Share

Stories 26 Agustus 2024

Penghayat Kepercayaan Harapkan Dukungan Pemerintah

Komunitas penghayat kepercayaan sebagai minoritas punya peran penting menjaga keberagaman budaya dan spiritual di Indonesia.

Sarasehan penghayat kepercayan kepada Tuhan Yang Maha Eas di Surabaya, belum lama ini.

Context.id, JAKARTA - Penghayat kepercayaan di Indonesia menghadapi beragam tantangan sehingga dukungan yang lebih kuat dari Pemerintah sangat diperlukan.

Hal itu turut mewarnai sarasehat nasional kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang digelar di Surabaya, belum lama ini.

Dalam sarasehan itu, para peserta menyadari di tengah dinamika sosial dan budaya yang terus berkembang, keberlanjutan dalam pengelolaan penghayat kepercayaan menjadi salah satu fokus utama.

Penghayat kepercayaan merupakan kelompok masyarakat yang memiliki sistem keyakinan dan praktik spiritual yang berbeda dari agama-agama mayoritas di Indonesia.

Meski minoritas, peran mereka dalam menjaga keberagaman budaya dan spiritual di Indonesia sangatlah signifikan.



Kelompok-kelompok penghayat kepercayaan mengandung nilai-nilai luhur yang diwariskan turun-temurun, yang tak hanya memiliki arti penting bagi komunitasnya tetapi juga berkontribusi pada kekayaan budaya bangsa.

Sri Hartini, pamong budaya ahli utama dari Direktorat Jenderal Kebudayaan (Ditjen Kebudayaan) Kemdikbud-Ristek berharap direktoratnya naik kelas jadi Kementerian Kebudayaan.

Pernyataan ini, tuturnya, tidak hanya sekadar ambisi institusional, tetapi juga mencerminkan kebutuhan mendesak akan penguatan struktur kelembagaan untuk menjamin keberlanjutan dalam pengelolaan penghayat kepercayaan di Indonesia.

Menurutnya, selama bertahun-tahun, penghayat kepercayaan menghadapi berbagai tantangan, mulai dari stigma sosial hingga pengakuan hukum yang terbatas.

Angin segar bagi komunitas ini muncul setelah adanya putusan Mahkamah Konstitusi (MK) pada 2017 yang mengakui penghayat kepercayaan dalam kartu tanda penduduk.

Meski begitu, keberlanjutan dalam upaya pengelolaan dan dukungan bagi penghayat kepercayaan tetap menjadi kebutuhan mendesak.

“Keberlanjutan ini tidak hanya penting bagi kelestarian budaya, tetapi juga untuk merajut persatuan dan memperkuat kesetaraan dalam keberagaman Indonesia,” terangnya.

Joko Witono dari komunitas Budha Jawi Wisnu menegaskan perlunya langkah yang besar dari Direktorat Jenderal Kebudayaan untuk menyelamatkan akar budaya bangsa melalui kepercayaan dan masyarakat adat.

“Konsep pembangunan yang penting ini adalah serap aspirasinya dari bawah yakni bottom up, bukan top down. Jadi saya berharap direktorat ini turun kebawah jangan hanya berdasarkan laporan,” ucapnya.

Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid menekankan ajaran penghayat kepercayaan memiliki potensi besar untuk berkontribusi dalam menjaga ketahanan sosial dan budaya, serta memberikan solusi bagi berbagai tantangan global.

“Direktorat Jenderal Kebudayaan harus lebih optimal dalam memastikan hak-hak para penghayat kepercayaan diakui dan dihormati, sekaligus memfasilitasi mereka dalam menghadapi perubahan zaman,” jelasnya.



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 26 Agustus 2024

Penghayat Kepercayaan Harapkan Dukungan Pemerintah

Komunitas penghayat kepercayaan sebagai minoritas punya peran penting menjaga keberagaman budaya dan spiritual di Indonesia.

Sarasehan penghayat kepercayan kepada Tuhan Yang Maha Eas di Surabaya, belum lama ini.

Context.id, JAKARTA - Penghayat kepercayaan di Indonesia menghadapi beragam tantangan sehingga dukungan yang lebih kuat dari Pemerintah sangat diperlukan.

