Share

Stories 01 Juli 2024

Operasi Kaki Prabowo dan Kecelakaan di Masa Lalu

Prabowo pernah mengalami kecelakaan di Jerman dan juga saat menjalani operasi tempur sehingga membuat kakinya cedera berkepanjangan

Prabowo 25 tahun lalu saat ingin terjun bebas dengan militer AS (Instagram/ prabowo)

Context.id, JAKARTA - Menteri Pertahanan yang juga presiden terpilih, Prabowo Subianto, selesai menjalani operasi cedera kaki di RSPPN Sudirman yang dilangsungkan pada pekan lalu. 

Operasi itu  untuk memulihkan cedera kaki yang dia alami sekitar empat dekade lalu. Prabowo bersyukur operasi yang disebutnya penuh risiko itu berjalan sukses.

“Puji syukur satu minggu lalu tim dokter berhasil melakukan tindakan medis untuk memulihkan cedera yang saya alami selama ini,” kata mantan Danjen Kopassus tersebut melalui akun instagramnya, Minggu (30/6) 

Cedera itulah yang selama ini membuat Prabowo terlihat berjalan pincang. Kondisi pincangnya kaki Prabowo sempat ramai dibahas saat menjelang Pilpres 2024 kemarin. 

“Seperti sudah diketahui banyak pihak, saya pernah mengalami dua kali kecelakaan terjun payung saat bertugas di TNI pada tahun 80an di kaki kiri saya, cedera ini selama ini masih saya rasakan,” ungkap Prabowo melalui unggahan tersebut.



Dalam sebuah siniar yang diunggah akun Instagram @dekade08, Prabowo bercerita bahwa kecelakaan dimaksud terjadi dalam latihan terjun payung di Jerman. 

Ya, pada awal 1981 Luhut Binsar Pandjaitan yang menjadi senior Prabowo di Kopassus dikirim ke Jerman Barat untuk belajar anti-teror. Luhut dan Prabowo akan belajar kepada pasukan Grenzschutzgruppe 9 (GSG 9), polisi perbatasan yang terlibat dalam upaya melawan kelompok Black September yang mengacau Olimpiade Munich 1972. 

Menurut Ken Conboy dalam Kopassus: Inside Indonesia's Special Forces, mereka berlatih di bulan April 1981 bersama lima orang dari Turki. Total masa pelatihan adalah 22 pekan. Semua berjalan baik hingga beberapa minggu kemudian sebuah musibah menghampiri Prabowo. 

“Ini merupakan pengalaman yang penuh cobaan, di mana Prabowo absen beberapa minggu setelah ia terjatuh dari rintangan dan kakinya cidera,” catat Ken Conboy. 

Kaki Prabowo patah. Mau tak mau, Luhut pun menerima “tugas” tambahan. Menurut Hendro Subroto dalam Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, Luhut yang menandatangani urusan medis untuk mengoperasi kaki Prabowo di Jerman. 

Maka, Prabowo pun bertahan di Jerman. Sebelas bulan kemudian, Luhut dan Prabowo berhasil menyelesaikan pendidikan itu. “Keduanya muncul dengan sayap kualifikasi GSG-9 di dada mereka,” tulis Ken Conboy. 

Tak hanya itu, ia juga pernah jatuh di sebuah tebing yang berada di daerah operasi militer. Di tebing itu, Prabowo tak mampu lagi menahan beban yang dibawa sambil berpegangan di pohon-pohon. Beruntung ia diselamatkan oleh anak buahnya.

Dari dua kecelakaan itu, tambah Prabowo, seluruhnya terjadi pada kaki yang sama. Namun, kala itu Prabowo yang masih berusia 30an tahun belum merasakan dampak apa-apa dan baru terasa belakangan ini. 

Namun, ada juga penuturan yang berbeda soal cedera kaki Prabowo. Jika mengacu pada buku yang ditulis oleh Hendro Subroto berjudul 'Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando' yang terbit pada 2009, cedera Prabowo dialami bersama dengan mantan Danjen Kopassus, Letjen (Purn) Sintong Panjaitan.

Pada 1981, Sintong dan Prabowo mengikuti latihan terjun payung Mobile Training Team (MTT) dari US Army's Special Forces yang anggotanya dari penerjun bebas kenamaan, Golden Knight. MTT melatih terjun bebas Kopassus di Mako Kopassus Cijantung, Jakarta.

