalihkan lebih banyak sumber daya untuk mempromosikan jurnalisme berkualitas di platform lain yang lebih sesuai dengan nilai-nilai editorial mereka. 

Hal ini menandakan perubahan besar dalam ekosistem media sosial, di mana keberadaan platform besar seperti X mulai dipertanyakan oleh banyak kalangan, terutama dalam konteks tanggung jawab terhadap konten yang mereka distribusikan.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 14 November 2024

Protes Sikap Musk, The Guardian Hentikan Unggah Konten di X

The Guardian menjadi media besar pertama yang secara terbuka menghentikan kehadirannya di X setelah akuisisi Musk dan dampak buruknya.

The Guardian setop unggah konten di X/ Nieman Lab

Context.id, JAKARTA - Mulai Rabu (13/11) The Guardian, salah satu media terbesar di Inggris, mengumumkan keputusan penting: mereka tidak akan lagi mengunggah konten di platform media sosial X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter). 

Keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan dampak buruk yang ditimbulkan oleh "konten yang mengganggu" di platform tersebut, termasuk penyebaran rasisme, teori konspirasi, dan ujaran kebencian.

Dalam pengumumannya, The Guardian menyatakan meskipun mereka telah mempertimbangkan untuk menghentikan aktivitas di X sejak beberapa waktu lalu, Pilpres AS 2024 lalu menjadi titik tolak bagi keputusan tersebut. 

Menurut media ini, kampanye politik yang berlangsung di platform tersebut memperlihatkan dengan jelas bagaimana X menjadi "media beracun" yang digunakan oleh pemiliknya, Elon Musk, untuk mempengaruhi wacana politik secara negatif.

“Kampanye pemilihan presiden AS hanya menggarisbawahi apa yang telah lama kami pertimbangkan X adalah platform media yang beracun,” tulis The Guardian dalam situsnya. 



Mereka menambahkan meskipun begitu, mereka tidak akan sepenuhnya meninggalkan platform tersebut. 

Pengguna X tetap dapat membagikan artikel-artikel mereka, dan The Guardian akan sesekali menyematkan konten dari X dalam pelaporan berita langsung mereka.

Namun, langkah ini menunjukkan perubahan besar dalam hubungan media besar dengan platform media sosial, terutama setelah Elon Musk membeli Twitter senilai US$44 miliar pada 2022 lalu. 

Sejak pengambilalihan tersebut, X telah dikritik karena kebijakan moderasi kontennya yang lebih longgar, memungkinkan kebohongan dan ujaran kebencian menyebar lebih bebas.

The Guardian menjadi media besar pertama yang secara terbuka menghentikan kehadirannya di X setelah akuisisi Musk. 

Keputusan ini seolah menjadi tanda bagi banyak organisasi yang mulai mempertanyakan dampak dari platform tersebut. 

Beberapa lembaga amal dan organisasi kesehatan di Inggris juga sudah mengumumkan bahwa mereka akan berhenti memposting di X karena dampak negatifnya.

Respon Musk
Menanggapi keputusan tersebut, Elon Musk memberikan tanggapan yang cepat di X, mengatakan keputusan The Guardian tidak relevan dan hanya mencari sensasi. 

Dalam balasan lainnya, Musk bahkan menyebut The Guardian sebagai mesin propaganda yang sangat kejam, sebuah pernyataan yang memperlihatkan ketegangan antara platform dan media besar yang kritis terhadap kebijakan barunya.

Keputusan The Guardian ini bukan hanya soal jurnalisme, tetapi juga mencerminkan kekhawatiran yang lebih besar tentang dampak media sosial terhadap kualitas diskursus publik dan kepercayaan masyarakat terhadap informasi. 

Dalam dunia yang semakin terhubung dan terfragmentasi ini, keputusan ini mengingatkan kita platform media sosial, meskipun menawarkan kemudahan akses dan jangkauan luas, juga membawa tantangan besar bagi keberlanjutan dan integritas informasi yang kita konsumsi.

The Guardian menyatakan mereka akan mengalihkan lebih banyak sumber daya untuk mempromosikan jurnalisme berkualitas di platform lain yang lebih sesuai dengan nilai-nilai editorial mereka. 

Hal ini menandakan perubahan besar dalam ekosistem media sosial, di mana keberadaan platform besar seperti X mulai dipertanyakan oleh banyak kalangan, terutama dalam konteks tanggung jawab terhadap konten yang mereka distribusikan.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Hitungan Prabowo Soal Uang Kasus CPO Rp13,2 Triliun, Bisa Buat Apa Saja?

Presiden Prabowo Subianto melakukan perhitungan terkait uang kasus korupsi CPO Rp13,2 triliun yang ia sebut bisa digunakan untuk membangun desa ne ...

Renita Sukma . 20 October 2025

Polemik IKN Sebagai Ibu Kota Politik, Ini Kata Kemendagri dan Pengamat

Terminologi ibu kota politik yang melekat kepada IKN dianggap rancu karena bertentangan dengan UU IKN. r n r n

Renita Sukma . 18 October 2025

Dilema Kebijakan Rokok: Penerimaan Negara Vs Kesehatan Indonesia

Menkeu Purbaya ingin menggairahkan kembali industri rokok dengan mengerem cukai, sementara menteri sebelumnya Sri Mulyani gencar menaikkan cukai d ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 15 October 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 13 October 2025