Hal itu turut mewarnai sarasehat nasional kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang digelar di Surabaya, belum lama ini.

Dalam sarasehan itu, para peserta menyadari di tengah dinamika sosial dan budaya yang terus berkembang, keberlanjutan dalam pengelolaan penghayat kepercayaan menjadi salah satu fokus utama.

Penghayat kepercayaan merupakan kelompok masyarakat yang memiliki sistem keyakinan dan praktik spiritual yang berbeda dari agama-agama mayoritas di Indonesia.

Meski minoritas, peran mereka dalam menjaga keberagaman budaya dan spiritual di Indonesia sangatlah signifikan.



Kelompok-kelompok penghayat kepercayaan mengandung nilai-nilai luhur yang diwariskan turun-temurun, yang tak hanya memiliki arti penting bagi komunitasnya tetapi juga berkontribusi pada kekayaan budaya bangsa.

Sri Hartini, pamong budaya ahli utama dari Direktorat Jenderal Kebudayaan (Ditjen Kebudayaan) Kemdikbud-Ristek berharap direktoratnya naik kelas jadi Kementerian Kebudayaan.

Pernyataan ini, tuturnya, tidak hanya sekadar ambisi institusional, tetapi juga mencerminkan kebutuhan mendesak akan penguatan struktur kelembagaan untuk menjamin keberlanjutan dalam pengelolaan penghayat kepercayaan di Indonesia.

Menurutnya, selama bertahun-tahun, penghayat kepercayaan menghadapi berbagai tantangan, mulai dari stigma sosial hingga pengakuan hukum yang terbatas.

Angin segar bagi komunitas ini muncul setelah adanya putusan Mahkamah Konstitusi (MK) pada 2017 yang mengakui penghayat kepercayaan dalam kartu tanda penduduk.

Meski begitu, keberlanjutan dalam upaya pengelolaan dan dukungan bagi penghayat kepercayaan tetap menjadi kebutuhan mendesak.

“Keberlanjutan ini tidak hanya penting bagi kelestarian budaya, tetapi juga untuk merajut persatuan dan memperkuat kesetaraan dalam keberagaman Indonesia,” terangnya.

Joko Witono dari komunitas Budha Jawi Wisnu menegaskan perlunya langkah yang besar dari Direktorat Jenderal Kebudayaan untuk menyelamatkan akar budaya bangsa melalui kepercayaan dan masyarakat adat.

“Konsep pembangunan yang penting ini adalah serap aspirasinya dari bawah yakni bottom up, bukan top down. Jadi saya berharap direktorat ini turun kebawah jangan hanya berdasarkan laporan,” ucapnya.

Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid menekankan ajaran penghayat kepercayaan memiliki potensi besar untuk berkontribusi dalam menjaga ketahanan sosial dan budaya, serta memberikan solusi bagi berbagai tantangan global.

“Direktorat Jenderal Kebudayaan harus lebih optimal dalam memastikan hak-hak para penghayat kepercayaan diakui dan dihormati, sekaligus memfasilitasi mereka dalam menghadapi perubahan zaman,” jelasnya.



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Haruskah Tetap Belajar Coding di Dunia AI?

Kamp pelatihan coding dulunya tampak seperti tiket emas menuju masa depan yang aman secara ekonomi. Namun, saat janji itu memudar, apa yang harus ...

Context.id . 25 November 2024

Menuju Pemulihan: Dua Ilmuwan Harvard Mencari Jalan Cepat Atasi Depresi

Depresi menjadi musuh yang sulit ditaklukkan karena pengobatannya butuh waktu panjang

Context.id . 24 November 2024

Hati-hati! Terlalu Banyak Duduk Rentan Terkena Serangan Jantung

Menurut penelitian terbaru meskipun kita rajin olahraga yang rutin jika tubuh tidak banyak bergerak dapat meningkatkan risiko gagal jantung hingga 60%

Context.id . 24 November 2024

Klaster AI Kempner Raih Predikat Superkomputer Hijau Tercepat di Dunia

Melalui peningkatan daya komputasi ini, kita dapat mempelajari lebih dalam bagaimana model generatif belajar untuk bernalar dan menyelesaikan tuga ...

Context.id . 23 November 2024