Dalam buku itu dijelaskan Sintong dan Prabowo mengalami cedera kaki akibat latihan itu. "Kisahnya berawal ketika Sintong mengikuti latihan terjun bebas oleh MTT, Sintong dan Prabowo mengalami cedera kaki," tulis Hendro dalam bukunya.

Hendro menjelaskan, dalam bukunya, terjun bebas sesungguhnya bukan hal baru dalam latihan Kopassus. Namun, akibat cedera kaki itu, kedua anggota Kopassus itu harus dirawat di RSPAD Gatot Soebroto selama dua minggu.

Kopassus atau Komando Pasukan Khusus adalah pasukan elite milik TNI AD yang sangat disegani. Untuk dapat menjadi prajuritnya, seseorang wajib memiliki keahlian atau skill, mulai dari bela diri memanah hingga terjun payung. 

Kendati dari matra darat, anggota Kopassus harus memiliki keahlian terjun payung. Jadi keahlian ini bukan hanya dimiliki pasukan khusus dari matra udara, tapi juga darat. 

Latihan Airborne atau terjun payung melatih para prajurit untuk terjun dari pesawat dengan ketinggian tertentu dan mendarat di zona sasaran. Latihan ini membutuhkan keberanian, ketenangan, dan kekuatan.

Sebagai anggota Kopassus, Prabowo muda tentunya pernah mengikuti latihan ini yang pada akhirnya sempat membuat kakinya cedera parah hingga harus dioperasi. 



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 01 Juli 2024

Operasi Kaki Prabowo dan Kecelakaan di Masa Lalu

Prabowo pernah mengalami kecelakaan di Jerman dan juga saat menjalani operasi tempur sehingga membuat kakinya cedera berkepanjangan

Prabowo 25 tahun lalu saat ingin terjun bebas dengan militer AS (Instagram/ prabowo)

Context.id, JAKARTA - Menteri Pertahanan yang juga presiden terpilih, Prabowo Subianto, selesai menjalani operasi cedera kaki di RSPPN Sudirman yang dilangsungkan pada pekan lalu. 

Operasi itu  untuk memulihkan cedera kaki yang dia alami sekitar empat dekade lalu. Prabowo bersyukur operasi yang disebutnya penuh risiko itu berjalan sukses.

“Puji syukur satu minggu lalu tim dokter berhasil melakukan tindakan medis untuk memulihkan cedera yang saya alami selama ini,” kata mantan Danjen Kopassus tersebut melalui akun instagramnya, Minggu (30/6) 

Cedera itulah yang selama ini membuat Prabowo terlihat berjalan pincang. Kondisi pincangnya kaki Prabowo sempat ramai dibahas saat menjelang Pilpres 2024 kemarin. 

“Seperti sudah diketahui banyak pihak, saya pernah mengalami dua kali kecelakaan terjun payung saat bertugas di TNI pada tahun 80an di kaki kiri saya, cedera ini selama ini masih saya rasakan,” ungkap Prabowo melalui unggahan tersebut.



Dalam sebuah siniar yang diunggah akun Instagram @dekade08, Prabowo bercerita bahwa kecelakaan dimaksud terjadi dalam latihan terjun payung di Jerman. 

Ya, pada awal 1981 Luhut Binsar Pandjaitan yang menjadi senior Prabowo di Kopassus dikirim ke Jerman Barat untuk belajar anti-teror. Luhut dan Prabowo akan belajar kepada pasukan Grenzschutzgruppe 9 (GSG 9), polisi perbatasan yang terlibat dalam upaya melawan kelompok Black September yang mengacau Olimpiade Munich 1972. 

Menurut Ken Conboy dalam Kopassus: Inside Indonesia's Special Forces, mereka berlatih di bulan April 1981 bersama lima orang dari Turki. Total masa pelatihan adalah 22 pekan. Semua berjalan baik hingga beberapa minggu kemudian sebuah musibah menghampiri Prabowo. 

“Ini merupakan pengalaman yang penuh cobaan, di mana Prabowo absen beberapa minggu setelah ia terjatuh dari rintangan dan kakinya cidera,” catat Ken Conboy. 

