Stories - 05 December 2022

Protes Tak Kunjung Usai, Iran Bubarkan Polisi Moral

Jaksa Agung Iran mengatakan bahwa mereka akan membubarkan polisi moral akibat meluasnya aksi protes yang sudah berlangsung selama dua bulan.


Polisi moral mencatat nama seorang wanita yang ditahan selama tindakan keras terhadap \\\"korupsi sosial\\\" di Teheran (18/6/2008). -Reuters-

Context, JAKARTA - Jaksa Agung Iran mengatakan bahwa mereka akan membubarkan polisi moral akibat meluasnya aksi protes yang sudah berlangsung selama dua bulan. Aksi protes yang dilakukan warga Iran meletus setelah kematian Mahsa Amini pada 16 September lalu.

Pernyataan pembubaran polisi moral yang dikeluarkan oleh Jaksa Agung Mohammad Jafar Montazeri tersebut belum dikonfirmasi oleh pihak lainnya. Namun, pernyataannya tentang pembubaran polisi moral sudah cukup jelas. 

“(Polisi moral) tidak memiliki hubungan dengan peradilan dan dibubarkan di tempat yang sama ketika didirikan,” ujar Montazeri, dikutip dari Al Jazeera

Meskipun begitu, belum ada kepastian apakah pekerjaan untuk mengawasi “keamanan moral” di masyarakat akan dihentikan atau tidak. Montazeri juga tidak mengatakan berapa lama polisi moral akan dibubarkan. 


Protes Bermula dari Aturan Hijab

Menanggapi protes besar-besaran ini, pemerintah Iran juga menyebutkan bahwa mereka akan melakukan peninjauan kembali terhadap undang-undang hijab di negaranya. Pasalnya, aturan ini lah yang membuat aksi protes tidak kunjung reda setelah dua bulan berlangsung.

Protes yang dipimpin oleh perempuan Iran dan didukung oleh berbagai kalangan lainnya ini dipicu oleh kematian seorang aktivis berusia 22 tahun, Mahsa Amini. Diduga, ia meninggal tiga hari setelah ditangkap oleh Polisi Moral karena dianggap tidak menggunakan hijab sesuai peraturan yang berlaku.

Kini, protes di Iran semakin meluas, dan kemarahan dari para perempuan Iran belum lah padam. "Sebuah revolusi adalah apa yang kami miliki. Hijab adalah awalnya dan kami tidak menginginkan apapun, apapun yang kurang dari itu, kecuali kematian untuk diktator dan perubahan rezim," tegas seorang perempuan Iran, dikutip dari BBC.


Iran Miliki Aturan Hijab yang Ketat

Dilansir Tempo, setelah adanya revolusi Islam yang menggulingkan monarki Iran pada 1979, pihak berwenang telah membuat aturan yang ketat mengenai pakaian laki-laki dan perempuan, termasuk juga hijab. 

Kemudian, setelah Iran dipimpin oleh Presiden Mahmoud Ahmadinejad, polisi moral atau yang dikenal sebagai Gasht-e Ershad pun didirikan. Pendirian tersebut bertujuan untuk menyebarkan kesopanan dan juga hijab.

Sejak 2006, polisi moral Iran pun mulai melakukan patroli. Mereka mengincar orang-orang yang tidak memakai pakaian sesuai aturan. Bagi perempuan, mereka akan akan ditangkap jika tidak memakai pakaian panjang, memakai celana pendek, celana jeans sobek, dan pakaian lainnya yang dianggap tidak sopan.


Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Context.id

MORE  STORIES

Perebutan Likuiditas di Indonesia, Apa Itu?

Likuditas adalah kemampuan entitas dalam memenuhi kewajiban finansialnya yang akan jatuh tempo

Noviarizal Fernandez | 26-07-2024

Suku Inuit di Alaska, Tetap Sehat Walau Tak Makan Sayur

Suku Inuit tetap sehat karena memakan banyak organ daging mentah yang mempunyai kandungan vitamin C, nutrisi, dan lemak jenuh tinggi

Context.id | 26-07-2024

Dampingi Korban Kekerasan Seksual Malah Terjerat UU ITE

Penyidik dianggap tidak memperhatikan dan berupaya mencari fakta-fakta yang akurat berkaitan dengan kasus kekerasan seksual

Noviarizal Fernandez | 26-07-2024

Ini Aturan Penggunaan Bahan Pengawet Makanan

Pengawet makanan dari bahan kimia boleh digunakan dengan batas kadar yang sudah ditentukan BPOM

Noviarizal Fernandez | 25-07-2024