Share

Home Stories

Stories 27 Desember 2022

Menguak Fakta di Balik Misteri Segitiga Bermuda

Di lokasi tersebutlah ratusan kapal dan pesawat menghilang tanpa jejak.

Ilustrasi lautan. -Unsplash-

Context, JAKARTA - Segitiga Bermuda adalah lokasi yang dianggap banyak orang menyimpan banyak misteri. Sebab, di lokasi tersebutlah ratusan kapal dan pesawat menghilang tanpa jejak.

Segitiga Bermuda sendiri berada di sebelah utara Samudra Atlantik, tepatnya di antara Miami (Amerika Serikat), Bermuda, dan Kepulauan Antillen Besar. Dilansir Britannica, lokasi yang dihindari banyak orang ini memiliki luas antara 1,3 juta dan 3,9 juta kilometer persegi.

Wilayah misterius ini sebenarnya sudah terkenal pada pertengahan abad ke-19, namun julukan “Segitiga Bermuda” baru pertama kali dipopulerkan pada 1964. Saat itu, julukan tersebut muncul pertama kali pada sebuah artikel yang diterbitkan oleh majalah Pulp. Penulisnya, Vincent Gaddis menggambarkan sebuah wilayah segitiga sebagai biang kerok dari hilangnya ratusan kapal dan pesawat.

Pada abad ke-20, beberapa kali kejadian besar pun sempat terjadi di Segitiga Bermuda, yaitu hilangnya kapal penambang USS Cyclops pada 1918 dan satu skuadron militer Amerika Serikat (Penerbangan 19) pada 1945,


Teori Segitiga Bermuda

Semenjak terkenalnya Segitiga Bermuda yang telah menelan banyak korban, sejumlah orang yang mengaku sebagai paranormal pun mulai mengeluarkan teori-teorinya, mulai dari Atlantis, keberadaan monster laut, alien, hingga adanya perbedaan waktu dan medan gravitasi terbalik.

Sementara itu, para peneliti yang lebih ilmiah mengatakan bahwa di Segitiga Bermuda terdapat anomali magnetik, keadaan cuaca ekstrim seperti puting beliung, hingga adanya letusan besar gas metana dari dasar laut.

Dilansir history.com, hingga saat ini belum ada satu teori pun yang bisa dianggap benar, baik itu teori ilmiah mau pun teori metafisika. Hal ini lah yang membuat lokasi ini semakin misterius. Sebab, belum ada satu orang pun yang dapat mengungkap hilangnya kapal dan pesawat di Segitiga Bermuda.

Namun, ada kesamaan dari mereka yang pernah melewati mau pun yang hilang di Segitiga Bermuda, yaitu arah kompas yang tidak menentu. Seperti pada kisah yang diutarakan korban Penerbangan 19.

Sekitar 14 orang melakukan latihan pengeboman di sekitar Segitiga bermuda, namun tiba-tiba kompasnya tidak berfungsi, dan menyebabkan mereka harus terbang tanpa arah. Hal ini membuat bahan bakar pesawat habis dan memaksa mereka untuk mendarat di laut. 

Satu skuadron, ditambah sebuah kapal penyelamat pun dinyatakan hilang pada hari yang sama. Pencarian besar-besaran yang dilakukan juga tidak menemukan bukti apapun. Bahkan laporan resmi Angkatan Laut AS menyebutkan bahwa “Seolah-olah mereka telah terbang ke Mars.”

Kemungkinan besar, hilangnya arah kompas yang sering terjadi pada korban Segitiga Bermuda disebabkan oleh adanya garis agonis, yaitu tempat di permukaan Bumi di mana utara sejati dan utara magnet sejajar.

Penyebab lainnya, Segitiga Bermuda juga menjadi lokasi di mana badai dan topan tropis sering terjadi. Selain itu, di sana juga terdapat Gulf Stream, yaitu arus laut yang sangat kuat. Di Segitiga Bermuda juga lah bersemayamnya titik terdalam Samudra Atlantik, yakni Palung Puerto Rico yang kedalamannya bisa mencapai 8.380 meter.

Terlepas dari semua misteri tersebut, Segitiga Bermuda memainkan peran penting dalam jalur transportasi laut mau pun udara di Samudra Pasifik. Lalu lintas hariannya sangat padat, bahkan lokasi ini adalah salah satu jalur pelayaran yang paling banyak dilalui di dunia.



Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Context.id

Stories 27 Desember 2022

Menguak Fakta di Balik Misteri Segitiga Bermuda

Di lokasi tersebutlah ratusan kapal dan pesawat menghilang tanpa jejak.

Ilustrasi lautan. -Unsplash-

Context, JAKARTA - Segitiga Bermuda adalah lokasi yang dianggap banyak orang menyimpan banyak misteri. Sebab, di lokasi tersebutlah ratusan kapal dan pesawat menghilang tanpa jejak.

