Stories - 26 May 2023

Malas Ganti Sandi Sebabkan Rentan Kena Retas

Mayoritas pengguna internet Indonesia malas ganti kata sandi karena mudah lupa. Kebiasaan ini menyebabkan akun medsos atau perbankan rentan kena retas


Ilustrasi seorang peretas sedang mencoba membobol keamanan sistem internet

Context.id, JAKARTA - Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengungkapkan bahwa lebih dari separuh pengguna Internet Indonesia malas mengganti kata sandi pada setiap akunnya. Hal tersebut terungkap dari hasil survei APJII dengan tema Survei Penetrasi & Perilaku Internet 2023 pada 10-27 Januari 2023 dengan responden sebanyak  8.510 orang pengguna internet di seluruh Indonesia.

Berdasarkan hasil survei APJII tersebut, terungkap ada sebanyak 66,82 persen pengguna internet malas mengganti kata sandi mereka. Sementara itu, ada sebanyak 10,44 persen pengguna internet yang mengganti kata sandinya satu tahun sekali. 

Selanjutnya, 7,52 persen mengganti kata sandi dalam waktu enam bulan sekali. Kemudian, 5,97 persen pengguna internet menggantinya sebulan sekali, lalu 5,62 persen mengganti kata sandi satu kali dalam tiga bulan dan terakhir 3,64 persen dalam periode waktu dua bulan sekali.

APJII juga membeberkan alasan masyarakat malas mengganti kata sandi mereka yaitu karena sering lupa sebanyak 32,71 persen, 31,04 persen yang sama sekali tidak berniat mengganti kata sandi. Kemudian, 18,68 persen menyebut bahwa tidak penting mengubah kata sandi, lalu 17,57 persen tidak tahu atau tidak menjawab.

Berdasarkan hasil survei tersebut, APJII mengungkapkan masih banyak masyarakat yang sama sekali tidak peduli dengan kata sandi dan keamanan data pribadinya. APJII berharap masyarakat bisa lebih peduli dengan data pribadi masing-masing dengan cara rutin mengganti kata sandi.

Merujuk dari dataindonesia.id yang mendapatkan laporan Southeast Asia Freeedom of Expression Network (SAFEnet), ada 302 serangan digital di Indonesia pada 2022. Jumlah tersebut meningkat 56,48% dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebanyak 193 kasus. Menurut jenisnya, peretasan menjadi serangan digital yang paling banyak terjadi di Indonesia pada 2022. Jumlahnya mencapai 178 kasus atau setara dengan 58,94% dari total serangan pada tahun lalu.

Kebocoran data menyusul di urutan kedua lantaran terjadi 40 kasus. Posisinya diikuti oleh kegagalan akses akun dengan 30 kasus. Serangan digital berbentuk ancaman sebanyak 30 kasus pada tahun lalu. Sementara, serangan digital berupa pencurian data pribadi terjadi hingga 16 kasus. Ada pula serangan digital berupa doksing sebanyak 15 kasus. Sementara, serangan digital berupa pengelabuan dan peniruan masing-masing sebanyak 14 kasus dan 10 kasus.

Jadi, usahakan harus sering ganti sandi, tapi jangan sampai lupa ya gaes..


Penulis : Sholahuddin Ayyubi

Editor   : Wahyu Arifin

MORE  STORIES

Perebutan Likuiditas di Indonesia, Apa Itu?

Likuditas adalah kemampuan entitas dalam memenuhi kewajiban finansialnya yang akan jatuh tempo

Noviarizal Fernandez | 26-07-2024

Suku Inuit di Alaska, Tetap Sehat Walau Tak Makan Sayur

Suku Inuit tetap sehat karena memakan banyak organ daging mentah yang mempunyai kandungan vitamin C, nutrisi, dan lemak jenuh tinggi

Context.id | 26-07-2024

Dampingi Korban Kekerasan Seksual Malah Terjerat UU ITE

Penyidik dianggap tidak memperhatikan dan berupaya mencari fakta-fakta yang akurat berkaitan dengan kasus kekerasan seksual

Noviarizal Fernandez | 26-07-2024

Ini Aturan Penggunaan Bahan Pengawet Makanan

Pengawet makanan dari bahan kimia boleh digunakan dengan batas kadar yang sudah ditentukan BPOM

Noviarizal Fernandez | 25-07-2024