Cegah Cina Makin Kuat, AUKUS Buat Kapal Selam Nuklir
Guna mencegah pengaruh China yang makin kuat di Indo-Pasifik, maka Amerika Serikat, Inggris, serta Australia membuat kapal selam nuklir.
Context.id, JAKARTA - Amerika Serikat, Inggris, dan Australia akan bekerjasama dalam membuat kapal selam bertenaga nuklir (nuclear-powered submarine atau SSN).
Nantinya, kapal selam ini akan menggunakan desain dari generasi terbaru Inggris, teknologi kapal selam AS, dan akan dibangun serta digunakan oleh Australia dan Inggris. Dikutip dari Bisnis, proyek ini akan menelan biaya sebesar A$368 miliar atau senilai Rp3.783 triliun.
Hal ini diumumkan setelah adanya pertemuan antara Perdana Menteri Australia Anthony Albanese, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, dan Presiden Amerika Serikat Joseph R. Biden, pada Senin (13/3/2023).
Kerjasama yang bernama SSN-AUKUS menunjukkan komitmen ketiga negara dalam menjaga keamanan, stabilitas, perdamaian, serta kemakmuran di daerah Indo-Pasifik yang merupakan laut terbuka. Namun, dikutip dari DW, hal ini dilakukan akibat meningkatnya ambisi China di daerah Indo-Pasifik.
“Untuk pertama kalinya, tiga armada kapal selam bekerja sama melintasi Atlantik dan Pasifik, menjaga lautan bebas kita selama beberapa dekade mendatang,” ujar Risik Sunak.
Kendati demikian, Presiden Amerika, Joe Biden menyatakan bahwa kapal selam ini akan bertenaga nuklir, bukan bersenjata nuklir. “Perahu ini tidak akan memiliki senjata nuklir apapun,” ujarnya.
Menurut laman resmi White House, kerja sama ini bermulai pada 18 bulan yang lalu, tepatnya pada 15 September 2021. Saat itu, ketiga negara mulai untuk mengidentifikasi jalur yang optimal bagi Australia untuk memaksimalkan upaya Australia dalam menjaga keamanan. Setelah itu, mereka juga membuat pangkalan industri kapal selam serta secara bertahap meningkatkan kemampuan bawah laut ketiga negara.
Hal ini tercermin dari salah satu hasil perjanjian, dimana personel militer dan sipil Australia akan bergabung dengan Angkatan Laut Amerika Serikat, Angkatan Laut Kerajaan Inggris, dan akan tunduk pada pengaturan-pengaturan (yang diperlukan). Selain itu, Amerika juga akan meningkatkan kunjungan ke Australia mulai 2023 dan Inggris pada 2026.
Lalu, akibat Australia yang belum memiliki pangkalan asing di wilayahnya, pada 2027, Inggris dan Amerika berencana untuk secara bergantian menghadirkan kapal selam miliknya. Inisiatif ini akan disebut Submarine Rotational Force-West (SFR-West).
Kemudian, nanti pada 2030, Amerika Serikat akan menjual tiga kapal selam kelas Virginia kepada Australia, untuk meningkatkan kemampuan Negeri Kanguru ini untuk mengoperasikan armada SSN dan dapat mandiri sedini mungkin.
Adapun semua upaya ini juga untuk memastikan agar Australia mampu mempertahankan kemampuan bawah lautnya, mengingat armada kapal selam Australia yang akan segera pensiun.
RELATED ARTICLES
Cegah Cina Makin Kuat, AUKUS Buat Kapal Selam Nuklir
Guna mencegah pengaruh China yang makin kuat di Indo-Pasifik, maka Amerika Serikat, Inggris, serta Australia membuat kapal selam nuklir.
Context.id, JAKARTA - Amerika Serikat, Inggris, dan Australia akan bekerjasama dalam membuat kapal selam bertenaga nuklir (nuclear-powered submarine atau SSN).
Nantinya, kapal selam ini akan menggunakan desain dari generasi terbaru Inggris, teknologi kapal selam AS, dan akan dibangun serta digunakan oleh Australia dan Inggris. Dikutip dari Bisnis, proyek ini akan menelan biaya sebesar A$368 miliar atau senilai Rp3.783 triliun.
Hal ini diumumkan setelah adanya pertemuan antara Perdana Menteri Australia Anthony Albanese, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, dan Presiden Amerika Serikat Joseph R. Biden, pada Senin (13/3/2023).
Kerjasama yang bernama SSN-AUKUS menunjukkan komitmen ketiga negara dalam menjaga keamanan, stabilitas, perdamaian, serta kemakmuran di daerah Indo-Pasifik yang merupakan laut terbuka. Namun, dikutip dari DW, hal ini dilakukan akibat meningkatnya ambisi China di daerah Indo-Pasifik.
“Untuk pertama kalinya, tiga armada kapal selam bekerja sama melintasi Atlantik dan Pasifik, menjaga lautan bebas kita selama beberapa dekade mendatang,” ujar Risik Sunak.
Kendati demikian, Presiden Amerika, Joe Biden menyatakan bahwa kapal selam ini akan bertenaga nuklir, bukan bersenjata nuklir. “Perahu ini tidak akan memiliki senjata nuklir apapun,” ujarnya.
Menurut laman resmi White House, kerja sama ini bermulai pada 18 bulan yang lalu, tepatnya pada 15 September 2021. Saat itu, ketiga negara mulai untuk mengidentifikasi jalur yang optimal bagi Australia untuk memaksimalkan upaya Australia dalam menjaga keamanan. Setelah itu, mereka juga membuat pangkalan industri kapal selam serta secara bertahap meningkatkan kemampuan bawah laut ketiga negara.
Hal ini tercermin dari salah satu hasil perjanjian, dimana personel militer dan sipil Australia akan bergabung dengan Angkatan Laut Amerika Serikat, Angkatan Laut Kerajaan Inggris, dan akan tunduk pada pengaturan-pengaturan (yang diperlukan). Selain itu, Amerika juga akan meningkatkan kunjungan ke Australia mulai 2023 dan Inggris pada 2026.
Lalu, akibat Australia yang belum memiliki pangkalan asing di wilayahnya, pada 2027, Inggris dan Amerika berencana untuk secara bergantian menghadirkan kapal selam miliknya. Inisiatif ini akan disebut Submarine Rotational Force-West (SFR-West).
Kemudian, nanti pada 2030, Amerika Serikat akan menjual tiga kapal selam kelas Virginia kepada Australia, untuk meningkatkan kemampuan Negeri Kanguru ini untuk mengoperasikan armada SSN dan dapat mandiri sedini mungkin.
Adapun semua upaya ini juga untuk memastikan agar Australia mampu mempertahankan kemampuan bawah lautnya, mengingat armada kapal selam Australia yang akan segera pensiun.
POPULAR
RELATED ARTICLES