Share

Stories 30 Juni 2023

Ketika Hutan Penyuplai Oksigen Kian Tergerus

Dunia kian terancam kehilangan paru-paru penyuplai oksigen lantaran tergerus oleh deforestasi hutan tropis.

Presiden Joko Widodo bersama Ibu Negara Iriana Joko Widodo menanam pohon di Titik Nol Ibu Kota Nusantara Kalimantan Timur/ Istimewa

Context.id,JAKARTA- Dunia kian terancam kehilangan paru-paru penyuplai oksigen lantaran tergerus oleh deforestasi hutan tropis.

Ya, luas hutan primer di daerah tropis terus berkurang sepanjang tahun. Sejak 2002, dunia telah kehilangan lebih dari 60 juta hektare (ha) hutan primer. Bayangkan saja, jumlah ini setara dengan 1,3 kali luas Pulau Sumatera.

World Resources Institute (WRI) mencatat, total luas hutan primer tropis yang hilang di dunia mencapai 4,1 juta hektare (ha) pada 2022. Jumlah luasan tersebut meningkat 10,8 persen dibandingkan setahun sebelumnya. 

Secara rinci, sebanyak 3,5 juta ha hutan primer tropis yang hilang tidak berhubungan dengan kebakaran. Lalu, 0,6 juta ha hutan primer yang lenyap terkait dengan kebakaran lahan. 

Melihat trennya, kehilangan luas hutan primer tropis tertinggi pernah terjadi pada 2012 yakni mencapai 6,2 juta ha. Adapun, yang terendah seluas 2,7 juta ha pada 2013. 

Berdasarkan negaranya, 43,1 persen hutan primer tropis yang hilang di dunia berada di Brazil sepanjang tahun lalu. Posisinya diikuti Republik Demokratik Kongo dengan persentase sebesar 12,5 persen.

Selanjutnya, 9,4 persen hutan primer tropis yang hilang terletak di Bolivia pada 2022. Proporsi kehilangan hutan primer tropis dari Indonesia dan Peru masing-masing sebesar 5,6 persen dan 3,9 persen. 

Khusus di Indonesia, deforestasi terus terjadi meski secara tren pada periode 2021-2022 turun 8,4 persen dibandingkan hasil pemantauan periode 2020-2021.

Deforestasi netto Indonesia pada 2021 -2022 adalah sebesar 104.000 ha. Sementara, deforestasi Indonesia pada 2020-2021 adalah sebesar 113.500 ha.

Pelaksana tugas (Plt) Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan (PKTL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Ruandha A. Sugardiman menyampaikan jika dilihat tren deforestasi berdasarkan data sebelumnya maka tahun ini penurunan hutan Indonesia relatif rendah dan cenderung stabil.

"Hal ini menunjukan bahwa berbagai upaya yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan akhir-akhir ini menunjukkan hasil yang signifikan," katanya dikutip dari laman resmi KLHK, Jumat (30/6/2023).

Lebih lanjut, dia mengungkapkan kondisi penutupan lahan dan hutan Indonesia bersifat dinamis, seiring dengan kebutuhan lahan untuk pembangunan dan kegiatan lainnya.

Perubahan tutupan hutan terjadi dari waktu ke waktu, diantaranya karena konversi hutan untuk pembangunan sektor non kehutanan, perambahan dan kebakaran hutan maupun kegiatan rehabilitasi hutan.

"Untuk mengetahui keberadaan dan luas tutupan lahan baik berhutan maupun tidak berhutan, kami melakukan pemantauan hutan dan deforestasi setiap tahun," katanya.

Pemantauan hutan dan deforestasi ini dilakukan pada seluruh daratan Indonesia seluas 187 juta hektar, baik di dalam kawasan hutan maupun diluar kawasan hutan, dan berdasarkan pada peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) dalam program Kebijakan Satu Peta (KSP). 

