Share

Stories 07 Oktober 2024

Era Baru Ganja, dari Larangan ke Perdagangan Asia dan Eropa

Ganja mengalami transformasi signifikan dari barang terlarang menjadi komoditas legal di berbagai negara, dengan Thailand dan Jerman sebagai pelopor

Ilustrasi industri ganja/Debanked

Context.id, JAKARTA - Dalam beberapa tahun terakhir, ganja telah bertransformasi dari barang haram menjadi komoditas yang semakin diterima di berbagai belahan dunia.

Dari penyelundupan di Asia Tenggara hingga legalisasi di Eropa, perkembangan ini mencerminkan perubahan mendalam dalam pandangan masyarakat dan kebijakan pemerintah.

Melansir dari South China Morning Post (SCMP), Minggu (6/10) Thailand, yang dikenal dengan hukum ketatnya terhadap narkoba, telah melakukan lompatan besar dengan melegalkan ganja untuk penggunaan medis.

Keputusan ini tidak hanya memberikan akses legal bagi pasien, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi yang signifikan bagi negara.

Data menunjukkan bahwa industri ganja medis di Thailand diperkirakan akan menghasilkan pendapatan hingga US$1,2 miliar dalam beberapa tahun ke depan.



Saat ini banyak populasi petani yang mulai beralih ke budidaya ganja. Desa-desa kini merasa menemukan sumber pendapatan baru yang sebelumnya tidak ada. 

Beberapa petani seperti diulas SCMP melaporkan peningkatan pendapatan hingga 300% setelah beralih dari tanaman tradisional ke ganja.

Namun, langkah ini ternyata membawa konsekuensi yang tidak terduga. Dalam satu tahun terakhir, penyelundupan ganja ke Inggris telah mencapai rekor tertinggi.

Para pengedar, yang disebut sebagai drug mules, diingatkan akan risiko besar yang dihadapi dalam mengangkut barang ilegal ini. 

Penyelundupan ini sering kali melibatkan pengiriman ganja melalui jalur udara, di mana kurir dapat menyelundupkan barang tersebut di dalam bagasi atau bahkan di dalam tubuh mereka.

Di Inggris, situasi ini semakin rumit oleh munculnya sindikat penyelundupan yang melibatkan tokoh terkenal, termasuk pemain bola Jay Emmanuel-Thomas.

Pemain yang pernah bersinar di Arsenal sebelum melanjutkan kariernya di klub-klub Thailand ini dilaporkan terlibat dalam jaringan yang menggunakan pengaruh mereka untuk mendistribusikan ganja ilegal. 

Keberadaan sindikat ini menunjukkan bagaimana pasar ganja ilegal dapat berinteraksi dengan dunia olahraga, menciptakan tantangan baru bagi penegakan hukum.

Sikap Inggris terhadap fenomena ini cukup kompleks. Meskipun ganja tetap ilegal di Inggris untuk penggunaan rekreasi, pemerintah dan penegak hukum mulai menghadapi kenyataan baru permintaan akan ganja dari luar negeri meningkat. 

Banyak warga Inggris yang secara aktif mencari produk ganja dari negara-negara yang lebih liberal dalam kebijakan mereka.

Ini menciptakan tantangan bagi otoritas yang berusaha menegakkan larangan, di saat yang sama harus mempertimbangkan bagaimana kebijakan mereka dapat berevolusi.

Sementara petani di Thailand mulai merasakan manfaat ekonomi dari legalisasi, tantangan baru muncul dalam mengatur pasar yang berkembang.

Pemerintah kini harus menyeimbangkan antara memberikan peluang bagi petani dan mencegah kebangkitan praktik ilegal yang merugikan.

Ganja di Asia Tenggara
Di Asia Tenggara, Malaysia dan Indonesia tetap mempertahankan hukum yang ketat terhadap ganja, tetapi ada perdebatan yang berkembang tentang potensi pemanfaatan ganja, terutama untuk penggunaan medis. 

