Share

Home Stories

Stories 30 Desember 2022

Empat Hewan Ini Pernah Ikut Perang Lho!

Ini sejumlah binatang yang juga pernah maju ke medan perang, yang mungkin belum pernah terpikirkan sebelumnya.

Ilustrasi anjing militer. - Istimewa -

Context.id, JAKARTA - Sudah sejak prasejarah, hewan-hewan membantu manusia untuk berperang. Hal ini dapat diketahui dari sejumlah gambar di goa yang secara langsung menggambarkan hal tersebut. 

Mungkin hewan yang langsung terlintas dalam benak adalah kuda dan anjing. Memang, faktanya kedua binatang tersebut masih banyak digunakan sampai sekarang, baik untuk tugas militer maupun polisi.

Namun, tahukah kamu kalau ada sejumlah binatang yang juga pernah maju ke medan perang, yang mungkin belum pernah terpikirkan sebelumnya? Berikut ringkasannya, dikutip dari Live Science. 

 

1. Beruang

Beruang merupakan hewan liar yang seringkali menjadi musuh manusia. Namun, hal yang berbeda terjadi pada Perang Dunia II.

Diketahui, pada saat itu ada seorang anak beruang coklat bernama Voytek diadopsi oleh perusahan pemasok Polandia. Sehari-hari ia pun minum dari susu kental dari perusahaan pemasok tersebut serta bir, sehingga ia pun tumbuh dengan berat lebih dari 400 kg dan memiliki tinggi 1,8 meter.

Tak lama kemudian, karena memang tumbuh besar di lingkungan militer dan dinilai memiliki potensi besar, Voytek pun terdaftar menjadi tentara dari Angkatan Darat Polandia. Menariknya, bahkan ia memiliki buku gaji, pangkat, serta nomor serinya sendiri. 

Pada tahun 1944, ketika ia sudah naik pangkat ke jabatan kopral, ia dikirim ke Kasino Monte di Italia, salah satu rangkaian pertempuran paling berdarah di Perang Dunia II, dimana ia membantu untuk membawa peti amunisi.


 

2. Lumba-lumba

Sejak tahun 1960-an, Angkatan Laut Amerika Serikat telah melatih lumba-lumba hidung botol untuk melakukan patroli laut. Pasalnya, mereka dianggap memiliki kecerdasan dan bakat militer yang lebih potensial dibandingkan 19 jenis hewan lainnya, yang diujicobakan.

Oleh karena itu, lumba-lumba ini pun dikerahkan untuk mencari ancaman dari bawah laut, seperti ranjau atau bom lipet yang dipasang di lambung kapal perang. 

Adapun kemampuan lumba-lumba untuk mendeteksi ranjau banyak digunakan dalam Perang Teluk Persia dan Perang Irak, ketika lumba-lumba Angkatan Laut berperan besar dalam membersihkan ranjau di pelabuhan Umm Qasr di Irak Selatan. 

Selain itu, lumba-lumba juga dilatih untuk membantu orang yang mengalami kesulitan di dalam air, menemukan menyelam yang hilang, hingga perenang musuh.


 

3. Nyamuk

Siapa bilang nyamuk tidak bisa apa-apa? Faktanya, pada Perang Dunia II, pasukan militer yang menguasai Italia, menciptakan rawa yang dipenuhi nyamuk malaria untuk memperlambat gerakan dari sekutu. 

Memang, di satu sisi strategi ini berhasil dan membawa banyak tentara sekutu yang terkena wabah malaria. Namun, ternyata senjata ini juga memakan tuannya sendiri. Pasalnya, tentara Jerman pun perlahan juga turut terdampak wabah ini. 


 

4. Lebah

Sejak zaman Romawi dan Yunani, ternyata lebah sudah dimanfaatkan. Bukan hanya untuk diambil madunya, tetapi sebagai senjata. Pada 69 SM, seorang jenderal dari pasukan Turki, Heptakometes menipu pasukan Romawi dengan meninggalkan sarang madu beracun d sepanjang rute pawai mereka. Hal itupun menyebabkan prajurit Romawi mengalami muntah dan mabuk. 

Selain itu, lebah juga menjadi lawan mematikan pada saat Pertempuran Tangga, di Kenya selama Perang Dunia I. Pada saat itu, kedua kubu yakni penyerang Inggris dan sisi bertahan Jerman diserang oleh kawanan lebah pemarah, yang membuat serangan pun mengalami kegagalan.



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Context.id

Stories 30 Desember 2022

Empat Hewan Ini Pernah Ikut Perang Lho!

Ini sejumlah binatang yang juga pernah maju ke medan perang, yang mungkin belum pernah terpikirkan sebelumnya.

Ilustrasi anjing militer. - Istimewa -

Context.id, JAKARTA - Sudah sejak prasejarah, hewan-hewan membantu manusia untuk berperang. Hal ini dapat diketahui dari sejumlah gambar di goa yang secara langsung menggambarkan hal tersebut. 

