Mengenal Piauw, Istilah Sakti Dalam Dunia Arisan
Dunia perarisanan di Indonesia ternyata memiliki banyak istilah dan skema unik. Piauw salah satunya.
Context.id, JAKARTA - Kata arisan sudah tidak asing lagi bagi orang Indonesia. Kegiatan ini melengkapi kebiasaan masyarakat di Tanah Air yang gemar membangun relasi sosial dengan sesama.
Namun, dunia perarisanan ternyata tak hanya sekadar mengocok nomor undi dan membayar iuran. Ada sekian banyak istilah yang bagi kaum awam, sungguh njlimet, dalam arisan. Salah satunya adalah piauw. Mari kita kupas tuntas istilah ini.
Menurut Joy Roesma dan Nadia Mulya dalam buku "Kocok! Uncut", piauw merupakan pengembangan undian arisan yang melihat uang arisan sebagai modal potensial: siapa pun narik di awal ibaratnya mendapat pinjaman murah. Dengan begitu, mereka yang membutuhkan modal usaha atau keperluan lain, bisa memasang harga untuk mendapat kocokan pertama.
BACA JUGA Binance dan Changpeng Zhao Digugat, Simak Profilnya
Biasanya, piauw digunakan untuk arisan dengan uang atau iuran besar, misalnya di atas Rp5 juta. Jumlah uang yang dipasang untuk piauw biasanya minimal 10 persen dari uang arisan. Tak mengherankan, peserta arisan piauw umumnya mereka yang memiliki usaha dan membutuhkan modal atau sedang BU (butuh uang) cepat.
Piauw dibagi menjadi dua yakni piauw tambah dan piauw kurang. Sebelum menjelaskan masing-masing jenisnya, mari kita ambil contoh kasus sebuah arisan dengan uang bulanan Rp10 juta dan diikuti oleh 10 orang.
BACA JUGA World Bank Perkirakan Ekonomi RI 2023 Hanya Tumbuh 4,9%
Pada piauw tambah, jika seorang anggota ingin memenangkan tarikan pertama, ia harus memasang harga, misalnya Rp1 juta. Namun, anggota arisan lain yang lebih membutuhkan dana cepat bisa memasang harga Rp1,5 juta. Nah, harga tertinggilah yang akan menang.
Pemenang arisan pertama dengan sistem piauw ini akan mendapatkan Rp100 juta di awal. Namun pada bulan berikutnya dan hingga akhir putaran, dia diwajibkan untuk menyetor Rp10 juta ditambah "bunga" Rp1,5 juta.
Dengan begitu, total setoran pemenang arisan pertama menjadi Rp11,5 juta pada bulan-bulan berikutnya. Secara otomatis, uang arisan bulan-bulan berikutnya pun naik menjadi Rp101,5 juta.
BACA JUGA Sherpa, Sang Penyelamat Menuju Puncak Gunung Everest
Bila pada bulan kedua, ada anggota arisan yang memasang piauw senilai Rp2 juta, maka dia harus menyetor Rp10 juta plus "bunga" Rp2 juta pada bulan ketiga dan berikutnya. Total uang arisan pada bulan ketiga dan seterusnya pun akan naik menjadi Rp103,5 juta.
“Ini berarti yang beruntung adalah yang menunggu manis pada akhir putaran, dengan menyetor hanya Rp10 juta setiap bulan ia bisa mendapatkan return di atas 10% perbulan,” tulis Joy Roesma dan Nadia Mulya.
“Untuk arisan Rp100 juta, ada orang yang pernah mendapatkan Rp130 juta hanya karena tidak mengambil piauw”.
BACA JUGA 10 Orang Terkaya di Dunia, Bernard Arnault Masih Jawara
Sementara itu, sistem piauw kurang tidak akan menambah uang kemenangan. Semua peserta akan tetap mendapatkan Rp100 juta, tetapi uang atau iuran bulanannya berkurang.
Sebagai contoh, seorang anggota arisan yang memasang piauw kurang Rp1 juta pada bulan pertama hanya akan mendapatkan Rp90 juta. Pasalnya, semua peserta di-'diskon' Rp1 juta dan hanya membayar Rp9 juta per bulan. Namun pada bulan-bulan berikutnya dan hingga putaran akhir, si pemenang pertama itu tetap membayar Rp10 juta.
Pada bulan berikutnya, bila ada lagi yang memasang piauw kurang Rp2 juta, maka peserta lain hanya membayar Rp8 juta saja. Dengan begitu, pemenang kedua akan mendapatkan Rp10 juta dari pemenang pertama ditambah Rp8 juta dari masing-masing 9 peserta, sehingga totalnya menjadi total Rp82 juta.
Sama halnya dengan piauw tambah, yang beruntung dalam sistem piauw kurang adalah peserta yang menang terakhir. Dia akan tetap mendapatkan Rp100 juta, kendati setiap bulan menyetor di bawah Rp10 juta.
