Waspadai Stres Pascapemilu
Post election stress disorder mengintai para calon legislatif yang kalah dalam pertarungan pemilihan umum.
Context.id, JAKARTA - Post election stress disorder mengintai para calon legislatif ataupun pendukung jagoannya yang kalah dalam pertarungan pemilihan umum.
Apa itu post election stress disorder alias stres pascapemilu?
Patut diketahui, stress ini melibatkan kecemasan yang ditandai dengan perasaan putus asa atau ketakutan setelah berakhirnya pemilu politik yang kritis.
Stres ini bukan penyakit mental yang didefinisikan dalam manual diagnostik dan statistik gangguan mental (DSM-5-TR).
Namun, lebih pada respons yang lazim terhadap pemilu.
BACA JUGA
Survei Stres APA 2020 di Amerika Serikat menyebutkan, di atas 68% orang dewasa di Amerika Serikat melaporkan bahwa mereka merasa pemilihan presiden menyebabkan stres yang signifikan dalam hidup mereka, apa pun afiliasi politiknya.
Stres pasca pemilu sering kali terjadi setelah pemilu presiden, namun bisa juga terjadi pada pemilu lainnya yang mana seseorang merasa terikat secara emosional.
Orang-orang yang sedikit atau tidak tertarik pada politik mungkin tidak mengalami stres seperti ini.
Sebaliknya, hal ini mungkin disebabkan oleh perubahan iklim politik yang ditandai dengan sudut pandang yang terpolarisasi dan seringnya individu terikat pada keyakinan politik.
Beberapa orang mungkin menganggap remeh hasil pemilu, dan yang lain mungkin merasa tertekan mengenai dampak hasil pemilu tersebut terhadap perubahan undang-undang di negara tersebut.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa stres pascapemilu mungkin lebih umum terjadi di abad ke-21 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Pertama, media sosial dan liputan berita 24 jam mungkin dapat menjelaskan sebagian mengapa stres pascapemilu terjadi dan mengapa stres tersebut meluas.
Ketika ada pemilihan, berita terus-menerus melaporkan hasil langsung, dari waktu ke waktu.
Kedua, paparan sosial di mana individu yang tidak mengambil bagian dalam politik dapat terpengaruh oleh iklim politik yang penuh tekanan ketika teman, keluarga, dan rekan kerja mendiskusikan pemikiran mereka di tempat kerja, rumah, dan sekolah.
Pemilihan presiden membanjiri kesadaran publik, dan banyak orang membentuk opini. Bahkan jika Anda mencoba menghindari berita atau media sosial selama musim pemilu, Anda mungkin terpapar oleh orang lain.
Ketiga, kekhawatiran terhadap masa depan bangsa semakin meningkat. Stres pascapemilu mungkin ada hubungannya dengan meningkatnya kekhawatiran terhadap masa depan negara.
Misalnya, undang-undang seputar pandemi Covid-19, layanan kesehatan, rasisme, krisis ekonomi, perubahan iklim, dan hak trans sering kali menjadi berita utama.
Tetap terhubung dengan berita nasional merupakan suatu nilai bagi sebagian orang. Namun, hubungan dan peristiwa yang diikuti setiap hari ini dapat berdampak negatif pada kesejahteraan seseorang.
Seberapa seriuskah stres pasca pemilu?
Sulit untuk mengukur seberapa serius gangguan stres pasca pemilu, karena ini bukan penyakit mental yang dapat diidentifikasi. Namun, stres atau kecemasan akut dapat berdampak pada kesehatan mental dan fisik seseorang.
Orang yang mengalami stres berlebihan mungkin mengalami gejala fisik dan psikologis berikut ini:
1. Perasaan putus asa
2. Kekhawatiran terus-menerus
3. Pelupa
4. Penilaian yang buruk
5. Palpitasi jantung
6. Keringat berlebih dan gemetaran
7. Sakit perut
8. Sakit kepala,
9. Insomnia
10. Kesulitan fokus dan gugup
11. Telinga berdenging
12. Otot tegang dan nyeri sendi terkait
RELATED ARTICLES
Waspadai Stres Pascapemilu
Post election stress disorder mengintai para calon legislatif yang kalah dalam pertarungan pemilihan umum.