Mungkin hewan yang langsung terlintas dalam benak adalah kuda dan anjing. Memang, faktanya kedua binatang tersebut masih banyak digunakan sampai sekarang, baik untuk tugas militer maupun polisi.

Namun, tahukah kamu kalau ada sejumlah binatang yang juga pernah maju ke medan perang, yang mungkin belum pernah terpikirkan sebelumnya? Berikut ringkasannya, dikutip dari Live Science. 

 

1. Beruang

Beruang merupakan hewan liar yang seringkali menjadi musuh manusia. Namun, hal yang berbeda terjadi pada Perang Dunia II.

Diketahui, pada saat itu ada seorang anak beruang coklat bernama Voytek diadopsi oleh perusahan pemasok Polandia. Sehari-hari ia pun minum dari susu kental dari perusahaan pemasok tersebut serta bir, sehingga ia pun tumbuh dengan berat lebih dari 400 kg dan memiliki tinggi 1,8 meter.

Tak lama kemudian, karena memang tumbuh besar di lingkungan militer dan dinilai memiliki potensi besar, Voytek pun terdaftar menjadi tentara dari Angkatan Darat Polandia. Menariknya, bahkan ia memiliki buku gaji, pangkat, serta nomor serinya sendiri. 

Pada tahun 1944, ketika ia sudah naik pangkat ke jabatan kopral, ia dikirim ke Kasino Monte di Italia, salah satu rangkaian pertempuran paling berdarah di Perang Dunia II, dimana ia membantu untuk membawa peti amunisi.


 

2. Lumba-lumba

Sejak tahun 1960-an, Angkatan Laut Amerika Serikat telah melatih lumba-lumba hidung botol untuk melakukan patroli laut. Pasalnya, mereka dianggap memiliki kecerdasan dan bakat militer yang lebih potensial dibandingkan 19 jenis hewan lainnya, yang diujicobakan.

Oleh karena itu, lumba-lumba ini pun dikerahkan untuk mencari ancaman dari bawah laut, seperti ranjau atau bom lipet yang dipasang di lambung kapal perang. 

Adapun kemampuan lumba-lumba untuk mendeteksi ranjau banyak digunakan dalam Perang Teluk Persia dan Perang Irak, ketika lumba-lumba Angkatan Laut berperan besar dalam membersihkan ranjau di pelabuhan Umm Qasr di Irak Selatan. 

Selain itu, lumba-lumba juga dilatih untuk membantu orang yang mengalami kesulitan di dalam air, menemukan menyelam yang hilang, hingga perenang musuh.


 

3. Nyamuk

Siapa bilang nyamuk tidak bisa apa-apa? Faktanya, pada Perang Dunia II, pasukan militer yang menguasai Italia, menciptakan rawa yang dipenuhi nyamuk malaria untuk memperlambat gerakan dari sekutu. 

Memang, di satu sisi strategi ini berhasil dan membawa banyak tentara sekutu yang terkena wabah malaria. Namun, ternyata senjata ini juga memakan tuannya sendiri. Pasalnya, tentara Jerman pun perlahan juga turut terdampak wabah ini. 


 

4. Lebah

Sejak zaman Romawi dan Yunani, ternyata lebah sudah dimanfaatkan. Bukan hanya untuk diambil madunya, tetapi sebagai senjata. Pada 69 SM, seorang jenderal dari pasukan Turki, Heptakometes menipu pasukan Romawi dengan meninggalkan sarang madu beracun d sepanjang rute pawai mereka. Hal itupun menyebabkan prajurit Romawi mengalami muntah dan mabuk. 

Selain itu, lebah juga menjadi lawan mematikan pada saat Pertempuran Tangga, di Kenya selama Perang Dunia I. Pada saat itu, kedua kubu yakni penyerang Inggris dan sisi bertahan Jerman diserang oleh kawanan lebah pemarah, yang membuat serangan pun mengalami kegagalan.



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Context.id


RELATED ARTICLES

Polemik IKN Sebagai Ibu Kota Politik, Ini Kata Kemendagri dan Pengamat

Terminologi ibu kota politik yang melekat kepada IKN dianggap rancu karena bertentangan dengan UU IKN. r n r n

Renita Sukma . 18 October 2025

Dilema Kebijakan Rokok: Penerimaan Negara Vs Kesehatan Indonesia

Menkeu Purbaya ingin menggairahkan kembali industri rokok dengan mengerem cukai, sementara menteri sebelumnya Sri Mulyani gencar menaikkan cukai d ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 15 October 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 13 October 2025

China Terus Mencoba Menyaingi Teknologi Cip AS

China terus memperkuat industri cipnya untuk menghadapi tekanan dari Amerika Serikat yang memboikot pengiriman cip ke Negeri Tirai Bambu itu

Renita Sukma . 06 October 2025