Share

Home Stories

Stories 12 Mei 2023

Cuaca Memburuk, Sistem Imun Dipertaruhkan

Cuaca yang tidak menentu berdampak pada daya tahan tubuh.

Ilustrasi berada di cuaca ekstrem. -Freepik-

Context.id, JAKARTA - Cuaca ekstrem menyebabkan berubahnya pola curah hujan yang tidak dapat diprediksi, bahkan di tengah masa kemarau. Sistem imun manusia pun dipertaruhkan untuk mampu melawannya.  

Dikutip dari laman UGM, Dosen Laboratorium Hidrologi dan Klimatologi Lingkungan, Fakultas Geografi UGM, Andung Bayu Sekaranom mengatakan, fenomena cuaca ekstrem di Indonesia cenderung meningkat sebab dampak perubahan iklim yang saat ini mulai dirasakan oleh masyarakat, pada Jumat (24/3/2023).

Pada dasarnya, Indonesia merupakan wilayah yang dilewati oleh garis khatulistiwa. Hal ini pun menyebabkan negara subur ini memiliki iklim tropis. 

Sebenarnya, fakta tersebut menguntungkan masyarakat karena perbedaan temperatur antara siang dengan malam tidak jauh berbeda. Lalu, Indonesia juga merasakan sinar matahari sepanjang tahun sehingga sumber daya alam melimpah. 

Sayangnya, kondisi cuaca yang berubah-ubah ini mengancam bumi secara menyeluruh. Mulai dari kerusakan lingkungan sampai kehidupan makhluk hidup, terutama manusia. 

Kepala Bidang Pelayanan Medis Klinik Gadjah Mada Medical Center UGM, Novrida menyebutkan cuaca yang tidak menentu berdampak pada daya tahan tubuh. Pasalnya, tubuh harus beradaptasi dengan perbedaan suhu yang cukup signifikan, pada Sabtu (22/4/2023). 

Dia menjelaskan, biasanya batuk dan pilek biasanya sembuh dalam 3-5 hari. Namun, cuaca ekstrem menjadikan penyakit bertahan lebih lama dalam tubuh dengan durasi lebih dari tujuh hari.

Manusia sebenarnya memiliki sistem pertahanan alami untuk mencegah zat-zat asing masuk. Jaringan kompleks yang terdiri dari organ, sel, dan protein ini berfungsi melindungi tubuh.

Namun, daya tahan tubuh tersebut juga dapat menurun jika tidak dijaga dengan baik. Terlebih faktor utama sistem imun bekerja kurang maksimal disebabkan oleh kurangnya waktu beristirahat. 

Ketika manusia tidur, tubuh akan memperbaiki sel-sel yang rusak secara alami agar sistem kekebalan tubuh meningkat. Dikutip dari laman Siloam Hospital, seseorang yang kurang tidur akan lebih mudah terserang flu dibandingkan dengan yang memiliki jam tidur cukup atau lebih dari 7 jam per hari.

Tak cuma itu, beberapa faktor lain seperti jarang berolahraga, dehidrasi, stres, dan lain-lain juga menghambat kinerja sistem imun untuk bisa berperang melawan penyakit. 

Maka, perubahan suhu dan pergantian cuaca yang cukup signifikan akhir-akhir ini bisa saja teratasi dengan kepekaan kita untuk lebih menjaga kesehatan dan memelihara kekebalan tubuh.



Penulis : Nisrina Khairunnisa

Editor   : Crysania Suhartanto

Stories 12 Mei 2023

Cuaca Memburuk, Sistem Imun Dipertaruhkan

Cuaca yang tidak menentu berdampak pada daya tahan tubuh.

Ilustrasi berada di cuaca ekstrem. -Freepik-

Context.id, JAKARTA - Cuaca ekstrem menyebabkan berubahnya pola curah hujan yang tidak dapat diprediksi, bahkan di tengah masa kemarau. Sistem imun manusia pun dipertaruhkan untuk mampu melawannya.  

