Share

Home Stories

Stories 30 Mei 2023

Mengapa Orang Percaya Pada AI?

Penelitian dari The University of Queensland menemukan bahwa setengah dari orang di dunia mempercayai hasil dari AI.

Ilustrasi Artificial Intelligence yang dibuat oleh Openart AI.

 

Context.id, JAKARTA - Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) pertama kali diperkenalkan pada 1956.  Saat ini AI mengalami perkembangan sangat pesat dan kian canggih.

Kini, komputer-komputer ini dapat membantu manusia untuk berpikir, melakukan riset, membuat lagu, lukisan, hingga menirukan suara. 

AI kian berkembang dengan kehadiran ChatGPT, Grammarly, Vistasocial, hingga yang baru-baru ini juga digunakan pula oleh Adobe. Bahkan, salah satu program AI yang ternama, OpenAI yang didukung oleh Microsoft, sudah memiliki 100 juta pengguna pada Januari 2023. 

Maka dari itu, tidak heran jika pada Maret 2023 lalu, penelitian dari The University of Queensland menemukan bahwa setengah dari orang di dunia mempercayai hasil dari AI. Studi yang melibatkan 17.000 orang ini bahkan menyatakan bahwa sebagian orang tersebut bahkan mengandalkan keputusan pekerjaan dan rekomendasi yang diberikan oleh AI.

Namun yang jadi pertanyaan, mengapa orang bisa percaya AI? Sebenarnya, memang masih banyak pula yang masih skeptis terhadap AI. Banyak yang percaya bahwa paling tidak AI dapat meminimalisir kesalahan yang bisa dibuat oleh manusia. Selain itu, hal-hal yang sulit dilakukan ataupun butuh waktu lama untuk dilakukan akan menjadi lebih mudah dan singkat dengan adanya AI.

Dikutip dari Thomson Reuters, sebenarnya kecerdasan buatan seharusnya tidak bisa 100 persen dipercaya. Pasalnya, sama halnya dengan manusia, robot juga dapat membuat kesalahan. 

AI itu membuat segala sesuatu dari data yang telah disediakan. Adapun data itu juga lagi-lagi disediakan dan diuji oleh manusia. Oleh karena itu, mengutip seorang ilmuwan perilaku di Universitas Boston, Chiara Longoni, mesin dapat menulis analisis medis yang lebih akurat daripada manusia, tetapi ia masih cenderung mengikuti saran dokter. 

Selain itu, pernah ada kesalahan fatal yang dilakukan oleh ChatGPT. 

Beberapa waktu yang lalu, saat Microsoft meluncurkan mesin pencari Bing yang didukung oleh ChatGPT, banyak orang yang dengan iseng menjawab pertanyaan dengan jawaban yang salah atau tidak masuk akal, seperti teori konspirasi. Alhasil, hal itu membuat adanya kesalahan di ChatGPT dan membuat harga saham Microsoft anjlok secara seketika. 

Lebih lanjut, pendiri OpenAI juga selalu menekankan bahwa program ini masih merupakan proyek penelitian yang masih membutuhkan umpan balik dari warganet. Maka dari itu, walaupun AI sudah ada di mana-mana, hasil dari komputer ini belum dapat 100 persen diandalkan. 



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Thomas Mola

Home Stories

Stories 30 Mei 2023

Mengapa Orang Percaya Pada AI?

Penelitian dari The University of Queensland menemukan bahwa setengah dari orang di dunia mempercayai hasil dari AI.

Ilustrasi Artificial Intelligence yang dibuat oleh Openart AI.

 

Context.id, JAKARTA - Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) pertama kali diperkenalkan pada 1956.  Saat ini AI mengalami perkembangan sangat pesat dan kian canggih.

Kini, komputer-komputer ini dapat membantu manusia untuk berpikir, melakukan riset, membuat lagu, lukisan, hingga menirukan suara. 

AI kian berkembang dengan kehadiran ChatGPT, Grammarly, Vistasocial, hingga yang baru-baru ini juga digunakan pula oleh Adobe. Bahkan, salah satu program AI yang ternama, OpenAI yang didukung oleh Microsoft, sudah memiliki 100 juta pengguna pada Januari 2023. 

Maka dari itu, tidak heran jika pada Maret 2023 lalu, penelitian dari The University of Queensland menemukan bahwa setengah dari orang di dunia mempercayai hasil dari AI. Studi yang melibatkan 17.000 orang ini bahkan menyatakan bahwa sebagian orang tersebut bahkan mengandalkan keputusan pekerjaan dan rekomendasi yang diberikan oleh AI.

Namun yang jadi pertanyaan, mengapa orang bisa percaya AI? Sebenarnya, memang masih banyak pula yang masih skeptis terhadap AI. Banyak yang percaya bahwa paling tidak AI dapat meminimalisir kesalahan yang bisa dibuat oleh manusia. Selain itu, hal-hal yang sulit dilakukan ataupun butuh waktu lama untuk dilakukan akan menjadi lebih mudah dan singkat dengan adanya AI.

Dikutip dari Thomson Reuters, sebenarnya kecerdasan buatan seharusnya tidak bisa 100 persen dipercaya. Pasalnya, sama halnya dengan manusia, robot juga dapat membuat kesalahan. 

AI itu membuat segala sesuatu dari data yang telah disediakan. Adapun data itu juga lagi-lagi disediakan dan diuji oleh manusia. Oleh karena itu, mengutip seorang ilmuwan perilaku di Universitas Boston, Chiara Longoni, mesin dapat menulis analisis medis yang lebih akurat daripada manusia, tetapi ia masih cenderung mengikuti saran dokter. 

Selain itu, pernah ada kesalahan fatal yang dilakukan oleh ChatGPT. 

Beberapa waktu yang lalu, saat Microsoft meluncurkan mesin pencari Bing yang didukung oleh ChatGPT, banyak orang yang dengan iseng menjawab pertanyaan dengan jawaban yang salah atau tidak masuk akal, seperti teori konspirasi. Alhasil, hal itu membuat adanya kesalahan di ChatGPT dan membuat harga saham Microsoft anjlok secara seketika. 

Lebih lanjut, pendiri OpenAI juga selalu menekankan bahwa program ini masih merupakan proyek penelitian yang masih membutuhkan umpan balik dari warganet. Maka dari itu, walaupun AI sudah ada di mana-mana, hasil dari komputer ini belum dapat 100 persen diandalkan. 



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Thomas Mola


RELATED ARTICLES

Teknologi AI China Tetap Maju Meski Ada Embargo Cip AS

Perusahaan teknologi China terus mengembangkan AI generatif yang canggih bahkan bisa mengalahkan AS meskipun mendapat embargo cip untuk semikonduktor

Context.id . 03 February 2025

Rumah Sakit Swasta Terbaik di Asia 2025: Panduan untuk Perawatan Kesehatan

Biaya murah tapi menggunakan teknologi mutakhir membuat rumah sakit di Asia jadi pilihan untuk pasien global berobat

Context.id . 03 February 2025

Elon Musk Kehilangan Rp178 Triliun di Awal 2025, Apa Penyebabnya?

Penurunan kekayaan Musk karena turunnya harga saham Tesla yang menjadi sumber utama pendapatannya

Context.id . 03 February 2025

Memanfaatkan Teknologi AI untuk Konservasi Satwa Liar Terancam Punah

Penggunaan teknologi AI dapat mengurangi pengaruh manusia terhadap perilaku satwa liar ataupun ekosistem mereka.

Context.id . 03 February 2025