Pemantauan ini dilakukan menggunakan data utama citra satelit landsat yang disediakan Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa (OR-PA) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan diidentifikasi secara visual oleh tenaga teknis penafsir KLHK yang tersebar di seluruh Indonesia.

Hasil pemantauan hutan Indonesia Tahun 2022 menunjukkan bahwa luas lahan berhutan seluruh daratan Indonesia adalah 96,0 juta ha atau 51,2 persen dari total daratan, di mana 92,0 persen dari total luas berhutan atau 88,3 juta ha berada di dalam kawasan hutan. 

Direktur Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan (IPSDH) Ditjen PKTL Belinda A. Margono menjelaskan angka deforestasi Indonesia pada 2021-2022 sebesar 104.000 ha berasal dari angka deforestasi bruto sebesar 119.400 ha dikurangi reforestasi sebesar 15.400 ha.

Sebagai pembanding, deforestasi Indonesia tahun 2020-2021 adalah sebesar 113.500 ha, yang berasal dari angka deforestasi bruto sebesar 139.100 ha dikurangi reforestasi sebesar 25.600 ha.

Luas deforestasi bruto pada 2021-2022 tertinggi terjadi di kelas hutan sekunder, yaitu 106.400 ha (89,1 persen), di mana 70,9 persen atau 75.400 ha berada di dalam kawasan hutan dan sisanya seluas 31.000 ha atau 29,1 persen berada di luar kawasan hutan.



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Thomas Mola

Stories 30 Juni 2023

Ketika Hutan Penyuplai Oksigen Kian Tergerus

Dunia kian terancam kehilangan paru-paru penyuplai oksigen lantaran tergerus oleh deforestasi hutan tropis.

Presiden Joko Widodo bersama Ibu Negara Iriana Joko Widodo menanam pohon di Titik Nol Ibu Kota Nusantara Kalimantan Timur/ Istimewa

Context.id,JAKARTA- Dunia kian terancam kehilangan paru-paru penyuplai oksigen lantaran tergerus oleh deforestasi hutan tropis.

Ya, luas hutan primer di daerah tropis terus berkurang sepanjang tahun. Sejak 2002, dunia telah kehilangan lebih dari 60 juta hektare (ha) hutan primer. Bayangkan saja, jumlah ini setara dengan 1,3 kali luas Pulau Sumatera.

World Resources Institute (WRI) mencatat, total luas hutan primer tropis yang hilang di dunia mencapai 4,1 juta hektare (ha) pada 2022. Jumlah luasan tersebut meningkat 10,8 persen dibandingkan setahun sebelumnya. 

Secara rinci, sebanyak 3,5 juta ha hutan primer tropis yang hilang tidak berhubungan dengan kebakaran. Lalu, 0,6 juta ha hutan primer yang lenyap terkait dengan kebakaran lahan. 

Melihat trennya, kehilangan luas hutan primer tropis tertinggi pernah terjadi pada 2012 yakni mencapai 6,2 juta ha. Adapun, yang terendah seluas 2,7 juta ha pada 2013. 

Berdasarkan negaranya, 43,1 persen hutan primer tropis yang hilang di dunia berada di Brazil sepanjang tahun lalu. Posisinya diikuti Republik Demokratik Kongo dengan persentase sebesar 12,5 persen.

Selanjutnya, 9,4 persen hutan primer tropis yang hilang terletak di Bolivia pada 2022. Proporsi kehilangan hutan primer tropis dari Indonesia dan Peru masing-masing sebesar 5,6 persen dan 3,9 persen. 

Khusus di Indonesia, deforestasi terus terjadi meski secara tren pada periode 2021-2022 turun 8,4 persen dibandingkan hasil pemantauan periode 2020-2021.

Deforestasi netto Indonesia pada 2021 -2022 adalah sebesar 104.000 ha. Sementara, deforestasi Indonesia pada 2020-2021 adalah sebesar 113.500 ha.

Pelaksana tugas (Plt) Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan (PKTL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Ruandha A. Sugardiman menyampaikan jika dilihat tren deforestasi berdasarkan data sebelumnya maka tahun ini penurunan hutan Indonesia relatif rendah dan cenderung stabil.