Segitiga Bermuda sendiri berada di sebelah utara Samudra Atlantik, tepatnya di antara Miami (Amerika Serikat), Bermuda, dan Kepulauan Antillen Besar. Dilansir Britannica, lokasi yang dihindari banyak orang ini memiliki luas antara 1,3 juta dan 3,9 juta kilometer persegi.

Wilayah misterius ini sebenarnya sudah terkenal pada pertengahan abad ke-19, namun julukan “Segitiga Bermuda” baru pertama kali dipopulerkan pada 1964. Saat itu, julukan tersebut muncul pertama kali pada sebuah artikel yang diterbitkan oleh majalah Pulp. Penulisnya, Vincent Gaddis menggambarkan sebuah wilayah segitiga sebagai biang kerok dari hilangnya ratusan kapal dan pesawat.

Pada abad ke-20, beberapa kali kejadian besar pun sempat terjadi di Segitiga Bermuda, yaitu hilangnya kapal penambang USS Cyclops pada 1918 dan satu skuadron militer Amerika Serikat (Penerbangan 19) pada 1945,


Teori Segitiga Bermuda

Semenjak terkenalnya Segitiga Bermuda yang telah menelan banyak korban, sejumlah orang yang mengaku sebagai paranormal pun mulai mengeluarkan teori-teorinya, mulai dari Atlantis, keberadaan monster laut, alien, hingga adanya perbedaan waktu dan medan gravitasi terbalik.

Sementara itu, para peneliti yang lebih ilmiah mengatakan bahwa di Segitiga Bermuda terdapat anomali magnetik, keadaan cuaca ekstrim seperti puting beliung, hingga adanya letusan besar gas metana dari dasar laut.

Dilansir history.com, hingga saat ini belum ada satu teori pun yang bisa dianggap benar, baik itu teori ilmiah mau pun teori metafisika. Hal ini lah yang membuat lokasi ini semakin misterius. Sebab, belum ada satu orang pun yang dapat mengungkap hilangnya kapal dan pesawat di Segitiga Bermuda.

Namun, ada kesamaan dari mereka yang pernah melewati mau pun yang hilang di Segitiga Bermuda, yaitu arah kompas yang tidak menentu. Seperti pada kisah yang diutarakan korban Penerbangan 19.

Sekitar 14 orang melakukan latihan pengeboman di sekitar Segitiga bermuda, namun tiba-tiba kompasnya tidak berfungsi, dan menyebabkan mereka harus terbang tanpa arah. Hal ini membuat bahan bakar pesawat habis dan memaksa mereka untuk mendarat di laut. 

Satu skuadron, ditambah sebuah kapal penyelamat pun dinyatakan hilang pada hari yang sama. Pencarian besar-besaran yang dilakukan juga tidak menemukan bukti apapun. Bahkan laporan resmi Angkatan Laut AS menyebutkan bahwa “Seolah-olah mereka telah terbang ke Mars.”

Kemungkinan besar, hilangnya arah kompas yang sering terjadi pada korban Segitiga Bermuda disebabkan oleh adanya garis agonis, yaitu tempat di permukaan Bumi di mana utara sejati dan utara magnet sejajar.

Penyebab lainnya, Segitiga Bermuda juga menjadi lokasi di mana badai dan topan tropis sering terjadi. Selain itu, di sana juga terdapat Gulf Stream, yaitu arus laut yang sangat kuat. Di Segitiga Bermuda juga lah bersemayamnya titik terdalam Samudra Atlantik, yakni Palung Puerto Rico yang kedalamannya bisa mencapai 8.380 meter.

Terlepas dari semua misteri tersebut, Segitiga Bermuda memainkan peran penting dalam jalur transportasi laut mau pun udara di Samudra Pasifik. Lalu lintas hariannya sangat padat, bahkan lokasi ini adalah salah satu jalur pelayaran yang paling banyak dilalui di dunia.



Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Context.id


RELATED ARTICLES

Hitungan Prabowo Soal Uang Kasus CPO Rp13,2 Triliun, Bisa Buat Apa Saja?

Presiden Prabowo Subianto melakukan perhitungan terkait uang kasus korupsi CPO Rp13,2 triliun yang ia sebut bisa digunakan untuk membangun desa ne ...

Renita Sukma . 20 October 2025

Polemik IKN Sebagai Ibu Kota Politik, Ini Kata Kemendagri dan Pengamat

Terminologi ibu kota politik yang melekat kepada IKN dianggap rancu karena bertentangan dengan UU IKN. r n r n

Renita Sukma . 18 October 2025

Dilema Kebijakan Rokok: Penerimaan Negara Vs Kesehatan Indonesia

Menkeu Purbaya ingin menggairahkan kembali industri rokok dengan mengerem cukai, sementara menteri sebelumnya Sri Mulyani gencar menaikkan cukai d ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 15 October 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 13 October 2025