Share

Home Stories

Stories 15 Februari 2024

Waspadai Stres Pascapemilu

Post election stress disorder mengintai para calon legislatif yang kalah dalam pertarungan pemilihan umum.

Ilustrasi Stres - Jihan Aldiza

Context.id, JAKARTA - Post election stress disorder mengintai para calon legislatif ataupun pendukung jagoannya yang kalah dalam pertarungan pemilihan umum.

Apa itu post election stress disorder alias stres pascapemilu?

Patut diketahui, stress ini melibatkan kecemasan yang ditandai dengan perasaan putus asa atau ketakutan setelah berakhirnya pemilu politik yang kritis.

Stres ini bukan penyakit mental yang didefinisikan dalam manual diagnostik dan statistik gangguan mental (DSM-5-TR).

Namun, lebih pada respons yang lazim terhadap pemilu.



Survei Stres APA 2020 di Amerika Serikat menyebutkan, di atas 68% orang dewasa di Amerika Serikat melaporkan bahwa mereka merasa pemilihan presiden menyebabkan stres yang signifikan dalam hidup mereka, apa pun afiliasi politiknya.

Stres pasca pemilu sering kali terjadi setelah pemilu presiden, namun bisa juga terjadi pada pemilu lainnya yang mana seseorang merasa terikat secara emosional.

Orang-orang yang sedikit atau tidak tertarik pada politik mungkin tidak mengalami stres seperti ini.

Sebaliknya, hal ini mungkin disebabkan oleh perubahan iklim politik yang ditandai dengan sudut pandang yang terpolarisasi dan seringnya individu terikat pada keyakinan politik.

Beberapa orang mungkin menganggap remeh hasil pemilu, dan yang lain mungkin merasa tertekan mengenai dampak hasil pemilu tersebut terhadap perubahan undang-undang di negara tersebut.

Berikut adalah beberapa alasan mengapa stres pascapemilu mungkin lebih umum terjadi di abad ke-21 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Pertama, media sosial dan liputan berita 24 jam mungkin dapat menjelaskan sebagian mengapa stres pascapemilu terjadi dan mengapa stres tersebut meluas.

Ketika ada pemilihan, berita terus-menerus melaporkan hasil langsung, dari waktu ke waktu.

Kedua, paparan sosial di mana individu yang tidak mengambil bagian dalam politik dapat terpengaruh oleh iklim politik yang penuh tekanan ketika teman, keluarga, dan rekan kerja mendiskusikan pemikiran mereka di tempat kerja, rumah, dan sekolah.

Pemilihan presiden membanjiri kesadaran publik, dan banyak orang membentuk opini. Bahkan jika Anda mencoba menghindari berita atau media sosial selama musim pemilu, Anda mungkin terpapar oleh orang lain.

Ketiga, kekhawatiran terhadap masa depan bangsa semakin meningkat. Stres pascapemilu mungkin ada hubungannya dengan meningkatnya kekhawatiran terhadap masa depan negara.

Misalnya, undang-undang seputar pandemi Covid-19, layanan kesehatan, rasisme, krisis ekonomi, perubahan iklim, dan hak trans sering kali menjadi berita utama.

Tetap terhubung dengan berita nasional merupakan suatu nilai bagi sebagian orang. Namun, hubungan dan peristiwa yang diikuti setiap hari ini dapat berdampak negatif pada kesejahteraan seseorang.

Seberapa seriuskah stres pasca pemilu?

Sulit untuk mengukur seberapa serius gangguan stres pasca pemilu, karena ini bukan penyakit mental yang dapat diidentifikasi. Namun, stres atau kecemasan akut dapat berdampak pada kesehatan mental dan fisik seseorang.

Orang yang mengalami stres berlebihan mungkin mengalami gejala fisik dan psikologis berikut ini:

1. Perasaan putus asa

2. Kekhawatiran terus-menerus

3. Pelupa

4. Penilaian yang buruk

5. Palpitasi jantung

6. Keringat berlebih dan gemetaran

7. Sakit perut

8. Sakit kepala,

9. Insomnia

10. Kesulitan fokus dan gugup

11. Telinga berdenging

12. Otot tegang dan nyeri sendi terkait



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin

Home Stories

Stories 15 Februari 2024

Waspadai Stres Pascapemilu

Post election stress disorder mengintai para calon legislatif yang kalah dalam pertarungan pemilihan umum.

Ilustrasi Stres - Jihan Aldiza

Context.id, JAKARTA - Post election stress disorder mengintai para calon legislatif ataupun pendukung jagoannya yang kalah dalam pertarungan pemilihan umum.

Apa itu post election stress disorder alias stres pascapemilu?