"Hal ini menunjukan bahwa berbagai upaya yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan akhir-akhir ini menunjukkan hasil yang signifikan," katanya dikutip dari laman resmi KLHK, Jumat (30/6/2023).

Lebih lanjut, dia mengungkapkan kondisi penutupan lahan dan hutan Indonesia bersifat dinamis, seiring dengan kebutuhan lahan untuk pembangunan dan kegiatan lainnya.

Perubahan tutupan hutan terjadi dari waktu ke waktu, diantaranya karena konversi hutan untuk pembangunan sektor non kehutanan, perambahan dan kebakaran hutan maupun kegiatan rehabilitasi hutan.

"Untuk mengetahui keberadaan dan luas tutupan lahan baik berhutan maupun tidak berhutan, kami melakukan pemantauan hutan dan deforestasi setiap tahun," katanya.

Pemantauan hutan dan deforestasi ini dilakukan pada seluruh daratan Indonesia seluas 187 juta hektar, baik di dalam kawasan hutan maupun diluar kawasan hutan, dan berdasarkan pada peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) dalam program Kebijakan Satu Peta (KSP). 

Pemantauan ini dilakukan menggunakan data utama citra satelit landsat yang disediakan Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa (OR-PA) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan diidentifikasi secara visual oleh tenaga teknis penafsir KLHK yang tersebar di seluruh Indonesia.

Hasil pemantauan hutan Indonesia Tahun 2022 menunjukkan bahwa luas lahan berhutan seluruh daratan Indonesia adalah 96,0 juta ha atau 51,2 persen dari total daratan, di mana 92,0 persen dari total luas berhutan atau 88,3 juta ha berada di dalam kawasan hutan. 

Direktur Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan (IPSDH) Ditjen PKTL Belinda A. Margono menjelaskan angka deforestasi Indonesia pada 2021-2022 sebesar 104.000 ha berasal dari angka deforestasi bruto sebesar 119.400 ha dikurangi reforestasi sebesar 15.400 ha.

Sebagai pembanding, deforestasi Indonesia tahun 2020-2021 adalah sebesar 113.500 ha, yang berasal dari angka deforestasi bruto sebesar 139.100 ha dikurangi reforestasi sebesar 25.600 ha.

Luas deforestasi bruto pada 2021-2022 tertinggi terjadi di kelas hutan sekunder, yaitu 106.400 ha (89,1 persen), di mana 70,9 persen atau 75.400 ha berada di dalam kawasan hutan dan sisanya seluas 31.000 ha atau 29,1 persen berada di luar kawasan hutan.



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Thomas Mola


RELATED ARTICLES

Apakah Asteroid yang Kaya Logam Mulia Ribuan Triliun Dolar Bisa Ditambang?

Sebuah wahana antariksa sedang dalam perjalanan menuju sebuah asteroid yang mungkin mengandung logam berharga senilai sekitar US 100 ribu kuadrili ...

Context.id . 22 November 2024

Sertifikasi Halal Perkuat Daya Saing Produk Dalam Negeri

Sertifikasi halal menjadi salah satu tameng bagi pengusaha makanan dan minuman dari serbuan produk asing.

Noviarizal Fernandez . 22 November 2024

Paus Fransiskus Bakal Kanonisasi Carlo Acutis, Santo Millenial Pertama

Paus Fransiskus akan mengkanonisasi Carlo Acutis pada 27 April 2025, menjadikannya santo millenial pertama dan simbol kesatuan iman dengan dunia d ...

Context.id . 22 November 2024

Benar-benar Komedi, Pisang Dilakban Bisa Dilelang hingga Rp98,8 Miliar

Karya seni konseptual pisang karya Maurizio Cattelan, \"Comedian,\" saat dilelang di rumah lelang Sotheby’s jatuh ke tangan seorang pengusaha kr ...

Context.id . 22 November 2024