Menurut artikel The Straits Times pada 2023 lalu, ada beberapa kalangan di Malaysia yang mulai menyerukan untuk mengeksplorasi pemanfaatan ganja dalam konteks medis dan ekonomi, meskipun saat ini kebijakan resmi masih sangat konservatif.

Tak terkecuali di Indonesia, bahkan ada beberapa kalangan dan juga calon legislatif yang pernah menyuarakan agar ganja dilegalkan untuk perekonomian negara. 

Riset terbaru Global Cannabis Report 2023 menunjukkan pasar ganja di Asia Tenggara, diperkirakan akan tumbuh sebesar 40% dalam lima tahun ke depan.

Hal ini didorong oleh meningkatnya kesadaran akan manfaat medis ganja serta potensi ekonominya. 

Sebuah studi dari The Economic Journal juga mengindikasikan legalisasi ganja dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian negara, termasuk pajak yang dapat digunakan untuk mendanai program kesehatan dan pendidikan.

Di Malaysia walaupun masih memiliki larangan ketat, dorongan untuk penelitian dan eksplorasi lebih lanjut tentang ganja medis terus meningkat.

Banyak yang percaya mengubah pandangan terhadap ganja bisa membuka peluang ekonomi baru dan meningkatkan kesehatan masyarakat.

Tren di Eropa
Sementara itu, di Eropa, Jerman baru-baru ini mengambil langkah berani untuk melegalkan ganja untuk penggunaan rekreasi, menjadikannya negara terbesar di Uni Eropa yang melakukannya. 

Melansir Le Monde pada April lalu, keputusan Jerman ini diharapkan dapat memicu gelombang legalisasi di negara-negara tetangga.

Jerman bukan hanya berupaya mengatur penggunaan ganja, tetapi juga berharap dapat memanfaatkan potensi ekonominya. 

Pajak yang dihasilkan dari industri ini dapat dialokasikan untuk mendanai program-program sosial dan kesehatan.

Keputusan ini merupakan tonggak penting dalam perjalanan Jerman menuju regulasi yang lebih efektif dan adil.

Pemerintah Jerman percaya dengan menyediakan akses legal, mereka dapat mengurangi beban pada sistem peradilan dan melindungi pengguna dari dampak negatif pasar gelap.

Dalam panduan terbaru yang diterbitkan oleh Forbes pada Maret 2024, tren legalisasi ganja di Eropa menunjukkan variasi besar antara negara-negara.

Sementara Belanda dan Portugal telah lebih dulu membuka jalan dengan kebijakan yang lebih lunak, banyak negara lain masih berjuang dengan stigma dan ketakutan akan penyalahgunaan. 

Visual Capitalist mencatat saat ini, setidaknya 26 negara di seluruh dunia telah melegalkan ganja untuk penggunaan rekreasi.

Negara-negara tersebut termasuk Kanada, Uruguay, Amerika Serikat (beberapa negara bagian yang melegalkan), Jerman, Belanda, Portugal, Malta dan Spanyol.

Sebagian besar negara ini memanfaatkan regulasi yang berbeda untuk mengatur penggunaan dan distribusi ganja, menciptakan lanskap yang kompleks dan masing-masing negara mengambil pendekatan berbeda.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 07 Oktober 2024

Era Baru Ganja, dari Larangan ke Perdagangan Asia dan Eropa

Ganja mengalami transformasi signifikan dari barang terlarang menjadi komoditas legal di berbagai negara, dengan Thailand dan Jerman sebagai pelopor

Ilustrasi industri ganja/Debanked

Context.id, JAKARTA - Dalam beberapa tahun terakhir, ganja telah bertransformasi dari barang haram menjadi komoditas yang semakin diterima di berbagai belahan dunia.

Dari penyelundupan di Asia Tenggara hingga legalisasi di Eropa, perkembangan ini mencerminkan perubahan mendalam dalam pandangan masyarakat dan kebijakan pemerintah.

