Cara Tepat Ajarkan Anak Puasa Ramadan ala Kak Seto
Anak-anak yang belajar berpuasa tentunya memerlukan perhatian khusus dari orang tua agar tak merasa kesulitan
Context.id, JAKARTA - Bulan suci Ramadan menjadi momentum untuk berkumpul menjalankan ibadah puasa bersama keluarga, termasuk mengajarkan anak untuk belajar menjalankan ibadah puasa sebagai salah satu kewajiban umat muslim.
Anak-anak yang belajar berpuasa tentunya memerlukan perhatian khusus dari orang tua agar tak merasa kesulitan dan menghindari dampak buruk terhadap fisik dan mental anak.
Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) sekaligus psikolog anak Seto Mulyadi atau yang akrab disapa Kak Seto membagikan tips agar anak dapat belajar berpuasa di Bulan Ramadan dengan baik.
Kak Seto menyebut anak-anak adalah sosok peniru terbaik di dunia, sehingga orang tua dan keluarga wajib memberikan teladan melalui contoh yang baik jika ingin mengajarkan ibadah puasa kepada anak.
Meskipun berpuasa dapat diajarkan kepada anak sejak usia dini, tetapi orang tua diminta untuk memperhatikan kebutuhan anak agar tetap terpenuhi.
“Nah, ini memang bisa dimulai sebetulnya pada usia-usia awal itu sekitar 3-4 tahun ya, tetapi tadi, dengan contoh-contoh saja. Misalnya mengajak anak ikut sahur, tapi juga mengajak anak untuk tidur lebih awal. Sehingga, waktu tidur anak tidak terganggu,” jelas Kak Seto.
Kak Seto menambahkan, kunci dari mengajarkan anak melaksanakan puasa adalah dengan membangun suasana yang nyaman dan bersahabat bagi anak agar proses belajarnya menjadi efektif.
Ibadah puasa merupakan salah satu ibadah yang cukup berat untuk dijalani oleh anak-anak, sehingga diperlukan lingkungan yang mendukung tanpa adanya paksaan.
“Ciptakan suasana yang penuh persahabatan, jadi tidak dengan cara kekerasan, bentakan, pelototan mata, dan sebagainya. Jadi anak menikmati itu semua sebagai proses belajar yang indah,” lanjutnya.
Menurutnya, ibadah puasa juga dapat menjadi momen untuk mengajarkan anak cara mengendalikan diri dan emosi.
Anak dapat belajar untuk mengelola emosinya secara cerdas karena dengan puasa mewajibkan kita untuk menahan diri dan mengontrol emosi.
“Kalau anak misalnya marah, sedih, atau kecewa, itu belajar diungkapkan dengan tenang. Itu yang paling utama, punya pengendalian emosi dan pengendalian diri,” terang Kak Seto.
Selain itu, Kak Seto menekankan bahwa cara komunikasi orang tua adalah kunci dari keberhasilan mengajarkan anak berpuasa.
Seringkali komunikasi yang otoriter orang tua dengan menekan anak justru berpotensi membuat anak gagal belajar dan malah mencari pelarian.
Kak Seto menyarankan orang tua untuk berkomunikasi dua arah dan meminta feedback dari anak terkait kesulitan yang dihadapi saat belajar berpuasa.
Adapun, Kak Seto menyebut Ramadan adalah momen paling tepat untuk orang tua bisa meningkatkan kedekatan hubungannya dengan anak-anak.
Budaya kumpul dan kedekatan dengan keluarga yang ada di bulan Ramadan dapat menjadi momentum agar anak bisa belajar beribadah dan melakukan kegiatan positif.
Penulis: Ridho Danu
RELATED ARTICLES
Cara Tepat Ajarkan Anak Puasa Ramadan ala Kak Seto
Anak-anak yang belajar berpuasa tentunya memerlukan perhatian khusus dari orang tua agar tak merasa kesulitan
Context.id, JAKARTA - Bulan suci Ramadan menjadi momentum untuk berkumpul menjalankan ibadah puasa bersama keluarga, termasuk mengajarkan anak untuk belajar menjalankan ibadah puasa sebagai salah satu kewajiban umat muslim.
Anak-anak yang belajar berpuasa tentunya memerlukan perhatian khusus dari orang tua agar tak merasa kesulitan dan menghindari dampak buruk terhadap fisik dan mental anak.
Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) sekaligus psikolog anak Seto Mulyadi atau yang akrab disapa Kak Seto membagikan tips agar anak dapat belajar berpuasa di Bulan Ramadan dengan baik.
Kak Seto menyebut anak-anak adalah sosok peniru terbaik di dunia, sehingga orang tua dan keluarga wajib memberikan teladan melalui contoh yang baik jika ingin mengajarkan ibadah puasa kepada anak.
Meskipun berpuasa dapat diajarkan kepada anak sejak usia dini, tetapi orang tua diminta untuk memperhatikan kebutuhan anak agar tetap terpenuhi.
“Nah, ini memang bisa dimulai sebetulnya pada usia-usia awal itu sekitar 3-4 tahun ya, tetapi tadi, dengan contoh-contoh saja. Misalnya mengajak anak ikut sahur, tapi juga mengajak anak untuk tidur lebih awal. Sehingga, waktu tidur anak tidak terganggu,” jelas Kak Seto.
Kak Seto menambahkan, kunci dari mengajarkan anak melaksanakan puasa adalah dengan membangun suasana yang nyaman dan bersahabat bagi anak agar proses belajarnya menjadi efektif.
Ibadah puasa merupakan salah satu ibadah yang cukup berat untuk dijalani oleh anak-anak, sehingga diperlukan lingkungan yang mendukung tanpa adanya paksaan.
“Ciptakan suasana yang penuh persahabatan, jadi tidak dengan cara kekerasan, bentakan, pelototan mata, dan sebagainya. Jadi anak menikmati itu semua sebagai proses belajar yang indah,” lanjutnya.
Menurutnya, ibadah puasa juga dapat menjadi momen untuk mengajarkan anak cara mengendalikan diri dan emosi.
Anak dapat belajar untuk mengelola emosinya secara cerdas karena dengan puasa mewajibkan kita untuk menahan diri dan mengontrol emosi.
“Kalau anak misalnya marah, sedih, atau kecewa, itu belajar diungkapkan dengan tenang. Itu yang paling utama, punya pengendalian emosi dan pengendalian diri,” terang Kak Seto.
Selain itu, Kak Seto menekankan bahwa cara komunikasi orang tua adalah kunci dari keberhasilan mengajarkan anak berpuasa.
Seringkali komunikasi yang otoriter orang tua dengan menekan anak justru berpotensi membuat anak gagal belajar dan malah mencari pelarian.
Kak Seto menyarankan orang tua untuk berkomunikasi dua arah dan meminta feedback dari anak terkait kesulitan yang dihadapi saat belajar berpuasa.
Adapun, Kak Seto menyebut Ramadan adalah momen paling tepat untuk orang tua bisa meningkatkan kedekatan hubungannya dengan anak-anak.
Budaya kumpul dan kedekatan dengan keluarga yang ada di bulan Ramadan dapat menjadi momentum agar anak bisa belajar beribadah dan melakukan kegiatan positif.
Penulis: Ridho Danu
POPULAR
RELATED ARTICLES