Patut diketahui, stress ini melibatkan kecemasan yang ditandai dengan perasaan putus asa atau ketakutan setelah berakhirnya pemilu politik yang kritis.

Stres ini bukan penyakit mental yang didefinisikan dalam manual diagnostik dan statistik gangguan mental (DSM-5-TR).

Namun, lebih pada respons yang lazim terhadap pemilu.



Survei Stres APA 2020 di Amerika Serikat menyebutkan, di atas 68% orang dewasa di Amerika Serikat melaporkan bahwa mereka merasa pemilihan presiden menyebabkan stres yang signifikan dalam hidup mereka, apa pun afiliasi politiknya.

Stres pasca pemilu sering kali terjadi setelah pemilu presiden, namun bisa juga terjadi pada pemilu lainnya yang mana seseorang merasa terikat secara emosional.

Orang-orang yang sedikit atau tidak tertarik pada politik mungkin tidak mengalami stres seperti ini.

Sebaliknya, hal ini mungkin disebabkan oleh perubahan iklim politik yang ditandai dengan sudut pandang yang terpolarisasi dan seringnya individu terikat pada keyakinan politik.

Beberapa orang mungkin menganggap remeh hasil pemilu, dan yang lain mungkin merasa tertekan mengenai dampak hasil pemilu tersebut terhadap perubahan undang-undang di negara tersebut.

Berikut adalah beberapa alasan mengapa stres pascapemilu mungkin lebih umum terjadi di abad ke-21 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Pertama, media sosial dan liputan berita 24 jam mungkin dapat menjelaskan sebagian mengapa stres pascapemilu terjadi dan mengapa stres tersebut meluas.

Ketika ada pemilihan, berita terus-menerus melaporkan hasil langsung, dari waktu ke waktu.

Kedua, paparan sosial di mana individu yang tidak mengambil bagian dalam politik dapat terpengaruh oleh iklim politik yang penuh tekanan ketika teman, keluarga, dan rekan kerja mendiskusikan pemikiran mereka di tempat kerja, rumah, dan sekolah.

Pemilihan presiden membanjiri kesadaran publik, dan banyak orang membentuk opini. Bahkan jika Anda mencoba menghindari berita atau media sosial selama musim pemilu, Anda mungkin terpapar oleh orang lain.

Ketiga, kekhawatiran terhadap masa depan bangsa semakin meningkat. Stres pascapemilu mungkin ada hubungannya dengan meningkatnya kekhawatiran terhadap masa depan negara.

Misalnya, undang-undang seputar pandemi Covid-19, layanan kesehatan, rasisme, krisis ekonomi, perubahan iklim, dan hak trans sering kali menjadi berita utama.

Tetap terhubung dengan berita nasional merupakan suatu nilai bagi sebagian orang. Namun, hubungan dan peristiwa yang diikuti setiap hari ini dapat berdampak negatif pada kesejahteraan seseorang.

Seberapa seriuskah stres pasca pemilu?

Sulit untuk mengukur seberapa serius gangguan stres pasca pemilu, karena ini bukan penyakit mental yang dapat diidentifikasi. Namun, stres atau kecemasan akut dapat berdampak pada kesehatan mental dan fisik seseorang.

Orang yang mengalami stres berlebihan mungkin mengalami gejala fisik dan psikologis berikut ini:

1. Perasaan putus asa

2. Kekhawatiran terus-menerus

3. Pelupa

4. Penilaian yang buruk

5. Palpitasi jantung

6. Keringat berlebih dan gemetaran

7. Sakit perut

8. Sakit kepala,

9. Insomnia

10. Kesulitan fokus dan gugup

11. Telinga berdenging

12. Otot tegang dan nyeri sendi terkait



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Bank Digital Bantu Gen Z Menabung atau Justru Makin Boros?

Bank digital mempermudah transaksi, tapi tanpa disiplin finansial, kemudahan itu bisa jadi jebakan konsumtif.

Renita Sukma . 30 March 2025

Darah Buatan: Berapa Lama Lagi Terwujud?

Di lab canggih dari Inggris hingga Jepang, para ilmuwan berupaya menciptakan yang selama ini hanya ada dalam fiksi ilmiah darah buatan. r n

Noviarizal Fernandez . 25 March 2025

Negara Penghasil Kurma Terbesar di Dunia dan Kontroversi di Baliknya

Kurma tumbuh subur di wilayah beriklim panas dengan musim kering yang panjang sehingga banyak ditemui di Timur Tengah dan Afrika Utara

Noviarizal Fernandez . 25 March 2025

Push-up Ternyata Bisa Mempengaruhi Hidup Pegiatnya

Push-up lebih dari sekadar memperkuat tubuh, tetapi juga membangun disiplin dan kepercayaan diri

Noviarizal Fernandez . 24 March 2025