Melansir dari South China Morning Post (SCMP), Minggu (6/10) Thailand, yang dikenal dengan hukum ketatnya terhadap narkoba, telah melakukan lompatan besar dengan melegalkan ganja untuk penggunaan medis.

Keputusan ini tidak hanya memberikan akses legal bagi pasien, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi yang signifikan bagi negara.

Data menunjukkan bahwa industri ganja medis di Thailand diperkirakan akan menghasilkan pendapatan hingga US$1,2 miliar dalam beberapa tahun ke depan.



Saat ini banyak populasi petani yang mulai beralih ke budidaya ganja. Desa-desa kini merasa menemukan sumber pendapatan baru yang sebelumnya tidak ada. 

Beberapa petani seperti diulas SCMP melaporkan peningkatan pendapatan hingga 300% setelah beralih dari tanaman tradisional ke ganja.

Namun, langkah ini ternyata membawa konsekuensi yang tidak terduga. Dalam satu tahun terakhir, penyelundupan ganja ke Inggris telah mencapai rekor tertinggi.

Para pengedar, yang disebut sebagai drug mules, diingatkan akan risiko besar yang dihadapi dalam mengangkut barang ilegal ini. 

Penyelundupan ini sering kali melibatkan pengiriman ganja melalui jalur udara, di mana kurir dapat menyelundupkan barang tersebut di dalam bagasi atau bahkan di dalam tubuh mereka.

Di Inggris, situasi ini semakin rumit oleh munculnya sindikat penyelundupan yang melibatkan tokoh terkenal, termasuk pemain bola Jay Emmanuel-Thomas.

Pemain yang pernah bersinar di Arsenal sebelum melanjutkan kariernya di klub-klub Thailand ini dilaporkan terlibat dalam jaringan yang menggunakan pengaruh mereka untuk mendistribusikan ganja ilegal. 

Keberadaan sindikat ini menunjukkan bagaimana pasar ganja ilegal dapat berinteraksi dengan dunia olahraga, menciptakan tantangan baru bagi penegakan hukum.

Sikap Inggris terhadap fenomena ini cukup kompleks. Meskipun ganja tetap ilegal di Inggris untuk penggunaan rekreasi, pemerintah dan penegak hukum mulai menghadapi kenyataan baru permintaan akan ganja dari luar negeri meningkat. 

Banyak warga Inggris yang secara aktif mencari produk ganja dari negara-negara yang lebih liberal dalam kebijakan mereka.

Ini menciptakan tantangan bagi otoritas yang berusaha menegakkan larangan, di saat yang sama harus mempertimbangkan bagaimana kebijakan mereka dapat berevolusi.

Sementara petani di Thailand mulai merasakan manfaat ekonomi dari legalisasi, tantangan baru muncul dalam mengatur pasar yang berkembang.

Pemerintah kini harus menyeimbangkan antara memberikan peluang bagi petani dan mencegah kebangkitan praktik ilegal yang merugikan.

Ganja di Asia Tenggara
Di Asia Tenggara, Malaysia dan Indonesia tetap mempertahankan hukum yang ketat terhadap ganja, tetapi ada perdebatan yang berkembang tentang potensi pemanfaatan ganja, terutama untuk penggunaan medis. 

Menurut artikel The Straits Times pada 2023 lalu, ada beberapa kalangan di Malaysia yang mulai menyerukan untuk mengeksplorasi pemanfaatan ganja dalam konteks medis dan ekonomi, meskipun saat ini kebijakan resmi masih sangat konservatif.

Tak terkecuali di Indonesia, bahkan ada beberapa kalangan dan juga calon legislatif yang pernah menyuarakan agar ganja dilegalkan untuk perekonomian negara. 

Riset terbaru Global Cannabis Report 2023 menunjukkan pasar ganja di Asia Tenggara, diperkirakan akan tumbuh sebesar 40% dalam lima tahun ke depan.