Kaki Prabowo patah. Mau tak mau, Luhut pun menerima “tugas” tambahan. Menurut Hendro Subroto dalam Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, Luhut yang menandatangani urusan medis untuk mengoperasi kaki Prabowo di Jerman. 

Maka, Prabowo pun bertahan di Jerman. Sebelas bulan kemudian, Luhut dan Prabowo berhasil menyelesaikan pendidikan itu. “Keduanya muncul dengan sayap kualifikasi GSG-9 di dada mereka,” tulis Ken Conboy. 

Tak hanya itu, ia juga pernah jatuh di sebuah tebing yang berada di daerah operasi militer. Di tebing itu, Prabowo tak mampu lagi menahan beban yang dibawa sambil berpegangan di pohon-pohon. Beruntung ia diselamatkan oleh anak buahnya.

Dari dua kecelakaan itu, tambah Prabowo, seluruhnya terjadi pada kaki yang sama. Namun, kala itu Prabowo yang masih berusia 30an tahun belum merasakan dampak apa-apa dan baru terasa belakangan ini. 

Namun, ada juga penuturan yang berbeda soal cedera kaki Prabowo. Jika mengacu pada buku yang ditulis oleh Hendro Subroto berjudul 'Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando' yang terbit pada 2009, cedera Prabowo dialami bersama dengan mantan Danjen Kopassus, Letjen (Purn) Sintong Panjaitan.

Pada 1981, Sintong dan Prabowo mengikuti latihan terjun payung Mobile Training Team (MTT) dari US Army's Special Forces yang anggotanya dari penerjun bebas kenamaan, Golden Knight. MTT melatih terjun bebas Kopassus di Mako Kopassus Cijantung, Jakarta.

Dalam buku itu dijelaskan Sintong dan Prabowo mengalami cedera kaki akibat latihan itu. "Kisahnya berawal ketika Sintong mengikuti latihan terjun bebas oleh MTT, Sintong dan Prabowo mengalami cedera kaki," tulis Hendro dalam bukunya.

Hendro menjelaskan, dalam bukunya, terjun bebas sesungguhnya bukan hal baru dalam latihan Kopassus. Namun, akibat cedera kaki itu, kedua anggota Kopassus itu harus dirawat di RSPAD Gatot Soebroto selama dua minggu.

Kopassus atau Komando Pasukan Khusus adalah pasukan elite milik TNI AD yang sangat disegani. Untuk dapat menjadi prajuritnya, seseorang wajib memiliki keahlian atau skill, mulai dari bela diri memanah hingga terjun payung. 

Kendati dari matra darat, anggota Kopassus harus memiliki keahlian terjun payung. Jadi keahlian ini bukan hanya dimiliki pasukan khusus dari matra udara, tapi juga darat. 

Latihan Airborne atau terjun payung melatih para prajurit untuk terjun dari pesawat dengan ketinggian tertentu dan mendarat di zona sasaran. Latihan ini membutuhkan keberanian, ketenangan, dan kekuatan.

Sebagai anggota Kopassus, Prabowo muda tentunya pernah mengikuti latihan ini yang pada akhirnya sempat membuat kakinya cedera parah hingga harus dioperasi. 



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Inovasi Kesehatan Mental: Mengobati Depresi Melalui Aplikasi Digital

Aplikasi Rejoyn menawarkan solusi inovatif untuk mengobati depresi dengan latihan emosional yang \"mereset \" sirkuit otak

Context.id . 30 October 2024

Lewat Pertukaran Pelajar, Hubungan Indonesia-Kazakhstan Makin Erat

Hubungan Indonesia-Kazakhstan semakin erat melalui acara \"Kazakhstan-Indonesia Friendship Society\" dan program pertukaran pelajar untuk generasi ...

Helen Angelia . 30 October 2024

Jam Kerja Rendah Tapi Produktivitas Tinggi, Berkaca dari Jerman

Data OECD menunjukkan bmeskipun orang Jerman hanya bekerja rata-rata 1.340 jam per tahun, partisipasi perempuan yang tinggi dan regulasi bagus mem ...

Context.id . 29 October 2024

Konsep Adrenal Fatigue Hanyalah Mitos dan Bukan Diagnosis yang Sahih

Konsep adrenal fatigue adalah mitos tanpa dasar ilmiah dan bukan diagnosis medis sah yang hanyalah trik marketing dari pendengung

Context.id . 29 October 2024