Stories - 16 June 2022

Terburuk di Dunia, Udara Jakarta Bisa Memperpendek Umur

Lembaga pendata kualitas udara, IQ Air mencatat, pada hari Rabu (15/6/2022) pukul 11.00 WIB, kualitas udara Jakarta jadi yang terburuk di dunia.


Polusi udara di Kota Jakarta membuat langin tampak seperti berkabut. - Bisnis -

Context, JAKARTA - Beberapa hari terakhir ini warga Jakarta sempat “tertipu” dengan udara Jakarta. Dikira mendung seharian atau berkabut di pagi hari, ternyata yang dilihat itu adalah polusi. 

Lembaga pendata kualitas udara, IQ Air mencatat, pada hari Rabu (15/6/2022) pukul 11.00 WIB, kualitas udara Jakarta jadi yang terburuk di dunia. Indeks kualitas udara Kota Jakarta saat itu ada di angka 188, yang artinya tercatat sebagai kategori tidak sehat. 

Menurut IQ Air, sebuah wilayah atau kota bisa dikategorikan tidak sehat jika indeks kualitas udaranya ada di angka 151 hingga 200. Menyusul Jakarta, ada Dubai dengan indeks 160 dan Santiago dengan indeks sebesar 158.

Selain indeks yang besar, konsentrasi polutan Partikulat Matter (PM) Jakarta berada di angka 2,5. Angka tersebut 25,5 kali lebih besar dari angka standar yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO). 


Upaya yang Telah Dilakukan Jakarta

Sebelum kualitas udara Jakarta kembali jadi yang terburuk di dunia, Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto sudah pernah menghimbau kepada warga Jakarta untuk membantu menjaga kualitas udara. Hal ini ia sampaikan pada hari Minggu (5/6/2022) yang lalu.

Menurut Asep, ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi polusi udara, salah satunya adalah dengan beralih ke transportasi umum. 

“Kami juga terus berupaya memindahkan penggunaan sarana kendaraan pribadi ke transportasi publik,” kata Asep.

Selama ini, asap dari kendaraan bermotor memang selalu menjadi salah satu penyebab utama buruknya kualitas udara di perkotaan. Alasannya, dalam asap kendaraan bermotor tersebut mengandung sulfur dioksida yang sangat berbahaya dan bisa mengganggu sistem pernapasan.

Saat ini belum ada catatan resmi mengenai berapa jumlah kendaraan yang ada di Jakarta. Tapi pada 2020, Badan Pusat Statistik (BPS) pernah mencatat ada 20.221.821 kendaraan yang ada di Jakarta. Itu belum termasuk dengan kendaraan komuter yang pemiliknya bekerja di Jakarta. Coba bayangkan berapa besarnya polusi udara yang dihasilkan. 

Untuk memudahkan peralihan dari kendaraan pribadi ke transportasi umum, Pemprov DKI sudah menyusun rute transportasi umum yang terintegrasi. Nantinya, pengguna KRL bisa terintegrasi dengan Transjakarta, MRT Jakarta, LRT Jakarta, dan transportasi umum lainnya.

Asep Kuswanto juga menyarankan agar warga Jakarta melakukan uji emisi kendaraan agar asap knalpot kendaraan mereka tidak semakin mencemari kualitas udara.

“Di Jakarta juga sedang kami galakkan dan kami harapkan masyarakat untuk melakukan uji emisi kendaraan,” imbau Asep.

Selain menyarankan peralihan ke transportasi umum, Asep juga mengatakan kalau Pemprov DKI saat ini sedang membangun berbagai taman untuk ruang terbuka hijau. Dari taman-taman yang asri ini, diharapkan akan membantu memperbaiki kualitas udara Jakarta agar lebih baik.


Bisa Memperpendek Umur

Dampak dari buruknya kualitas udara yang ada ini tidak sepele, karena sangat berkaitan dengan kesehatan seseorang. Menurut penelitian yang dilakukan oleh University of Chicago’s Energy Policy Institute, kualitas udara yang tercemar oleh asap berbahan bakar fosil bisa memperpendek umur seseorang di seluruh dunia lebih dari 2 tahun. 

Sebaliknya, kualitas udara yang baik bisa memperpanjang umur seseorang. Penelitian yang dilakukan di wilayah Asia Selatan menyebutkan jika orang-orang yang hidup di tempat dengan kualitas udara yang baik, bisa hidup 5 tahun lebih lama dibandingkan orang yang tinggal di tempat dengan kualitas udara yang buruk. 

Hal seperti ini mungkin saja bisa terjadi di Kota Jakarta. Melihat, label kota dengan kualitas udara terburuk di dunia ini tidak kali ini aja didapatkan. Sebelumnya pada tahun 2017, data kualitas udara Jakarta mencapai 29,7 mikrogram per meter kubik. Lalu di tahun 2018, meningkat tajam menjadi 45,3 mikrogram per meter kubik. 

Di tahun 2019 meningkat lagi menjadi 49,4 mikrogram per meter kubik. Sempat membaik di tahun 2020-2021 karena adanya PSBB dan PPKM, kualitas udara Jakarta memburuk lagi di tahun 2022 ini akibat kembalinya jutaan orang ke jalanan.


Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Putri Dewi

MORE  STORIES

Jam Kerja Rendah Tapi Produktivitas Tinggi, Berkaca dari Jerman

Data OECD menunjukkan bmeskipun orang Jerman hanya bekerja rata-rata 1.340 jam per tahun, partisipasi perempuan yang tinggi dan regulasi bagus mem ...

Context.id | 29-10-2024

Konsep Adrenal Fatigue Hanyalah Mitos dan Bukan Diagnosis yang Sahih

Konsep adrenal fatigue adalah mitos tanpa dasar ilmiah dan bukan diagnosis medis sah yang hanyalah trik marketing dari pendengung

Context.id | 29-10-2024

Dari Pengusaha Menjadi Sosok Dermawan; Tren Filantropis Pendiri Big Tech

Banyak yang meragukan mengapa para taipan Big Tech menjadi filantropi, salah satunya tudingan menghindari pajak

Context.id | 28-10-2024

Dari Barak ke Ruang Rapat: Sepak Terjang Lulusan Akmil dan Akpol

Para perwira lulusan Akmil dan Akpol memiliki keterampilan kepemimpinan yang berharga untuk dunia bisnis dan pemerintahan.

Context.id | 28-10-2024