Context.id, JAKARTA - Post election stress disorder mengintai para calon legislatif ataupun pendukung jagoannya yang kalah dalam pertarungan pemilihan umum.
Apa itu post election stress disorder alias stres pascapemilu?
Patut diketahui, stress ini melibatkan kecemasan yang ditandai dengan perasaan putus asa atau ketakutan setelah berakhirnya pemilu politik yang kritis.
Stres ini bukan penyakit mental yang didefinisikan dalam manual diagnostik dan statistik gangguan mental (DSM-5-TR).
Namun, lebih pada respons yang lazim terhadap pemilu.
BACA JUGA
Survei Stres APA 2020 di Amerika Serikat menyebutkan, di atas 68% orang dewasa di Amerika Serikat melaporkan bahwa mereka merasa pemilihan presiden menyebabkan stres yang signifikan dalam hidup mereka, apa pun afiliasi politiknya.
Stres pasca pemilu sering kali terjadi setelah pemilu presiden, namun bisa juga terjadi pada pemilu lainnya yang mana seseorang merasa terikat secara emosional.
Orang-orang yang sedikit atau tidak tertarik pada politik mungkin tidak mengalami stres seperti ini.
Sebaliknya, hal ini mungkin disebabkan oleh perubahan iklim politik yang ditandai dengan sudut pandang yang terpolarisasi dan seringnya individu terikat pada keyakinan politik.
Beberapa orang mungkin menganggap remeh hasil pemilu, dan yang lain mungkin merasa tertekan mengenai dampak hasil pemilu tersebut terhadap perubahan undang-undang di negara tersebut.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa stres pascapemilu mungkin lebih umum terjadi di abad ke-21 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Pertama, media sosial dan liputan berita 24 jam mungkin dapat menjelaskan sebagian mengapa stres pascapemilu terjadi dan mengapa stres tersebut meluas.
Ketika ada pemilihan, berita terus-menerus melaporkan hasil langsung, dari waktu ke waktu.
Kedua, paparan sosial di mana individu yang tidak mengambil bagian dalam politik dapat terpengaruh oleh iklim politik yang penuh tekanan ketika teman, keluarga, dan rekan kerja mendiskusikan pemikiran mereka di tempat kerja, rumah, dan sekolah.
Pemilihan presiden membanjiri kesadaran publik, dan banyak orang membentuk opini. Bahkan jika Anda mencoba menghindari berita atau media sosial selama musim pemilu, Anda mungkin terpapar oleh orang lain.
Ketiga, kekhawatiran terhadap masa depan bangsa semakin meningkat. Stres pascapemilu mungkin ada hubungannya dengan meningkatnya kekhawatiran terhadap masa depan negara.
Misalnya, undang-undang seputar pandemi Covid-19, layanan kesehatan, rasisme, krisis ekonomi, perubahan iklim, dan hak trans sering kali menjadi berita utama.
Tetap terhubung dengan berita nasional merupakan suatu nilai bagi sebagian orang. Namun, hubungan dan peristiwa yang diikuti setiap hari ini dapat berdampak negatif pada kesejahteraan seseorang.
Seberapa seriuskah stres pasca pemilu?
Sulit untuk mengukur seberapa serius gangguan stres pasca pemilu, karena ini bukan penyakit mental yang dapat diidentifikasi. Namun, stres atau kecemasan akut dapat berdampak pada kesehatan mental dan fisik seseorang.
Orang yang mengalami stres berlebihan mungkin mengalami gejala fisik dan psikologis berikut ini:
1. Perasaan putus asa
2. Kekhawatiran terus-menerus
3. Pelupa
4. Penilaian yang buruk
5. Palpitasi jantung
6. Keringat berlebih dan gemetaran
7. Sakit perut
8. Sakit kepala,
9. Insomnia
10. Kesulitan fokus dan gugup
11. Telinga berdenging
12. Otot tegang dan nyeri sendi terkait
POPULAR
RELATED ARTICLES