Share

Home Stories

Stories 19 Desember 2023

Jembatan Otista Bogor dan Kisah Di Balik Penamaannya

Jembatan Otista Bogor yang bakal bertahan selama 100 tahun, punya cerita heroik sekaligus kelam di balik namanya.

Pj Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin mendampingi Presiden RI Joko Widodo meresmikan Jembatan Otto Iskandar Dinata (Otista) Kota Bogor, Selasa (19/12/2023)/ Dok. Pemprov Jabar

Context.id, JAKARTA - Jembatan  Otto Iskandar Dinata (Otista) Bogor belum lama ini diresmikan Presiden Joko Widodo dan diprediksi akan bertahan selama 100 tahun, punya cerita heroik sekaligus kelam di balik namanya.

Berdasarkan catatan Bisnis Indonesia Group, jembatan itu diperlebar guna mengatasi kemacetan arus lalu lintas di ruas jalan lingkar Kebun Raya Bogor.

Pembangunan itu didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Barat dengan nilai Rp101 miliar.

Sudah banyak yang paham bahwa di balik nama Otista, ada kisah kepahlawanan dari sang pemilik nama Otto Iskandar Dinata.  Ia dilahirkan pada tanggal 31 Maret 1897 di Bojongsoang, Dayeuhkolot, Bandung,

Otto adalah anak bungsu dari tiga orang bersaudara, semuanya laki-laki. Setelah menamatkan HIS (Hollandsch Inlandse School) di Bandung, Otto melanjutkan pelajarannya ke Sekolah Guru, juga di Bandung.

Sesudah itu memasuki HKS (Hoogere Kweek School) Sekolah Guru Atas di Purworejo, Jawa Tengah. Sama seperti halnya pahlawan Tan Malaka yang juga lulusan sekolah guru.

Setelah tamat HKS, Otto bekerja sebagai guru HIS di Banjarnegara, Jawa Tengah, hanya satu tahun ia bertugas di tempat ini.

Tahun 1921 ia dipindahkan ke Bandung dan tiga tahun kemudian dipindahkan lagi ke Pekalongan, Jawa Tengah.

Sewaktu bertugas di Pekalongan pada 1925, Otto menerjunkan diri ke dalam organisasi Boedi Oetomo (BU).

Kegiatannya dalam organisasi BU menarik perhatian masyarakat Pekalongan. Karena itulah ia dipilih menjadi anggota gemeenteraad (Dewan Kota) Pekalongan mewakili BU.

Sebagai anggota Dewan Kota, Otto berjuang untuk memperbaiki kehidupan rakyat. Tanpa tedeng aling-aling ia membeberkan praktek-praktek buruk yang dilakukan pemerintah jajahan terhadap rakyat.

Kecaman-kecacman dan gugatan-gugatan yang dilancarkan Otto perhatian pemerintah. Rapat-rapat yang diadakan di rumahnya selalu diintai oleh polisi. 

Pada 1928 ia dipindahkan dari Pekalongan ke Jakarta. Sebelum pindah, ia masih sempat memprakarsai berdirinya Sekolah Kartini.

Di Jakarta, ia bekerja sebagai guru Muhammadiyah. Kegiatan di bidang politik pun diteruskannya. Ia masuk menjadi anggota Paguyuban Pasundan.

Otto kemudian terpilih menjadi anggota Volksraad (Dewan Rakyat) mewakili Paguyuban Pasundan dan terus mengecam tindakan semena-mena pemerintah.

Karena pidato-pidatonya yang pedas dan keras mengecam pemerintah kolonial menyebabkan Otto ditarik dari Volksraad.

Selanjutnya ia mencurahkan perhatiannya memimpin Paguyuban Pasundan, dan mengelola media massa berbahasa yang sudah dirintis masih anggota Volksraad.

Di era pendudukan Jepang ia duduk sebagai anggota penyelidikan persiapan kemerdekaan (BPUPKI), dan sesudah proklamasi kemerdekaan, Otto Iskandar Dinata diangkat menjadi Menteri Negara.

Di samping itu juga menjadi pemimpin Badan Pembantu Prajurit. Kekuatan lainnya ialah turut aktif membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang kelak berkembang menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan akhirnya menjadi ABRI dan TNI yang kita kenal sekarang.

Pada Oktober 1945 dia dijemput oleh seorang yang tidak dikenal untuk menghadiri suatu rapat. Rupanya ia diculik dan dieksekusi pada 20 Desember 1945 di Mauk, Banten.

Namun sayangnya, jejak kepahlawanan Otto tidak dituruti oleh cucunya, Dicky Dinata yang justru terjerat kasus korupsi.

Pada 2006 silam, bos PT Brocolin International itu dituntut hukuman mati dalam kasus pembobolan Bank BNI Rp 1,3 triliun. Majelis kemudian menjatuhkan vonis hukuman 20 tahun penjara kepada, ayah dari sineas Nia Dinata itu.



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin

Home Stories

Stories 19 Desember 2023

Jembatan Otista Bogor dan Kisah Di Balik Penamaannya

Jembatan Otista Bogor yang bakal bertahan selama 100 tahun, punya cerita heroik sekaligus kelam di balik namanya.

Pj Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin mendampingi Presiden RI Joko Widodo meresmikan Jembatan Otto Iskandar Dinata (Otista) Kota Bogor, Selasa (19/12/2023)/ Dok. Pemprov Jabar

Context.id, JAKARTA - Jembatan  Otto Iskandar Dinata (Otista) Bogor belum lama ini diresmikan Presiden Joko Widodo dan diprediksi akan bertahan selama 100 tahun, punya cerita heroik sekaligus kelam di balik namanya.