Hal ini didorong oleh meningkatnya kesadaran akan manfaat medis ganja serta potensi ekonominya. 

Sebuah studi dari The Economic Journal juga mengindikasikan legalisasi ganja dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian negara, termasuk pajak yang dapat digunakan untuk mendanai program kesehatan dan pendidikan.

Di Malaysia walaupun masih memiliki larangan ketat, dorongan untuk penelitian dan eksplorasi lebih lanjut tentang ganja medis terus meningkat.

Banyak yang percaya mengubah pandangan terhadap ganja bisa membuka peluang ekonomi baru dan meningkatkan kesehatan masyarakat.

Tren di Eropa
Sementara itu, di Eropa, Jerman baru-baru ini mengambil langkah berani untuk melegalkan ganja untuk penggunaan rekreasi, menjadikannya negara terbesar di Uni Eropa yang melakukannya. 

Melansir Le Monde pada April lalu, keputusan Jerman ini diharapkan dapat memicu gelombang legalisasi di negara-negara tetangga.

Jerman bukan hanya berupaya mengatur penggunaan ganja, tetapi juga berharap dapat memanfaatkan potensi ekonominya. 

Pajak yang dihasilkan dari industri ini dapat dialokasikan untuk mendanai program-program sosial dan kesehatan.

Keputusan ini merupakan tonggak penting dalam perjalanan Jerman menuju regulasi yang lebih efektif dan adil.

Pemerintah Jerman percaya dengan menyediakan akses legal, mereka dapat mengurangi beban pada sistem peradilan dan melindungi pengguna dari dampak negatif pasar gelap.

Dalam panduan terbaru yang diterbitkan oleh Forbes pada Maret 2024, tren legalisasi ganja di Eropa menunjukkan variasi besar antara negara-negara.

Sementara Belanda dan Portugal telah lebih dulu membuka jalan dengan kebijakan yang lebih lunak, banyak negara lain masih berjuang dengan stigma dan ketakutan akan penyalahgunaan. 

Visual Capitalist mencatat saat ini, setidaknya 26 negara di seluruh dunia telah melegalkan ganja untuk penggunaan rekreasi.

Negara-negara tersebut termasuk Kanada, Uruguay, Amerika Serikat (beberapa negara bagian yang melegalkan), Jerman, Belanda, Portugal, Malta dan Spanyol.

Sebagian besar negara ini memanfaatkan regulasi yang berbeda untuk mengatur penggunaan dan distribusi ganja, menciptakan lanskap yang kompleks dan masing-masing negara mengambil pendekatan berbeda.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Apakah Asteroid yang Kaya Logam Mulia Ribuan Triliun Dolar Bisa Ditambang?

Sebuah wahana antariksa sedang dalam perjalanan menuju sebuah asteroid yang mungkin mengandung logam berharga senilai sekitar US 100 ribu kuadrili ...

Context.id . 22 November 2024

Sertifikasi Halal Perkuat Daya Saing Produk Dalam Negeri

Sertifikasi halal menjadi salah satu tameng bagi pengusaha makanan dan minuman dari serbuan produk asing.

Noviarizal Fernandez . 22 November 2024

Paus Fransiskus Bakal Kanonisasi Carlo Acutis, Santo Millenial Pertama

Paus Fransiskus akan mengkanonisasi Carlo Acutis pada 27 April 2025, menjadikannya santo millenial pertama dan simbol kesatuan iman dengan dunia d ...

Context.id . 22 November 2024

Benar-benar Komedi, Pisang Dilakban Bisa Dilelang hingga Rp98,8 Miliar

Karya seni konseptual pisang karya Maurizio Cattelan, \"Comedian,\" saat dilelang di rumah lelang Sotheby’s jatuh ke tangan seorang pengusaha kr ...

Context.id . 22 November 2024