Sejarah Hari Radiologi Internasional
Setiap 8 November, dunia memperingati Hari Radiologi Internasional sebagai bentuk apresiasi terhadap penemuan Sinar X dan peran radiologi di bidang medis.
Context.id, JAKARTA - Setiap tanggal 8 November, dunia kesehatan memperingati Hari Radiologi Internasional. Peringatan ini bertujuan untuk mengenang penemuan sinar X dan mengedukasi tentang pentingnya radiologi dalam dunia kesehatan.
Seperti dikutip dari laman Nobel Prize, pada 8 November 1895, Wilhelm Conrad Rontgen, seorang insinyur mesin dan fisikawan asal Jerman, secara kebetulan menemukan sinar X saat eksperimen dengan sinar katoda, yang nantinya menjadi dasar dari spesialisasi medis radiologi.
Kemudian, Rontgen menciptakan radiasi elektromagnetik dalam bentuk panjang gelombang sinar X. Penemuan inilah yang membuatnya diganjar Hadiah Nobel Fisika pada tahun 1901.
Minat terhadap sinar-X pada 1896 makin tinggi dengan banyaknya penelitian di berbagai bidang, termasuk fisika, kedokteran, dan biologi.
Sejumlah ilmuwan meneliti efek sinar-X pada kristal, sumber-sumber ekstraterestrial, bedah, kedokteran internal, dan berbagai aplikasi radiologi, termasuk radiologi skelet, angiografi, dan terapi radiasi.
Pada 2012, European Society of Radiology (E.S.R.), Radiological Society of North America, dan American College of Radiology (A.C.R.) bekerja sama dalam meluncurkan Hari Radiologi Internasional. Lebih dari 200 organisasi subspesialis radiologi di berbagai negara turut mengakui dan merayakan Hari Radiologi Internasional.
Radiologi merupakan bagian dari ilmu kedokteran yang mempelajari tentang teknologi pencitraan, baik gelombang elektromagnetik maupun gelombang mekanik guna memindai bagian dalam tubuh manusia untuk mendeteksi suatu penyakit menggunakan Sinar X.
Hal tersebut dilakukan untuk mendiagnosis penyakit dan juga pengobatan penyakit yang berada di dalam tubuh. Biasanya, ini digunakan untuk mendeteksi penyakit-penyakit yang serius semisal kanker dan tumor, TBC, cedera tulang dan penyakit kardiovaskular.
Di Indonesia, penyakit seperti kanker, TBC dan kardiovaskular cukup tinggi penderitanya. BPJS Kesehatan mencatat, bahwa pembiayaan penyakit kanker semakin tinggi yakni mencapai Rp4,5 triliun pada 2022.
Bahkan, seperti dilansir dari Bisnis, BPJS Kesehatan mengeluarkan total Rp28,89 triliun untuk klaim penyakit kanker sejak 2014-2022.
Untuk itu, Kementerian Kesehatan bersama BPJS Kesehatan mendorong masyarakat untuk melakukan skrining atau pendeteksian awal penyakit-penyakit serius tersebut di Puskesmas. Biaya untuk skrining ditanggung pemerintah asalkan memiliki keanggotaan BPJS Kesehatan.
Namun, bukan berarti Sinar X ini tidak memiliki kelemahan. Paparan radiasi dari Sinar X berbahaya juga bagi kesehatan. Sehingga perlu ruangan khusus, pakaian khusus saat menggunakannya dan orang yang ahli atau paham prosedur radiologi saat menjalankan proses skrining ini.
RELATED ARTICLES
Sejarah Hari Radiologi Internasional
Setiap 8 November, dunia memperingati Hari Radiologi Internasional sebagai bentuk apresiasi terhadap penemuan Sinar X dan peran radiologi di bidang medis.
Context.id, JAKARTA - Setiap tanggal 8 November, dunia kesehatan memperingati Hari Radiologi Internasional. Peringatan ini bertujuan untuk mengenang penemuan sinar X dan mengedukasi tentang pentingnya radiologi dalam dunia kesehatan.
Seperti dikutip dari laman Nobel Prize, pada 8 November 1895, Wilhelm Conrad Rontgen, seorang insinyur mesin dan fisikawan asal Jerman, secara kebetulan menemukan sinar X saat eksperimen dengan sinar katoda, yang nantinya menjadi dasar dari spesialisasi medis radiologi.
Kemudian, Rontgen menciptakan radiasi elektromagnetik dalam bentuk panjang gelombang sinar X. Penemuan inilah yang membuatnya diganjar Hadiah Nobel Fisika pada tahun 1901.
Minat terhadap sinar-X pada 1896 makin tinggi dengan banyaknya penelitian di berbagai bidang, termasuk fisika, kedokteran, dan biologi.
Sejumlah ilmuwan meneliti efek sinar-X pada kristal, sumber-sumber ekstraterestrial, bedah, kedokteran internal, dan berbagai aplikasi radiologi, termasuk radiologi skelet, angiografi, dan terapi radiasi.
Pada 2012, European Society of Radiology (E.S.R.), Radiological Society of North America, dan American College of Radiology (A.C.R.) bekerja sama dalam meluncurkan Hari Radiologi Internasional. Lebih dari 200 organisasi subspesialis radiologi di berbagai negara turut mengakui dan merayakan Hari Radiologi Internasional.
Radiologi merupakan bagian dari ilmu kedokteran yang mempelajari tentang teknologi pencitraan, baik gelombang elektromagnetik maupun gelombang mekanik guna memindai bagian dalam tubuh manusia untuk mendeteksi suatu penyakit menggunakan Sinar X.
Hal tersebut dilakukan untuk mendiagnosis penyakit dan juga pengobatan penyakit yang berada di dalam tubuh. Biasanya, ini digunakan untuk mendeteksi penyakit-penyakit yang serius semisal kanker dan tumor, TBC, cedera tulang dan penyakit kardiovaskular.
Di Indonesia, penyakit seperti kanker, TBC dan kardiovaskular cukup tinggi penderitanya. BPJS Kesehatan mencatat, bahwa pembiayaan penyakit kanker semakin tinggi yakni mencapai Rp4,5 triliun pada 2022.
Bahkan, seperti dilansir dari Bisnis, BPJS Kesehatan mengeluarkan total Rp28,89 triliun untuk klaim penyakit kanker sejak 2014-2022.
Untuk itu, Kementerian Kesehatan bersama BPJS Kesehatan mendorong masyarakat untuk melakukan skrining atau pendeteksian awal penyakit-penyakit serius tersebut di Puskesmas. Biaya untuk skrining ditanggung pemerintah asalkan memiliki keanggotaan BPJS Kesehatan.
Namun, bukan berarti Sinar X ini tidak memiliki kelemahan. Paparan radiasi dari Sinar X berbahaya juga bagi kesehatan. Sehingga perlu ruangan khusus, pakaian khusus saat menggunakannya dan orang yang ahli atau paham prosedur radiologi saat menjalankan proses skrining ini.
POPULAR
RELATED ARTICLES