Berdasarkan catatan Bisnis Indonesia Group, jembatan itu diperlebar guna mengatasi kemacetan arus lalu lintas di ruas jalan lingkar Kebun Raya Bogor.

Pembangunan itu didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Barat dengan nilai Rp101 miliar.

Sudah banyak yang paham bahwa di balik nama Otista, ada kisah kepahlawanan dari sang pemilik nama Otto Iskandar Dinata.  Ia dilahirkan pada tanggal 31 Maret 1897 di Bojongsoang, Dayeuhkolot, Bandung,

Otto adalah anak bungsu dari tiga orang bersaudara, semuanya laki-laki. Setelah menamatkan HIS (Hollandsch Inlandse School) di Bandung, Otto melanjutkan pelajarannya ke Sekolah Guru, juga di Bandung.

Sesudah itu memasuki HKS (Hoogere Kweek School) Sekolah Guru Atas di Purworejo, Jawa Tengah. Sama seperti halnya pahlawan Tan Malaka yang juga lulusan sekolah guru.

Setelah tamat HKS, Otto bekerja sebagai guru HIS di Banjarnegara, Jawa Tengah, hanya satu tahun ia bertugas di tempat ini.

Tahun 1921 ia dipindahkan ke Bandung dan tiga tahun kemudian dipindahkan lagi ke Pekalongan, Jawa Tengah.

Sewaktu bertugas di Pekalongan pada 1925, Otto menerjunkan diri ke dalam organisasi Boedi Oetomo (BU).

Kegiatannya dalam organisasi BU menarik perhatian masyarakat Pekalongan. Karena itulah ia dipilih menjadi anggota gemeenteraad (Dewan Kota) Pekalongan mewakili BU.

Sebagai anggota Dewan Kota, Otto berjuang untuk memperbaiki kehidupan rakyat. Tanpa tedeng aling-aling ia membeberkan praktek-praktek buruk yang dilakukan pemerintah jajahan terhadap rakyat.

Kecaman-kecacman dan gugatan-gugatan yang dilancarkan Otto perhatian pemerintah. Rapat-rapat yang diadakan di rumahnya selalu diintai oleh polisi. 

Pada 1928 ia dipindahkan dari Pekalongan ke Jakarta. Sebelum pindah, ia masih sempat memprakarsai berdirinya Sekolah Kartini.

Di Jakarta, ia bekerja sebagai guru Muhammadiyah. Kegiatan di bidang politik pun diteruskannya. Ia masuk menjadi anggota Paguyuban Pasundan.

Otto kemudian terpilih menjadi anggota Volksraad (Dewan Rakyat) mewakili Paguyuban Pasundan dan terus mengecam tindakan semena-mena pemerintah.

Karena pidato-pidatonya yang pedas dan keras mengecam pemerintah kolonial menyebabkan Otto ditarik dari Volksraad.

Selanjutnya ia mencurahkan perhatiannya memimpin Paguyuban Pasundan, dan mengelola media massa berbahasa yang sudah dirintis masih anggota Volksraad.

Di era pendudukan Jepang ia duduk sebagai anggota penyelidikan persiapan kemerdekaan (BPUPKI), dan sesudah proklamasi kemerdekaan, Otto Iskandar Dinata diangkat menjadi Menteri Negara.

Di samping itu juga menjadi pemimpin Badan Pembantu Prajurit. Kekuatan lainnya ialah turut aktif membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang kelak berkembang menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan akhirnya menjadi ABRI dan TNI yang kita kenal sekarang.

Pada Oktober 1945 dia dijemput oleh seorang yang tidak dikenal untuk menghadiri suatu rapat. Rupanya ia diculik dan dieksekusi pada 20 Desember 1945 di Mauk, Banten.

Namun sayangnya, jejak kepahlawanan Otto tidak dituruti oleh cucunya, Dicky Dinata yang justru terjerat kasus korupsi.

Pada 2006 silam, bos PT Brocolin International itu dituntut hukuman mati dalam kasus pembobolan Bank BNI Rp 1,3 triliun. Majelis kemudian menjatuhkan vonis hukuman 20 tahun penjara kepada, ayah dari sineas Nia Dinata itu.



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Konidin X Nobrands Luncurkan Sepatu Kekinian untuk Generasi Aktif

Konidin gandeng Nobrands luncurkan sepatu edisi terbatas \"The Unstoppable Step \" 14 April 2025, dorong semangat generasi muda terus maju tanpa batas

Media Digital . 17 April 2025

Bagaimana Efek Tarif Trump ke Pekerja Muda?

Tarif resiprokal atau tarif Trump tidak hanya berdampak pada pengusaha, namun juga pekerja muda. Seperti apa?

Renita Sukma . 16 April 2025

Trump Mau AI Ditenagai Batu Bara Indah dan Bersih, Apa Bisa?

Di mata Trump dan Amerika, batu bara adalah energi bersih yang ramah lingkungan

Noviarizal Fernandez . 15 April 2025

Google Gemini Kini Bisa Ubah Dokumen Jadi Podcast

Gemini bakal membacakan isi artikel atau laporan kamu, lengkap dengan intonasi ala penyiar podcast

Noviarizal Fernandez . 14 April 2025