RELATED ARTICLES
Mengenal Piauw, Istilah Sakti Dalam Dunia Arisan
Dunia perarisanan di Indonesia ternyata memiliki banyak istilah dan skema unik. Piauw salah satunya.
Context.id, JAKARTA - Kata arisan sudah tidak asing lagi bagi orang Indonesia. Kegiatan ini melengkapi kebiasaan masyarakat di Tanah Air yang gemar membangun relasi sosial dengan sesama.
Namun, dunia perarisanan ternyata tak hanya sekadar mengocok nomor undi dan membayar iuran. Ada sekian banyak istilah yang bagi kaum awam, sungguh njlimet, dalam arisan. Salah satunya adalah piauw. Mari kita kupas tuntas istilah ini.
Menurut Joy Roesma dan Nadia Mulya dalam buku "Kocok! Uncut", piauw merupakan pengembangan undian arisan yang melihat uang arisan sebagai modal potensial: siapa pun narik di awal ibaratnya mendapat pinjaman murah. Dengan begitu, mereka yang membutuhkan modal usaha atau keperluan lain, bisa memasang harga untuk mendapat kocokan pertama.
BACA JUGA Binance dan Changpeng Zhao Digugat, Simak Profilnya
Biasanya, piauw digunakan untuk arisan dengan uang atau iuran besar, misalnya di atas Rp5 juta. Jumlah uang yang dipasang untuk piauw biasanya minimal 10 persen dari uang arisan. Tak mengherankan, peserta arisan piauw umumnya mereka yang memiliki usaha dan membutuhkan modal atau sedang BU (butuh uang) cepat.
Piauw dibagi menjadi dua yakni piauw tambah dan piauw kurang. Sebelum menjelaskan masing-masing jenisnya, mari kita ambil contoh kasus sebuah arisan dengan uang bulanan Rp10 juta dan diikuti oleh 10 orang.
BACA JUGA World Bank Perkirakan Ekonomi RI 2023 Hanya Tumbuh 4,9%
Pada piauw tambah, jika seorang anggota ingin memenangkan tarikan pertama, ia harus memasang harga, misalnya Rp1 juta. Namun, anggota arisan lain yang lebih membutuhkan dana cepat bisa memasang harga Rp1,5 juta. Nah, harga tertinggilah yang akan menang.
Pemenang arisan pertama dengan sistem piauw ini akan mendapatkan Rp100 juta di awal. Namun pada bulan berikutnya dan hingga akhir putaran, dia diwajibkan untuk menyetor Rp10 juta ditambah "bunga" Rp1,5 juta.
Dengan begitu, total setoran pemenang arisan pertama menjadi Rp11,5 juta pada bulan-bulan berikutnya. Secara otomatis, uang arisan bulan-bulan berikutnya pun naik menjadi Rp101,5 juta.
BACA JUGA Sherpa, Sang Penyelamat Menuju Puncak Gunung Everest
Bila pada bulan kedua, ada anggota arisan yang memasang piauw senilai Rp2 juta, maka dia harus menyetor Rp10 juta plus "bunga" Rp2 juta pada bulan ketiga dan berikutnya. Total uang arisan pada bulan ketiga dan seterusnya pun akan naik menjadi Rp103,5 juta.
“Ini berarti yang beruntung adalah yang menunggu manis pada akhir putaran, dengan menyetor hanya Rp10 juta setiap bulan ia bisa mendapatkan return di atas 10% perbulan,” tulis Joy Roesma dan Nadia Mulya.
“Untuk arisan Rp100 juta, ada orang yang pernah mendapatkan Rp130 juta hanya karena tidak mengambil piauw”.
BACA JUGA 10 Orang Terkaya di Dunia, Bernard Arnault Masih Jawara
Sementara itu, sistem piauw kurang tidak akan menambah uang kemenangan. Semua peserta akan tetap mendapatkan Rp100 juta, tetapi uang atau iuran bulanannya berkurang.
Sebagai contoh, seorang anggota arisan yang memasang piauw kurang Rp1 juta pada bulan pertama hanya akan mendapatkan Rp90 juta. Pasalnya, semua peserta di-'diskon' Rp1 juta dan hanya membayar Rp9 juta per bulan. Namun pada bulan-bulan berikutnya dan hingga putaran akhir, si pemenang pertama itu tetap membayar Rp10 juta.
Pada bulan berikutnya, bila ada lagi yang memasang piauw kurang Rp2 juta, maka peserta lain hanya membayar Rp8 juta saja. Dengan begitu, pemenang kedua akan mendapatkan Rp10 juta dari pemenang pertama ditambah Rp8 juta dari masing-masing 9 peserta, sehingga totalnya menjadi total Rp82 juta.
Sama halnya dengan piauw tambah, yang beruntung dalam sistem piauw kurang adalah peserta yang menang terakhir. Dia akan tetap mendapatkan Rp100 juta, kendati setiap bulan menyetor di bawah Rp10 juta.
POPULAR
RELATED ARTICLES