Dikutip dari laman UGM, Dosen Laboratorium Hidrologi dan Klimatologi Lingkungan, Fakultas Geografi UGM, Andung Bayu Sekaranom mengatakan, fenomena cuaca ekstrem di Indonesia cenderung meningkat sebab dampak perubahan iklim yang saat ini mulai dirasakan oleh masyarakat, pada Jumat (24/3/2023).

Pada dasarnya, Indonesia merupakan wilayah yang dilewati oleh garis khatulistiwa. Hal ini pun menyebabkan negara subur ini memiliki iklim tropis. 

Sebenarnya, fakta tersebut menguntungkan masyarakat karena perbedaan temperatur antara siang dengan malam tidak jauh berbeda. Lalu, Indonesia juga merasakan sinar matahari sepanjang tahun sehingga sumber daya alam melimpah. 

Sayangnya, kondisi cuaca yang berubah-ubah ini mengancam bumi secara menyeluruh. Mulai dari kerusakan lingkungan sampai kehidupan makhluk hidup, terutama manusia. 

Kepala Bidang Pelayanan Medis Klinik Gadjah Mada Medical Center UGM, Novrida menyebutkan cuaca yang tidak menentu berdampak pada daya tahan tubuh. Pasalnya, tubuh harus beradaptasi dengan perbedaan suhu yang cukup signifikan, pada Sabtu (22/4/2023). 

Dia menjelaskan, biasanya batuk dan pilek biasanya sembuh dalam 3-5 hari. Namun, cuaca ekstrem menjadikan penyakit bertahan lebih lama dalam tubuh dengan durasi lebih dari tujuh hari.

Manusia sebenarnya memiliki sistem pertahanan alami untuk mencegah zat-zat asing masuk. Jaringan kompleks yang terdiri dari organ, sel, dan protein ini berfungsi melindungi tubuh.

Namun, daya tahan tubuh tersebut juga dapat menurun jika tidak dijaga dengan baik. Terlebih faktor utama sistem imun bekerja kurang maksimal disebabkan oleh kurangnya waktu beristirahat. 

Ketika manusia tidur, tubuh akan memperbaiki sel-sel yang rusak secara alami agar sistem kekebalan tubuh meningkat. Dikutip dari laman Siloam Hospital, seseorang yang kurang tidur akan lebih mudah terserang flu dibandingkan dengan yang memiliki jam tidur cukup atau lebih dari 7 jam per hari.

Tak cuma itu, beberapa faktor lain seperti jarang berolahraga, dehidrasi, stres, dan lain-lain juga menghambat kinerja sistem imun untuk bisa berperang melawan penyakit. 

Maka, perubahan suhu dan pergantian cuaca yang cukup signifikan akhir-akhir ini bisa saja teratasi dengan kepekaan kita untuk lebih menjaga kesehatan dan memelihara kekebalan tubuh.



Penulis : Nisrina Khairunnisa

Editor   : Crysania Suhartanto


RELATED ARTICLES

China Mulai Menyerap Sinar Matahari dengan Skala Raksasa

Pada 2030, kompleks panel surya milik China ini diperkirakan akan merentang sejauh 250 mil atau lebih panjang dari jarak Jakarta ke Semarang

Renita Sukma . 15 July 2025

Muncul Joki dan Pemalsuan, Strava Berubah jadi Ajang Validasi?

Aktivitas olahraga lari makin diminati oleh banyak orang, begitu pun para joki yang melihat ini sebagai sebuah peluang.

Context.id . 15 July 2025

Negosiasi RI-AS Mandek Tapi Vietnam Berhasil, Kok Bisa?

Menilai paket negosiasi yang ditawarkan Vietnam kepada AS secara signifikan mengurangi defisit neraca perdagangan AS

Renita Sukma . 11 July 2025

Ditekan Tarif Trump, Indonesia Bisa Perluas Pasar Tekstil ke Eropa

Di tengah tekanan tarif Trump 32%, Indonesia memiliki peluang untuk memperluas pasar ke Uni Eropa

Renita Sukma . 11 July 2025