Teknologi Biobank IPB Bantu Konservasi Satwa Langka
Pemerintah terus mengupayakan berbagai langkah konservasi termasuk pemanfaatan teknologi biobank buatan IPB.
Context.id, JAKARTA - Populasi satwa langka Indonesia yang terancam punah semakin meningkat. Pemerintah terus mengupayakan berbagai langkah konservasi termasuk pemanfaatan teknologi biobank buatan IPB.
Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK Satyawan Pudyatmoko mengatakan jika pemerintah saat ini telah bekerja sama dengan IPB untuk mendirikan biobank atau bank hayati yang menyimpan kekayaan genetik dari spesies langka yang masuk jajaran spesies terancam punah.
Biobank menggunakan teknologi asistensi reproduksi hasil kerja sama IPB dan Leibniz Institute Jerman yang digunakan untuk mendorong penambahan populasi satwa-satwa terancam punah.
Ancaman kepunahan satwa tidak hanya dipicu ancaman eksternal seperti degradasi habitat maupun potensi perburuan, tetapi juga ancaman internal berupa kondisi genetik dan reproduksi.
“Teknologi Biobank ini baik untuk badak jawa, badak sumatra, banteng, harimau dan satwa-satwa karismatik yang lain,” jelas Satyawan, seperti dikutip, Kamis, (16/5).
BACA JUGA
Satyawan juga mengatakan jika penggunaan teknologi ini tidak hanya untuk satwa karismatik, tetapi juga menyasar pada hewan endemik Indonesia yang masuk dalam daftar terancam punah.
Tak hanya itu, Rimbawan 53 tahun itu juga menjelaskan bahwa tak hanya penurunan populasi satwa terancam punah saja yang terjadi, tetapi juga ada beberapa satwa lain yang mengalami peningkatan populasi dalam beberapa tahun terakhir.
“Ada beberapa berita gembira peningkatan populasi misalnya jalak bali dari 31 pada 2015 menjadi 191, lalu badak jawa dengan tekanan yang sangat berat masih ada peningkatan dari 63 ekor pada 2015 menjadi 72 ekor pada 2019.” kata Pudyatmoko.
Bahkan tren kenaikan populasi itu juga dialami oleh harimau sumatera dengan nama latin Panthera Tigris Sumatrae yang mengalami kenaikan dari hanya 180 ekor pada 2015 menjadi 220 ekor pada tahun 2018.
Satyawan mengatakan akan terus mencari potensi bioprospeksi atau sebuah upaya eksplorasi, ekstraksi, dan penapisan sumber daya alam hayati untuk menghasilkan produk bernilai ekonomi tinggi dari pemanfaatan spesies endemik ini.
Terlebih lagi menurutnya bioprospeksi ini juga termasuk sebagai sebuah usaha mematenkan inovasi teknologi tepat guna demi mencegah pembajakan biologi atau biopiracy di masa yang akan datang.
Penulis: Candra Soemirat
RELATED ARTICLES
Teknologi Biobank IPB Bantu Konservasi Satwa Langka
Pemerintah terus mengupayakan berbagai langkah konservasi termasuk pemanfaatan teknologi biobank buatan IPB.
Context.id, JAKARTA - Populasi satwa langka Indonesia yang terancam punah semakin meningkat. Pemerintah terus mengupayakan berbagai langkah konservasi termasuk pemanfaatan teknologi biobank buatan IPB.
Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK Satyawan Pudyatmoko mengatakan jika pemerintah saat ini telah bekerja sama dengan IPB untuk mendirikan biobank atau bank hayati yang menyimpan kekayaan genetik dari spesies langka yang masuk jajaran spesies terancam punah.
Biobank menggunakan teknologi asistensi reproduksi hasil kerja sama IPB dan Leibniz Institute Jerman yang digunakan untuk mendorong penambahan populasi satwa-satwa terancam punah.
Ancaman kepunahan satwa tidak hanya dipicu ancaman eksternal seperti degradasi habitat maupun potensi perburuan, tetapi juga ancaman internal berupa kondisi genetik dan reproduksi.
“Teknologi Biobank ini baik untuk badak jawa, badak sumatra, banteng, harimau dan satwa-satwa karismatik yang lain,” jelas Satyawan, seperti dikutip, Kamis, (16/5).
BACA JUGA
Satyawan juga mengatakan jika penggunaan teknologi ini tidak hanya untuk satwa karismatik, tetapi juga menyasar pada hewan endemik Indonesia yang masuk dalam daftar terancam punah.
Tak hanya itu, Rimbawan 53 tahun itu juga menjelaskan bahwa tak hanya penurunan populasi satwa terancam punah saja yang terjadi, tetapi juga ada beberapa satwa lain yang mengalami peningkatan populasi dalam beberapa tahun terakhir.
“Ada beberapa berita gembira peningkatan populasi misalnya jalak bali dari 31 pada 2015 menjadi 191, lalu badak jawa dengan tekanan yang sangat berat masih ada peningkatan dari 63 ekor pada 2015 menjadi 72 ekor pada 2019.” kata Pudyatmoko.
Bahkan tren kenaikan populasi itu juga dialami oleh harimau sumatera dengan nama latin Panthera Tigris Sumatrae yang mengalami kenaikan dari hanya 180 ekor pada 2015 menjadi 220 ekor pada tahun 2018.
Satyawan mengatakan akan terus mencari potensi bioprospeksi atau sebuah upaya eksplorasi, ekstraksi, dan penapisan sumber daya alam hayati untuk menghasilkan produk bernilai ekonomi tinggi dari pemanfaatan spesies endemik ini.
Terlebih lagi menurutnya bioprospeksi ini juga termasuk sebagai sebuah usaha mematenkan inovasi teknologi tepat guna demi mencegah pembajakan biologi atau biopiracy di masa yang akan datang.
Penulis: Candra Soemirat
POPULAR
RELATED ARTICLES